2. Speech Delay

Sepanjang minggu ini, situasinya bisa ditebak; Nisa bolak-balik mengurus rujukan, mengganti jadwal bekerja, dan mengumpulkan biaya. Lalu pagi-pagi sekali ia dan Raya sudah bersiap. Raya sampai memilih kuncir rambutnya sendiri, mengetahui dia akan jalan-jalan bersama bundanya. Lalu dengan bus, Nisa membawa Raya ke rumah sakit lagi.

Mas, ada yang salah dengan pendengaran Raya. Hari ini kami mau periksa.

Sempat ia kirim pesan ke mantan suaminya. Namun, pesan itu tak kunjung dibaca bahkan saat Nisa dan Raya tiba di rumah sakit.

Dipandu salah seorang petugas—setelah cukup lama mengantre—anak beranak itu masuk ke ruangan kedap suara. Tempat tertutup, serba putih, dan cukup nyaman yang memungkinkan lancarnya uji pendengaran.

“Raya, anak baik, anteng ya, Nak ...” ucap Nisa seraya mengusap kepala anaknya. Menenangkan Raya yang tampak bingung dengan suasana baru itu.

Tidak pernah ada dalam bayangan Nisa, anaknya akan mengalami lambat bicara. Kecurigaannya hanya sampai pada Raya sakit, tidak sampai kehilangan pendengaran. Tidak sampai kehilangan kesempatan bicara. Tidak pernah.

Seorang dokter spesialis THT,  yang Nisa ketahui bernama Ridwan, terlihat sangat ramah dan sabar menghampiri Raya. Dia memasukkan obat ke dubur Raya demi memberi bius. Untuk beberapa saat, Raya masih sempat babbling ‘E-ong ... e-ong ...’ satu kata yang akan ia ucapakan jika meminta digendong. Namun, ocehan itu hanya sebentar. Sebab Raya mulai terkantuk-kantuk dan jatuh tertidur.

Mata sendu Nisa bekerja keras mengawasi bagaimana benda-benda asing mulai ditempelkan di sekitar ubun-ubun dan telinga Raya. Berpindah-pindah, Nisa memerhatikan mimik dokter dan Raya. Ketika lelaki tua itu memperdengarkan nada tertentu yang terhubung ke telinga Raya dan komputer. Ketika dokter membunyikan suara, gelombang-gelombang muncul di monitor komputer. Dan saat itu pula Nisa menunggu reaksi putrinya.

Berkali-kali seperti itu. Hingga akhirnya dokter berhenti melakukannya. Dan Nisa bisa kembali beberapa jam lagi untuk mendapatkan hasilnya. Itu, menjadi saat-saat terpanjang di hidup Nisa, sekaligus menakutkan saat dokter mulai menyampaikan diagnosanya.

Dan, hari vonis itu adalah hari ini.

**

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top