Rumah Sakit


Deretan jendela yang seragam di lorong panjang. Tak peduli berapa banyak pencahayaan yang digunakan, tidak dapat menghilangkan nuansa suram. Sejak menginjakkan kaki di lantai bangunan, hidung diserbu oleh aroma pahit obat-obatan dan disinfektan.

Dia membenci semua itu.

Bertahun-tahun lelaki itu menghabiskan masa kecilnya sebagai pengunjung rutin. Merasa tak berguna dan tak berdaya dengan kondisi tubuhnya sendiri. Berbagai jenis pengobatan dan terapi fisik sudah pernah dicobakan untuk meningkatkan kondisi tubuh mungilnya saat itu. Hasilnya nihil.

Wajah kecewa ibunya ketika dokter menyatakan bahwa dirinya tidak diizinkan untuk mengikuti ujian, terbayang dengan jelas dalam ingatan.

"Apa tidak bisa diusahakan? Nilai akademis adalah satu-satunya kelebihan anak ini!" ujar ibunya saat itu, bersikeras.

Dokter itu menggelengkan kepala. Alex kecil tetap harus menjalani rawat inap. Beliau juga memberikan saran untuk mengambil ujian susulan. Hingga akhirnya perempuan itu luluh.

"Tetapi ... Sebagus apapun hasilnya, ujian tambahan tidak bisa memberikan nilai sempurna."

Kalimat yang diucapkan dengan pelan sepeninggal dokter itu terdengar dengan jelas oleh Alex yang masih sangat belia. Membuatnya membenci dirinya sendiri yang tidak sehat. Membenci dirinya yang gagal memenuhi harapan sang ibu.

"Maafkan aku, Ibu..., " bisik Alex kecil.

"Tidak apa-apa, Ludwig ... sayangku," timpal ibunya seraya membelai rambut cokelatnya dengan lembut. Kemudian perempuan itu menyerahkan sebuah buku latihan soal kepadanya yang masih terbaring di ranjang tempat rawat inap dengan jarum infus menancap nadi salah satu lengannya. "Kau cukup belajar saja dengan giat. Biar ibu usahakan mengenai ujianmu nanti."

Perempuan anggun itu tersenyum tetapi Alex kecil merasakan sebuah sensasi sesak di dada pada tarikan napas berikutnya. Perutnya terasa bagai melilit.

Belasan tahun kemudian, lelaki itu kembali merasakan hal yang sama.

"Bagaimana, Ludwig. Apa kau mau mempertimbangkan untuk bekerja di perusahaan milik kenalan ayahmu?" ulang ibunya di sela-sela hirupan minuman yang menyebarkan aroma manis karamel dan susu cokelat. "Mereka membutuhkan tenaga penerjemah handal. Sesuai dengan keahlianmu, bukan?"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top