Pemberontakan
"Tampangmu parah banget!" cetus perempuan yang sudah duduk lebih dulu. Melihat cangkir kopi susu yang isinya tinggal setengah, dia sudah ada di kafe itu paling tidak setengah jam sebelumnya.
Lelaki yang baru saja duduk tidak menjawab. Dia sibuk berkutat dengan tas tentengnya, mencari-cari dokumen yang sudah membuat wajahnya sembab dan terlihat seperti rakun. Begitu ketemu, segera dia serahkan tumpukan kertas yang hanya ditahan oleh penjepit hitam itu pada lawan bicaranya.
"Tolong diperiksa dulu, sudah lengkap atau belum. Kalau ada yang masih kurang akan kukirim belakangan."
Perempuan dihadapannya hanya menghela napas lalu menerima apa yang baru saja lelaki itu sodorkan.
"Pekerjaanmu yang lain kurang lancar?" tanya perempuan itu lagi. "Tidak biasanya kamu menerima permintaan semendadak ini."
"Hanya bayaran yang telat masuk saja. Bukan masalah besar."
"Tapi melihatmu kacau begini ... Kau masih bisa pulang ke rumah orang tu-... ."
BRAK!!!
Gebrakan kepalan tangan lelaki itu pada permukaan meja membuat seisi kafe menoleh ke arah mereka berdua. Perempuan di hadapannya bungkam.
"...Maaf," ujar laki-laki itu pada akhirnya. "Aku terlalu lelah dan mengantuk untuk bicara hal-hal yang tidak penting. Kau cek saja itu dokumen di tanganmu, aku mau pesan kopi."
Lelaki itu bangkit lalu berjalan menuju meja bar. Melihat jajaran alkohol di rak belakang barista yang baru saja menyerahkan pesanan pengunjung lain, nampaknya kafe itu berubah fungsi menjadi pub di malam hari.
Setelah mengutarakan pesanannya, dia tidak segera kembali. Saat ini dia sedang tidak ingin mengingat tentang rumah nyaman tempat kedua orang tuanya tinggal di bagian lain Negara itu. Dia sendiri yang memutuskan untuk meninggalkan mereka beberapa tahun yang lalu.
Percuma hidup berkecukupan bila apa yang menyediakan kemudahan itu tidak bisa menerima dirinya seutuhnya, begitu yang dia pikirkan ketika mulai mempersiapkan kepergiannya. Tidak mudah, memang. Apalagi karena dia harus melakukan semua itu tanpa sepengetahuan orangtuanya.
Semua demi mendapatkan kebebasan untuk menjadi dirinya sendiri.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top