Kebebasan


Dengung getaran telepon genggamnya membuat air dalam gelas beriak. Masih memfokuskan konsentrasi pada apa yang diketik tangannya meraih benda elektronik itu. Jempolnya menemukan tombol bicara tanpa perlu dilihat.

"Selamat petang, dengan Alex Lui di sini," sapanya nyaris otomatis.

"Apa kabar, Ludwig?"

Suara bariton lembut yang sangat dia kenal. Tanpa dia sadari bibirnya mengulum senyum.

"Sangat baik, Ayah," jawabnya. "Ayah sendiri, sehat?"

Untuk beberapa lama pembicaraan mereka tidak jauh-jauh dari soal makanan, kesehatan dan cuaca. Hingga akhirnya Erik mulai menanyakan hal yang penting.

"Apakah keinginanmu sudah terpenuhi, Ludwig?"

"Sedikit lagi, Ayah ... Mungkin masih butuh sekitar enam bulan lagi. Baru-baru ini aku mendapat pekerjaan yang bagus, kalau lancar ... bisa jadi terpenuhi lebih cepat lagi."

"Baguslah kalau begitu. Aku ikut senang untukmu ... Asalkan jangan sampai terlalu asyik dengan pekerjaanmu sampai lupa menjaga kesehatan!"

Alex tertawa kering mendengar nasehat itu. Membuat Erik menebak bahwa puteranya pernah lengah dan mendapat masalah karena lalai dengan kesehatannya.

"Hanya sedikit anemia karena kurang tidur. Sekarang sudah tidak apa-apa, sungguh!" lelaki itu berusaha menjelaskan untuk tidak membuat ayahnya lebih khawatir.

"Aku bersalah padamu, Ludwig ... Mungkin kau juga lebih sehat bila aku dulu lebih perhatian pada urusan rumah."

"Ayah bicara apa ... Justru berkat Ayah aku mendapatkan kebebasanku sekarang. Tanpa bantuan Ayah, aku tidak akan bisa meneruskan sekolah bahasa—karena Ibu sangat tidak setuju. Kurang sedikit lagi uangku terkumpul, cita-citaku untuk pergi ke tempat asal instruktur Feihung pasti tercapai!"

Erik menghela napasnya, berat.

Dia tidak keberatan puteranya mengejar impian hingga ke negeri seberang. Hanya saja dia khawatir bekal yang sedikit demi sedikit olehnya masih kurang. Bukan masalah dana. Erik percaya puteranya mampu mengumpulkan ongkos yang dibutuhkan.

"Kau tahu, Oriental itu bukan melulu tempat yang indah seperti di kartu pos dan lukisan. Nenek buyutmu berkali-kali bercerita, susahnya beliau bertahan hidup hingga harus melarikan diri ke negeri ini."


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top