Bocah yang Tertinggal
Derai suara tawa tenor terdengar dari balik pintu ruang kelas. Murid perempuan dikumpulkan untuk kelas khusus, pelajaran kesehatan. Para murid lelaki yang tersisa seharusnya mengerjakan tugas yang diberikan oleh wali kelas.
Namun mereka saat ini sedang menyoraki seorang teman mereka yang baru saja menginjak usia 14 tahun. Suara bocah yang berulang tahun itu belum lama ini pecah. Susah payah dia berusaha menenangkan teman-temannya.
"Kalau guru mendengar kita ribut. Bisa batal makan-makan, nanti!" bisiknya dengan suara serak yang sesekali melengking seperti tercekik.
Semua temannya buru-buru mendesis seraya mengacungkan telunjuk di depan mulut masing-masing.
Masih cekikikan bersama yang lain, bocah yang berulang tahun itu menyadari sosok seorang bocah laki-laki yang bertubuh lebih kecil dari semua teman sebayanya.
"Hei, kau mau ikut juga?" tawarnya pada bocah yang terkecil itu.
Yang diundang menjawab dengan gelengan kepala. "Maaf, aku harus menemui dokter hari ini," tambahnya terdengar pahit. Suaranya masih terdengar kekanak-kanakan, tidak berbeda dengan suara anak perempuan.
"Oh, ya ... sudah. Besok kubawakan kue-kue buatmu, deh... ."
"Trims," jawab suara kekanak-kanakan itu lagi seraya mencoba untuk tersenyum.
***ooo000ooo***
Bel pulang sekolah berdentang nyaring. Para bocah lelaki bergegas meraih tas mereka lalu berhamburan keluar kelas. Satu yang tersisa berjalan lesu. Memandang iri ke arah teman-temannya yang semakin jauh.
Kelesuannya itu bukan hanya karena tidak bisa menghadiri acara ulang tahun temannya. Dia iri pada postur bocah lelaki sebayanya yang lain. Dibanding mereka semua, tubuhnya berkembang paling lambat. Bahkan dia tertinggal dari yang baru saja berulang tahun, padahal bocah itu lebih muda darinya beberapa bulan.
Fisiknya juga cenderung lebih lemah—walau bila dibandingkan dengan kondisinya semasa kecil dulu, saat ini dirinya sudah jauh lebih membaik. Tahun-tahun pertama sekolah dasarnya, kelelahan dan kedinginan sedikit saja, sudah bisa membuatnya tumbang dan tidak bisa menghadiri sekolah selama beberapa hari.
"Ludwig!" panggil seorang perempuan yang sangat dikenalinya.
Ibunya sudah menunggu di gerbang.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top