Ayah


Melamar Madonna berambut gelap dari fakultas sebelah sepertinya tindakan yang tepat saat itu. Walau tidak semesra pasangan kekasih lain, mereka saling menyukai. Dirinya sudah mendapat pekerjaan, restu dari kedua pihak orang tua juga sudah dikantongi.

Kekasihnya tidak hanya cantik dan cerdas tetapi juga serius dan tegas. Cocok dengan dia sendiri yang cenderung santai—begitulah yang selalu dikatakan oleh orang-orang. Wajah khawatir dari calon ibu mertuanya sempat dia abaikan. Mengkhawatirkan puteri semata wayang yang hendak menikah itu hal yang wajar, itu yang ada dalam benaknya.

"Rambut pirangmu indah, membuatku iri," puji kekasihnya, pada salah satu acara kencan mereka berdua. Tidak hanya sekali, puluhan, mungkin ratusan kali perempuan berambut cokelat gelap itu menyinggung hal serupa. Mendapat pujian dari yang dikasihi tentu membuat bahagia, karenanya tidak dia pikirkan dalam-dalam.

Setelah menikah, dia bekerja dengan giat demi rumah tangga baru mereka. Walau istrinya juga meniti karir, saat dia pulang rumah mereka selalu rapih dan bersih. Sungguh pasangan yang luar biasa, pikirnya saat itu.

Kemudian tahun kesekian pernikahan, lahirlah Alexander Ludwig von Schwarzewald. Buah hati mereka berdua. Kelahirannya agak sulit, tetapi baik bayi maupun ibunya selamat. Lelaki itu sangat bahagia, hingga luput melihat kegalauan di wajah istrinya.

"Rambutnya tak mirip denganmu," gumam perempuan itu pahit.

Dia semakin rajin bekerja demi masa depan putera mereka. Sedangkan istrinya memutuskan untuk di rumah saja, demi bayi mereka juga. Agak disayangkan karir istrinya terhenti tetapi tak apa, asalkan mereka bahagia.

Hingga bayinya tumbuh menjadi kanak-kanak, setiap dia pulang rumah tetap rapih dan bersih. Padahal biasanya rumah tangga dengan anak, seringkali berantakan—apalagi laki-laki. Namun dia tidak ambil pusing. Istrinya sangat cakap, itu saja yang terpikir.

Ludwig mudah sakit. Sering sekali istrinya harus membawa anak itu ke dokter, bahkan setelah usia sekolah tubuhnya terlihat kecil dibanding anak lain. Dia kira karena tubuhnya lemah saja.

Hingga dia sadari puteranya tidak bahagia.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top