Arti Kematian
Manusia dan makhluk hidup lain pada umumnya takut akan maut. Saat segenap organ tubuh berhenti berfungsi dan kesadaran menghilang—baik perlahan maupun seketika. Detik-detik mencekam yang konon dapat membuat seseorang mengalami kilas balik seluruh masa lalunya.
Perempuan itu pernah mengalaminya. Dulu sekali, saat kecelakaan merenggut nyawa kedua orang tuanya, dirinya juga ada di tempat yang sama. Nyawanya selamat tetapi detik-detik mencekam ketika pelukan hangat ibunya perlahan menjadi dingin cukup membuatnya dihantui mimpi buruk selama bertahun-tahun.
Karenanya dia gemas pada lelaki jangkung yang seolah membuang-buang nyawanya dengan memaksakan diri untuk hidup jauh dari orang tua yang masih sehat, segar-bugar, tak kurang satu apa pun itu.
"Tempo hari aku hanya sedikit ceroboh menjaga kesehatan. Tidak akan terulang lagi," kilah lelaki itu ketika dia konfrontasi.
"Kau selalu bicara begitu tetapi sejak aku mengenalmu berapa kali kau mengalami masalah yang berujung rawat inap di rumah sakit, coba kau ingat!" protes perempuan itu, jengkel.
"Dan tidak satu pun disebabkan oleh kasus yang sama, bukan?" balas lelaki itu, kalem. "Aku sudah cukup hati-hati dan mengikuti saranmu selama ini."
Perempuan itu menghempaskan diri ke satu-satunya sofa di ruang apartemen sempit tempat lelaki itu tinggal. Tidak bisa membantah pernyataannya juga tidak bisa menghilangkan rasa gemas yang mengendap sejak lama.
"Mungkin yang kukatakan ini tidak sensitif terhadapmu yang sudah yatim piatu," ujar lelaki itu, memulai pembicaraan karena perempuan yang bersamanya bungkam. "Tapi kumohon, berhentilah memintaku kembali ke rumah ... Itu tidak akan pernah terjadi."
"Setidaknya kau bisa memberi kabar pada mereka... ."
Kata-kata perempuan itu terhenti. Lelaki jangkung di hadapannya tersenyum. Namun ada sesuatu yang janggal pada kilatan di sepasang mata cokelatnya.
"...Ibuku menemuimu, ya?"
Perempuan itu tidak bisa menjawab.
"Apakah kau sudah membeberkan tentang aku padanya?"
Perempuan itu menggeleng, "Aku tidak melakukan itu."
"Bagus. Karena tidak ada untungnya bagimu, bagiku, maupun bagi ibuku. Perempuan itu terlalu membenci keberadaanku."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top