15 | Dia

Sinar matahari membuatku terbangun. Setelah mengumpulkan kesadaran, aku langsung keluar kamar menuju dapur. Saat ingin memecahkan telur di atas mangkuk, ada dua tangan yang memelukku dari belakang. Aku tersenyum.

''Pagi. Selamat ulang tahun, Princess.''

Adikku mengeratkan pelukkannya.

''Mau di buatkan roti dan telur juga? atau ada makanan lain yang kamu inginkan?''

''Telur, roti dan sosis sudah cukup. Oh iya, jangan lupa susunya.''

''Baik, tuan putri. Selama menunggu abang masak, mandi duluan gih, kamu bau.''

Dia memukul punggungku pelan. Aku pura-pura kesakitan.

''Kita jadi pergi kan?''

''Tentu saja. Apa sih yang tidak untuk tuan putriku ini.''

''Kalau begitu aku mandi duluan. Masak yang benar ya, abang. Jangan sampai gosong.''

Belum sempat aku memarahinya, dia langsung berlari keluar dapur sambil tertawa. Aku hanya bisa menggelengkan kepala.

Hari ini kami berencana pergi 'berkencan' berdua saja. Yah, salahku juga sih, bilang aku datang kesini karena hari ini ulang tahun dia tapi tidak membawa kado sama sekali. Jadilah aku tidak bisa menolak permintaannya.

Setelah mandi, kami langsung pergi. Tujuan pertama yaitu taman bermain. Duh, jadi inget pangeran. Seandainya dia ada di sini, sudah pasti langsung aku ajak.

Sepanjang perjalanan dia terus berbicara. Membicarakan tentang gurunya yang galak, tugas rumah yang menumpuk dan juga menceritakan hal-hal seru yang dia lakukan bersama teman-temannya di sekolah. Aku senang dia terlihat lebih ceria.

Saat sedang mengantri untuk beli tiket masuk, mataku membesar karena melihat seseorang yang sedang membeli es krim tidak jauh dari kami itu. 

Ya Tuhan, aku tidak menyangka bisa melihatnya di sini.

Dia cinta pertamaku, guys.

''Eh, bang.. Itu bukannya temen abang ya?''

Oh tidak, dia melihat kearahku.

Dia tersenyum. Ya Tuhan, indah sekali senyumannya.

Eh, dia melambaikan tangannya.

Dia mendekat.

Tunggu.

Jangan mendekat.

Oh Tuhan, jantungku berdetak kencang sekali. Aku tidak kuat.

''Eh kakak...''

Aku lihat dia tersenyum ke adikku, lalu mengelus rambutnya pelan.

''Kakak sendirian?''

Aku melihatnya mengangguk.

''Mau pergi bersama kami?''

Aku tercekat mendengar tawarannya. Dia terlihat berpikir sebentar lalu mengangguk.

Dia kembali melihatku. Dia tersenyum lebih manis.

''Hai. Sudah lama ya kita tidak bertemu.''

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top