O9. anak lelaki 7 tahun
•••
"Satu, dua, tiga, lima, enam, tujuh. "
"cilukkk ba! "
Dengan cepat ia memutar tubuhnya dengan semangat. Tidak ada siapapun. Berjinjit, lantai reot itu memekik menandakan usianya. Dengan langkah perlahan dan mengendap, ia memutar kenop pintu. Tidak terkunci, dan tidak akan pernah terkunci. Ia menunduk lesu, selalu seperti ini. Tidak ada siapapun di luar sana.
Kembali, ia merangkak naik ke atas ranjangnya yang keras tanpa kasur itu dan menatap bulan dari bawah. Indah sekali. Seperti wajah mama, bukan?
Perlahan, air matanya menetes. Ia tidak mengerti sama sekali mengapa ia harus menangis. Yang ia tahu, ia hanya merasa begitu sedih karena terus teringat papa dan mama yang tidak akan pernah mengingatnya. Kemarin yang tidak tahu kapan, ia ingat benar perasaan saat keluar rumah dan berlari meninggalkan bibi yang masih membawa mangkok kuning berisi nasi dan ayam goreng kesukaannya. Ia bahkan meninggalkan bola kesayangannya.
Kenapa begini? Padahal mama papa lain sering muncul di televisi untuk mencari anak mereka. Tapi kenapa mama dan papa berbeda? Apa karena ia lari setelah ditabrak oleh mobil mama? Apa mama marah karena mobilnya kotor terkena darahnya? Kalau iya, kenapa mama papa tidak datang untuk menghukum? Setidaknya itu berarti aku anak mereka,batinnya.
Ia mengusap pelan dahi kanannya yang masih menempel darah basah. Merahnya cantik sekali. Bersinar seperti senyum mama.
Bukankah semuanya akan baik-baik saja?
Bibi selalu bilang, semua akan baik-baik saja saat ia menjadi anak baik. Tapi ia sudah terlalu lama menjadi anak baik, dan mama papa tidak pernah menganggapnya ada. Jadi terpikir, jika ia sedikit nakal mungkin akan berhasil. Ternyata tidak. Seperti mereka mempunyai ratusan anak dan dirinya adalah salah satunya. Padahal dia adalah satu-satunya.
Air matanya semakin mengalir. Ia sesenggukan. Mama, papa, lihatlah anak lelakimu sedang menangis. Maaf aku nakal lagi meskipun benar-benar tidak ada harapan untuk menjadi anak nakal ataupun baik lagi.
Tbc~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top