25. TULANG PUNGGUNG KELUARGA

"halo?"

"...iya "

" iya pak, saya usahakan. "

Embusan napasnya mulai berat. Dapat ditebak wanita itu sedang menahan gejolak emosinya. " iya waalaikum.. "

tuuuut
Dimatikan secara sepihak, lagi. Terhitung sudah 6 kali ia menerima perlakuan seperti itu dari saat ia mengawali hari--setelah sholat subuh hingga menjelang dzuhur. Semarah itukah mereka?

Ia berdiri. Melumat bibir bawahnya sendiri dan mencoba tersenyum. " dek, saya tinggal ya? "

Si empu yang diajak berbicara itu gelagapan. Gawai yang sedari tadi ia prioritaskan itu pun terlempar kemana pun. " e-eh iya mba. " jawabnya dengan wajah cengengesan.

'ada-ada aja', batinnya.

Dengan langkah sedang, wanita itu berjalan menaiki tangga butik menuju lantai dua yang difungsikan menjadi rumahnya. Sampai saat tangga terakhir, pandangan yang sedari tadi tajam dan menghantam berubah perlahan menjadi sayu dan penuh kesedihan.

Secara samar terdengar suara ayahnya yang sedang terbatuk dan ibunya yang sedang mengaji. Perih sekali saat mendengarnya.

" udah jangan dijadiin beban terus, kamu tau itu cuma bikin kesehatan kamu menurun"

"KAMU GAK NGERTI APA APA"

"yang... "

"orang emang beban... Terus apanya lagi yang gaboleh dijadiin beban?! "

Suaranya yang sedari tadi meninggi itu melunak. Tidak seharusnya ia berteriak seperti itu pada suaminya.

"aku capek. Aku capek mas. "

Kini suara tajam itu berganti serak, ia menangis.

Suara di seberang terhenti. Hening. Ia menghela napas panjang. Selalu saja seperti ini. Mengapa saat emosional seperti ini pihak sel tidak mau mengerti? Ah tidak, bagi mereka suaminya hanyalah tahanan. Dan tidak ada yang harus mengerti diantara dua belah pihak. Entah dirinya dan perasaannya, atau pihak polisi dan pekerjaannya. Semuanya memiliki kepentingan masing-masing. Oke, kita simpan luka sendiri.

Segera, ia tutup sambungan teleponnya dan mulai memasang al-waqiah dari gawainya. Begitu tenang hingga matanya terpejam dalam damai.

Orang bilang keluarganya penuh materi dan kehormatan, namun ia sendirilah yang harus merasakan beban. Berisik.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top