MASALALU ANDIRANI


Dreekkk....

Greb...

Andirani melepas sepatu yang ia kenakan sebelum melangkah semakin dalam ke dalam apartemen mewah yang ia beli dengan uang ayahnya 5 hari yang lalu.

Setelah semua kerluarganya meninggal, secara otomatis semua harta yang dimiliki keluarganya jatuh ke tangan Andirani. Belum lagi uang asuransi kematian kedua orangtuanya juga sudah atas nama dirinya.

“Hah... kehidupan seperti ini kan yang selalu menjadi mimpi indah untukmu Dira?” gumamnya seraya menatap dirinya dari pantulan cermin.

“Apakah kamu memang berencana memendam seperti ini?”

“...”

“Aku sudah membunuh mereka semua, jadi kamu tak usah takut Dira.”

Gadis cantik itu menghela nafas sejenak sebelum ia melepaskan tas dan membaringkan dirinya di ranjang.

“Aku tak tau alasan mengapa kamu tak mau melawan dan memutuskan untuk mengakhiri hidupmu sendiri... hah, entah keberuntungan atau apa, tubuh ini ternyata masih bisa bertahan dan akulah yang mengawalnya.”

“...”

“Kau tau Dira? Aku tak akan pernah mau menjadi dirimu walau aku ini adalah bagian dari dirimu.”

“...”

“Jadi kau teruslah saja tidur dan saksikan apa yang akan aku lakukan para manusia-manusia yang sudah berani menindasmu.”

Andirani menyeringai kejam sebelum ia bangkit dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
Flasback On

PRANG!

“Dasar anak sinting! Sudah aku bilang kan kalau aku muak melihatmu?!”

“Ta—tapi Dira cuma mau ayah lihat nilai belajar Dira.”

“Buruk, aku tak akan pernah sudi melihat pencapaianmu! Jika perlu kau berhenti saja sekolah, dasar anak sial!”

Andirani hanya bisa terududuk dengan lesu di antara pecahan vas bunga yang di lemparkan sang ayah kearahnya hingga membuat kakinya terluka.

Perlahan, tangannya meraih sebuah amplop putih berisi pemberitahuan beasiswa yang ia dapatkan dengan perjuangan yang tidak sebentar agar ia bisa sekolah, karena sejak dulu ayahnya itu tak akan pernah sudi mengeluarkan uang untuk menghidupinya.

Ia bisa tumbuh sehat sampai usia sekarang berkat neneknya, namun bukan berarti ia hidup dengan kasih sayang.

Sang nenek merawat dirinya karena terpaksa untuk memenuhi permintaan terakhir putri kesayangannya yang meninggal sehari setelah beliau melahirkan dirinya. Dan tahun lalu sang nenek meninggal hingga ayahnya mau tak mau harus menampungnya di rumah.

Jujur saja, Andirani senang bisa tinggal satu rumah dengan sang ayah meski ia harus tidur di gudang paling ujung rumah mewah tersebut.

“Mau sok ambil perhatian Bang Bagas lagi yah anak pembawa sial?”

Andirani mendongak, menatap seorang wanita paruh baya yang berdiri dengan sombong di depannya sebelum ia kembali menunduk dan mulai membersihkan percahan vas bunga.

Wanita itu adalah Rina, adik kandung ayahnya yang juga ikut membenci dirinya karena dia berpikir semua masalah yang menimpa kakaknya adalah kesialan yang di bawa olehnya sejak lahir.

Mulai dari kematian ibundanya tercinta yang merupakan cinta sejati ayahnya hingga membuat Bagas mengalami depresi, perusahaan keluarga yang nyaris bangkrut, dan beberapa masalah lainnya.

Semuanya terjadi begitu Andirani lahir sehingga ia di cap pembawa sial dan tak pernah mendapatkan kasih sayang dari keluarganya.
Bahkan lucunya, Andirani tak tau bagaimana rasanya di sayangi oleh keluarga sendiri.

“Kamu harusnya sadar, kalau bang Bagas ngak akan pernah sayang sama kamu!”

Andirani tersenyum tipis, ia sudah tau bahkan sudah hangat hafal bahwa ayahnya tak akan pernah sayang kepadanya bagaimanapun usaha yang ia keluarkan untuk mengambil perhatiannya.

Namun entah mengapa ia ingin menunjukkannya kepada sang ayah meski ia tau akan di marahi kemudian, setidaknya mendengar suara bentakan ayahnya adalah sebuah kebahagian baginya yang tak pernah sekalipun di sapa oleh ayahnya.

Sejak kematian Ayu, Bagas tidak sekalipun ada niatan untuk kembali berumah tangga sehingga ia hidup seorang diri dan hanya di temani oleh keluarga adiknya.

“Mau kamu mendapatkan beasiswa ke luar negeri saja bang Bagas ngak akan bangga sama kamu!”

“Iya, Dira tau kok Bi.”

“Huh, aku harap kesialan yang kamu bawa tidak kembali terulang.”

Andirani hanya bisa terdiam menatap punggung Rina yang mulai menjauh.
Harapan Andirani saat ini hanya satu, yaitu hidupnya bisa sedikit mudah dari ini.

Namun seakan takdir mempermainkan kehidupannya, Andirani juga menjadi pusat bullyan semenjak ia mendudukki bangku sekolah mengengah pertama dan tak pernah berakhir sampai ia mendudukki bangku kuliah. Bahkan bully yang ia terima semakin lama semakin parah sehingga ia selalu pulang dengan membawa banyak luka di tubuhnya dan pekerjaan sampingan yang ia jalani kini membuat semua waktu belajarnya tersita habis, sehingga ia selalu bermasalah dengan dosen.

Sebenarnya ia sangat ingin meminta tolong kepada Affan, seorang dosen belia yang seakan tau masalah apa yang sedang ia hadapi namun sekali lagi rasa takutnya menguasai akal sehingga sampai titik ini ia tak pernah berniat menceritakan semuanya.

Hingga akhirnya batas harapannya pun ia temukan.

Hari itu adalah hari di mana ia memilih mengahkiri hidupnya sendiri dengan menenggak banyak obat tidur.

Namun bukannya mati, Andirani justru merasakan tubuhnya bergerak sendiri tanpa sepengetahuannya sampai akhirnya ia sadar jika semua masalah dan keinginan terpendamnya melahirkan sebuah ‘DIRI’ baru dalam tubuh Andirani, atau di dalam dunia medis di namakan Multipe Personality Disorder, yaitu kondisi manusia yang memiliki dua kepribadian dalam satu tubuh, mirip seperti DID namun kepribadian yang muncul lebih ‘HIDUP’.

Dan dirinya hanya diam saat dimana DIRINYA yang lain mambantai habis semua anggota keluarga yang menyakitinya tanpa terkecuali.

“Siapapun, aku mohon tolong aku!” ucapnya dalam hati karena Andirani tak tau bagaimana cara mengambil alih kembali tubuhnya sendiri.

Flasback Off

Tbc

---

A/N : Tambah sepi, yaudah deh aku putuskan buat hiatus sementara dan lanjutin Feliz dulu, setidaknya di sana agak rame dikit 😞

See you luv

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top