KISAH PEMBUNUHAN NIRAI
“Bagaimana?”
Kasmia mendekati Rehan yang baru saja masuk ke dalam ruang rawat Mawar di rumah sakit pusat kota Cirebon, tempat di mana anak-anak panti, Affan, Narai, dan juga dirinya di rawat.
Rehan yang masih menggunakan seragam dorengnya menghela nafas lalu tersenyum, pemuda itu sudah mengurus semuanya hingga masalah semalam bisa selesai tanpa masalah karena para warga yang ada disana bersaksi tak tau apa-apa karena mereka pingsan juga pelaku yang bertanggung jawab atas kejadian itu juga sudah tewas.
Kini mereka hanya perlu memulihkan keadaan hingga bisa kembali beraktifitas seperti biasanya, ia juga sudah memutus beberapa bawahannya untuk membereskan panti.
“Beres semuanya kok, Bu.”
“Alhamdulillah.....”
“Ibu beneran ngak papa? Masih ada yang sakit tidak?”
Kasmia menggeleng lemah, dirinya tidak merasa sehat saat ia tau lebih dari 20 anak angkatnya di panti tewas di malam itu dan kini hanya menyisakan sekitar 30 anak dimana 12 diantara mereka mengalami traumah hebat.
“Adik-adikmu, Han... banyak yang tidak bisa kembali lagi...”
Rehan mendekap sang ibu dan menengkannya, ia sedikit tau apa yang tengah di rasakan sang ibu.
Meski mereka bukan anak kandungnya, Kasmia sudah membesarkan mereka sedari kecil.
Kedua mata elangnya lalu menyusuri ruangan yang luas itu dimana semuanya berisi orang-orang yang sangat ia kenal, begitupun dengan seorang pria berusia sekitar 25 tahun yang duduk termenung di samping ranjang Narai.
“...Bang Nirai hidup lagi?”
Kasmia melepas pelukan sang anak lalu menatap Nirai yang masih saja termenung.
“Iya, dia tiba-tiba saja keluar dari sebuah cahaya yang sebelumnya menjadi pintu orang-orang yang merusak panti.”
Merasa di perhatikan, Nirai pun mengangkat wajahnya dan menatap dua orang yag tengah menatapnya.
“Abang berhutang penjelasan dengan kita semua!”
Mendengar perkataan Rehan, Nirai tersenyum tipis lalu bangkit untuk mendekati keduanya.
“Dimana Boim?”
“Dia masih dalam perjalanan ke sini, beberapa jam sebelum kejadian dia pergi keluar kota untuk mengecek kinerja kantor cabang,” jelas Rehan yang di balas dengan anggukan oleh Nirai.
“Jadi bagaimana? Abang mau menjelaskannya atau tidak?”
Nirai tersenyum simpul sebelum ia mulai menceritakan semua yang ia alami
FLASBACK ON
“Mas beneran ngak mau sarapan dulu?”
Nirai yang tengah merapihkan jas yang ia kenakan menoleh dan tersenyum kearah seorang wanita cantik yang sudah menjadi istrinya selama 1 tahun ini.
“Iya sayang, Mas ada rapat kerjasama dan tempat pertemuannya jauh dari sini jadi Mas harus pagi-pagi berangkatnya.”
Aiza cemberut sementara Nirai tersenyum lembut sebelum ia mendekat kearah istrinya itu lalu mengecup singkat bibir ranum yang ia sukai.
“Jangan cemberut dong, nanti cantiknya berkurang loh.”
“Hish, ngak usah gombal deh tuan Raja!”
Nirai tertawa kecil sebelum ia berjongkok dan mengecup sayang perut sang istri yang sudah lumayan berisi karena usia kandungannya masuk bulan ke-3.
“Jagain Mamah yah jagoan mungil Ayah, bilang sama Mamah jangan kebanyakan ngambek.”
“Apaan sih Mas!”
Nirai kembali mengecup perut sang istri sebelum ia berdiri lalu mengecup kening Aiza dengan sayang.
“Mas berangkat yah, baik-baik di rumah.”
“Iya.”
Aiza mengantarkan Nirai sampai di pintu depan lalu takzim sebagai perhormatannya kepada sang suami tanpa menyadari ada sepasang mata yang menatap tajam kearahnya dari dalam mobil sebuah mobil kijang.
Skip Time...
Nirai yang baru selesai mengadakan rapat segera keluar dari restoran yang cukup sepi karena belum masuk waktu makan siang, saat ia hendak menuju mobil miliknya tiba-tiba saja tubuhnya terpental jauh karena ada sebuah mobil yang menabraknya dengan telak.
dan saat sadar ia sudah dalam keadaan terikat di atas kursi dengan kuat.
“Apa-apaan ini?”
“Oh kau sudah sadar?”
Nirai mendongak dan melihat Hendra tengah berjalan kearahnya dengan sebuah cutter di tangannya.
“Mau apa kau?” tanyanya.
“Mau apa? Aku ingin membunuhmu!”
“...?”
“Kau merebut kekasihku! Kau menikahi gadis yang seharusnya menjadi milikku!”
“...”
“Aiza harusnya memilihku! Bukan laki-laki dengan asal-usul tak jelas macam kamu!”
“...”
Hendra menggores lengan Nirai dengan dalam hingga membuat pria itu meringis tertahan.
“Aku sudah lama mencintainya hingga aku terobsesi padanya, namun kenapa kamu yang baru sebentar di kenalnya malah menjadi suaminya?”
“Itu karena salahmu sendiri! Kau terlalu obsesi pada Aiza sehingga membuat dia takut terhadapmu!”
“Berengsek!”
Hendra langsung membunuh Nirai dengan cepat lalu tubuhnya yang sudah tak bernyawa ia bawa ke tepi hutan lalu menggantungnya seolah memang pria itu bunuh diri.
“Mampus kau Nirai!” ucapnya sebelum ia pergi meninggalkan tubuh Nirai.
Sementara itu di alam bawah sadar Nirai, pria itu terbangun di hamparan taman bunga yang indah dan tanpa ujung.
“Dimana aku?”
Dengan linglung, pria itu berdiri dan melangkahkan kakinya kesembarang arah lalu terhenti saat sadar tubuhnya ternyata tembus pandang.
“Ya Allah... kenapa ini?”
Nirai tersentak saat ia ingat kejadian sebelum ia sampai di taman ini.
“Aku terbunuh di dimensi tempat Aiza hidup,” gumamnya lirih.
Nirai terus berjalan menyusuri taman hingga ia frustasi sendiri karena memang taman itu tak memiliki ujung, bahkan hari di taman itu tak berganti sebelum akhirnya ia sadar bahwa ia tengah berada di taman antar dimensi yang memang tak memiliki waktu.
Dengan kata lain waktunya berhenti.
Syuu...
Secara perlahan tubuhnya yang transparan mulai jelas dan kembali utuh seperti semula karena tubuhnya yang ada di dimensi yang tak seharusnya ia tinggali menghilang lalu kembali ke jiwa yang memang sudah terlebih dahulu sampai di portal antar dimensi.
Perlahan ia mendongak dan melihat pancaran perputaran film yang terjadi di dunia dimana istri dan anaknya tinggal lalu akhirnya sebuah senyuman tipis tercetak di wajah tampannya.
“Rupanya aku harus berada di sini sampai putraku itu tau bagaimana cara membuka portal.”
Akhirnya Nirai hanya terduduk dan terus melihat ke langit dimana film tersebut masih berputar tanpa henti hingga akhirnya sang putra menemuinya di alam ini dalam bentuk transparan karena secara tak sengaja putranya itu membuka sedikit portal dan masuk dalam beberapa saat saja sebelum ia menghilang dan kembali ke dunianya.
FLASBACK OFF
“Jadi begitulah ceritanya.”
Rehan dan Kasmia termenung, bagaimana mungkin hal tak masuk akal itu terus saja menari di kehidupan mereka? Ah tidak, lebih tepatnya dalam kehidupan Affan?
Apa kesalahan bocah itu sehingga kehidupannya di kelilingi oleh hal seperti ini?
“Lalu sekarang bagaimana?” tanya Kasmia.
Nirai terdiam, semua hal yang terjadi malam itu benar-benar diluar dugaannya meski spekulasi yang ia keluarkan mengenai Frain yang berkhianat itu benar
Sekarang ia dan adiknya ada di dimensi ini sementara ibunya sudah terbunuh, dan semua ini sudah di rencanakan dengan sangat matang oleh Frain hingga saat sang adik masuk ke dimensi ini, orang suruhan jendral itu segera memporak-porandakan istana.
Jadi dengan kata lain sekarang istananya kosong.
“Saya... bingung Bu.”
Kasmia mengelus pundak kokoh milik Nirai untuk memberikan sedikit kekuatan padanya sementara Rehan masih setia diam di tempatnya, mematung.
Satu kata yang bisa ia ucapkan untuk mewakili semua hal yang terjadi.
MENGERIKAN!
Tbc
----
A/N :
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top