AWAL KISAH KELAM ITU BERMULA
Drap..drap..drap...
Boim berlari cepat masuk ke dalam rumah sakit setelah ia memarkirkan mobilnya dengan sembarangan di tempat parkir.
Persetan dengan denda, yamg ada di pikirannya kali ini hanya Affan yang masuk ke rumah sakit sejak dini hari tadi karena kecelakaan mobil.
“Permisi, pasien atas nama Affan Aryasatya Fazairan di rawat di mana?” tanyanya langsung pada suster yang berjaga di bagian adminitrasi.
“Oh Maaf Pak, pasien masih di dalam ruang operasi no 9.”
Tanpa membuang banyak waktu, Boim segera menuju ruang yang di maksud dan menatap lamat pintu ruang oprasi yang tertutup rapat dengan lampu yang masih menyala.
Jam 2 dini hari tadi polisi menghubunginya bahwa Affan baru saja terlibat dalam kecelakaan mobil di jalan Walang Sungsang km ke 84 yang merupakan ujung jalan hutan.
Dan bagai orang kesetanan, Boim segera menuju rumah sakit Subang Larang yang memang tak jauh dari sana tanpa memperdulikan hal lain lagi.
“Dengan pak Ibrahim?”
Boim menoleh dan mengangguk ke arah anggota kepolisian yang memang sedari tadi mengawas di sana.
“Iya saya sendiri.”
“Saudara Affan yang di laporkan sebagai korban penculikkan sebelumnya sekarang terlibat dalam kecelakaan mobil, menurut saksi yang ada di TKP mobil korban memang tak pernah seimbang dengan selalu oleng sebelum akhirnya keluar jalur dan terbalik setelah terserempet truk yang lewat.”
“...”
“Mobil yang di kendarai oleh korban sama dengan jenis mobil yang membawanya saat di culik yang plat no-nya tertutup, jadi dengan kata lain mungkin sudah terjadi sesuatu diantara keduanya dan korban akhirnya kabur menggunakan mobil pelaku.”
“Apa anggota kepolisian sudah menyusuri hutan?”
“Belum, memangnya ada apa?”
“Tempat dimana keponakan saya kecelakaan itu tak jauh dari area hutan, ia pasti di sekap di hutan sebelumnya!"
“Baiklah, kami akan segera mengirimkan pasukan untuk menyusuri hutan tersebut.”
Boim mengangguk dan terdiam kemudian setelah polisi tersebut beranjak untuk mengurus hal lain dan melanjutkan penyelidikkan.
Tak lama kemudian lampu ruang oprasi terbuka dan di susul oleh keluarnya beberapa dokter dan suster yang tengah mendorong ranjang dimana Affan tertidur.
Tanpa membuang banyak waktu lagi, Boim segera menghampiri salah satu dokter di sana.
“Dok, bagaimana keadaan keponakan saya?”
Dokter laki-laki itu melepas masker yang masih melekat di wajahnya sebelum ia menghela nafas dan menatap Boim secara langsung.
“Operasinya berhasil namun kini pasien dalam keadaan koma karena lukanya sangat parah sekali belum lagi ada beberapa tulangnya yang juga patah.”
“Inalilahi....”
“Hanya ini yang bisa kami usahakan, selanjutnya biarlah tuhan yang memutuskan.”
Dokter itu menepuk pelan pundak Boim yang kini tengah menunduk dalam dengan kedua tangan yang terkepal kuat di sisi tubuhnya sebelum ia pergi meninggalkan pemuda itu seorang diri.
“Hendra sialan! Apa pantas dia menyiksa seorang remaja berusia 17 tahun yang tak tau apa kesalahannya padamu sampai seperti ini? Kau benar-benar bajingan Hendra!”
Pemuda itu segera berbalik dan berjalan menuju ruangan dimana Affan di rawat secara intensif.
Skip Time...
Sebulan sudah Affan koma di rumah sakit dan masih belum menunjukkan tanda-tanda ia akan segera sadar sehingga membuat semua keluarganya khawatir bahkan Aiza sendiri sampai nekat keluar rumah untuk menunggui putranya itu.
“Mbak sebaiknya pulang dulu saja, tidak ada yang menjaga pun Affan akan aman karena Hendra berengsek itu sudah tewas.”
Aiza yang sedari tadi terus menatap wajah tenang putranya pun beralih menatap Boim yang baru saja masuk ke dalam ruang rawat VIP dimana Affan berada setelah pemuda itu sebelumnya keluar untuk membeli makanan.
“Nanti kalau dia sadar terus ngak ada orang gimana, Im?”
Boim meletakan tas kain yang berisi makanan ringan yang baru saja ia beli di minimarket terdekat itu di meja samping ranjang sebelum ia mendudukkan dirinya di sofa yang ada di sana.
Pemuda itu tak kembali bersuara sementara Aiza kini menatap wajah sang anak kembali.
Pikirannya lalu meroda ke masa dimana akhirnya Hendra menjadi seperti ini, saat itu Aiza akan menikah dengan Nirai 3 hari lagi dan tiba-tiba saja Hendra datang ke panti dan mengatakan bahwa ia hanya boleh mencintai Hendra seorang lalu pria itu bersumpah akan mengambil semua orang yang berusaha memilikinya karena selain dirinya tak ada yang boleh memiliki Aiza.
Sumpah itu terbukti saat akhirnya Nirai terbunuh dan sebuah surat datang mengatakan bahwa Hendra lah pembunuh suaminya kala itu namun di dalam surat itu juga berisi ancaman jika mereka melapor ke polisi maka ia akan membantai habis penghuni panti melalui pembunuh bayaran yang sudah ia siapkan.
“...semuanya karena Mbak, Im.”
“?”
“Andai dulu Mbak menikah dengan Hendra, Mas Nirai pasti tak akan mati terbunuh dan semua kisah kelam ini tak akan di mulai.”
“...”
“Semuanya salah Mbak, Im.”
“Sudahlah, Mbak! Mau disesalipun semuanya sudah kehendak Allah... tak ada satupun kisah manusia di dunia ini yang tak tertulis sebelumnya dalam naskah yang DIA tuliskan.”
“...”
“Kita hanya perlu berusaha dan berdoa untuk menyelesaikan naskah itu dengan baik sesuai kehendak-NYA.”
“...”
“Jadi berhentilah menyalahkan diri sendiri Mbak.”
Aiza termenung dan kembali menatap lamat putranya yang masih setia menutup mata, awal kisah kelam ini berawal dari sebuah cinta yang salah diartikan sehingga berujung dengan obsesi gila tanpa perasaan.
Terkadang Cinta memang bisa menjadi kisah indah andai para tokohnya tau apa makna Cinta yang sebenarnya.
Cinta juga bisa menjadi kisah yang sangat tragis sekali jika para tokohnya salah mengartikan kata Cinta.
Sama seperti kisah yang kini tengah ia alami, berawal dari Cinta semua kisah kelam dalam hidupnya bermula dan akhirnya menemukan ending yang tragis untuk menutup kisahnya.
Cinta memang semenyeramkan itu.
Karena dalam dunia yang berputar ini iblis saja bisa mengenggam Cinta lalu menghasut manusia untuk ikut mengenggamnya dengan salah.
Jadi masihkah Cinta adalah sebuah simbol perdamaian?
Jawabannya adalah masih.
Jika para pelakunya bisa menemukan apa arti cinta yang sesungguhnya.
TBC
-----
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top