VIII. Rencana
"Aaa, umm. Sebentar dulu."
Ucapan Nasr sontak membuat kawan-kawannya yang semula girang menjadi menampakkan wajah datar.
Nasr memang sudah tau tentang rencana untuk pergi ke gunung menjulang guna menghentikan Molly. Namun ia perlu memikirkan cara untuk menjelaskannya secara sederhana.
Namun alih-alih memikirkan bagaimana cara memberi penjelasan simpel terkait rencananya, Nasr malah memperhatikan Kazu. "Ada yang aneh dengan orang ini. Bukannya dia bekerja sama dengan monster gerinda itu?" batinnya.
Sebelumnya, Kazu lah yang memanggil Rizky saat empat sekawan hendak pergi ke pusat Veigvollr. Hingga mereka ditangkap lalu Wahyu — wujud monster Rizky — menggerinda tubuh Nasr dan Andy.
"Sudahlah. Pokoknya kalian ikut saja rencanaku," ucap Nasr.
"Tunggu! Kau harus jelaskan dulu bagaimana kita akan pergi ke sana." Cathy membentak Nasr.
"Kau mau ikut aku atau tidak?" Kali ini Nasr berani menentang si gadis pemimpin itu.
Sebenarnya Nasr bisa memimpin. Lagian dia adalah sesosok lelaki dengan fisik mumpuni dan otak yang cerdas. Dia lebih memilih untuk menuruti Cathy supaya gadis itu tidak banyak omong. Namun kali ini tidak. Dia lebih memilih mempertahankan pendiriannya untuk tidak memberi tahu rencananya.
"Ayolah! Bagaimana kalau kita mati di tengah jalan karena tidak tahu harus apa?" bujuk Cathy, lebih tepatnya mengoceh.
Andy sepertinya tidak tahan dengan perdebatan dua orang ini. Ia mendekati Nasr, mencoba membujuk.
"Nasr, tolong jelaskan."
Satu lagi rahasia mengapa Nasr bisa nurut-nurut saja kepada Cathy: bujukan Andy. Hanya gadis yang disukainya yang bisa membuat seorang lelaki keras memiliki hati lembut. Begitulah Nasr yang mudah luluh.
Nasr cepat-cepat memutar otak supaya bisa menjelaskan tanpa memberi tahukan rencananya kepada Kazu — orang yang telah ia curigai.
Nasr dan Kazu sama-sama menaruh curiga antara satu sama lain. Kazu mungkin mencurigai Nasr telah mengetahui rencana diam-diamnya.
"Nasr, Molly dan geng pengacaunya adalah sekelompok orang yang berbahaya. Kita harus memikirkan rencana untuk menghadangnya matang-matang." Kazu memberikan pandangannya, bermaksud membujuk Nasr sekaligus berusaha menutupi kecurigaan.
"Benar. Jangan sampai kita salah langkah," sambung Sam, ikut mendukung.
"Aghhh. Iya, akan ku beri tahu." Akhirnya Nasr kembali menjadi dirinya yang ikut-ikut saja jika diperintah.
Bukannya menjelaskan, Nasr malah berjalan meninggalkan rekan-rekannya. "Ayo, ikut aku. Nanti aku jelaskan sambil jalan.
"Meski menuruti permintaan teman-temannya untuk menjelaskan rencananya, Nasr tampak tidak kehilangan rasa curiga terhadap Kazu. Masih saja ia tidak mau memberi rincian rencananya dengan dalih akan menjelaskan di perjalanan.
Mereka berjalan menuju sebuah bangunan kecil di kaki gunung. Bangunan kecil dengan eksterior dan pintu baja.
"Di dalam sini ada terowongan menuju puncak." Nasr menjelaskan tempat di mana ia dan rekan-rekannya berhenti.
"Bagaimana kau tau itu?" tanya Sam.
"Pengetahuan penjelajahan, bung." Nasr memang seperti orang serba tahu diantara grupnya. Bahkan sejak kelompoknya masih beranggotakan tiga orang.
"Lengkapnya, dia pernah ke tempat ini. Sebelum dikejar dan ditangkap sekelompok orang. Orang-orang itu seperti menyiksanya. Setelah itu, ada orang yang menyelamatkannya." Cathy menjelaskan masa lalu Nasr secara panjang lebar.
Nasr sendiri malu dengan kejadian itu. Keingin tahuannya mengarahkannya kepada kemalangan. Untung saja waktu itu ia diselamatkan Rizky, meskipun ujungnya sama seperti yang Sam alami.
"Ah, mengarang saja kamu!" ujar Nasr.
"Eeh. Mana ada. Kau yang cerita kepadaku," balas Cathy tidak mau kalah.
Sam mencoba menenangkan dua orang yang berpotensi saling adu omong tidak jelas. "Sudah, kalian. Lebih baik kita fokus kepada rencana kita.
"Nasr melanjutkan penjelasannya. "Di dalam bangunan ini terdapat terowongan rahasia menuju tempatnya Molly."
"Kau yakin?"
"Begini. Salah satu cara menaiki gunung tinggi adalah membangun bidang miring. Entah itu jalan, tangga, atau apapun yang penting miring. Kita tidak melihat sama sekali jalan atau tangga, bukan?"
Penjelasan Nasr diikuti anggukan kepala dari rekan-rekannya.
"Jadi, mesti ada jalan lain menuju tempat itu. Kalian lihat sendiri laboratorium Molly canggihnya bagaimana. Tidak menutup kemungkinan dia bisa membangun jalan rahasia menuju tempatnya.
"Seorang pun tidak ada yang menanggapi. Meski begitu, penjelasan Nasr masih dianggap mudah diterima.
"Rencananya begini. Aku akan membuka kunci pintu terowongan ini. Tapi aku perlu satu hal." Pandangan Nasr mengarah kepada Kazu. "Kazu, tolong aku untuk menjaga sekitar."
"Aku bisa menolongmu membuka kunci pintunya. Aku tidak begitu hebat dalam mengamati sekitar," tolak Kazu.
—
Ditulis oleh: Nazary_76
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top