Tacenda
[ Tacenda ]
(n.) Things better left unsaid; matters to be passed over in silence
.
.
.
Saat ini, Chiyo benar-benar ingin beranjak dari kursi, tetapi Ritsu dengan santainya malah mengalungkan lengan di kaki gadis itu sambil tidur nyenyak di lantai. Sialan.
Gadis itu melirik ke arah Eichi, yang malah mengalihkan pandangan ke arah sosok Ritsu yang masih terlelap di alam mimpi.
"Kalau mau kabur, tendang saja dia," Eichi menawarkan solusi, melirik iris delima sang gadis, jelas mengimplikasikan bahwa ia tidak ingin bicara dengan gadis itu.
"Mana bisa aku menyakiti badan seorang idol? Aku tidak mau kena masalah," Chiyo berargumen, menghela napas lelah.
"Dia tidak disakiti juga sudah loyo," Eichi balas berkomentar, ujung kakinya menendang pelan pinggul Ritsu, "Lihat saja badannya, kelihatan bisa dibelah dua kapan saja."
"Aku juga kaget dia belum encok sampai sekarang," Chiyo menimpali, menendang ketiak Ritsu, "Badannya terbuat dari apa, ya? Plastik?"
"Kau pikir dia cyborg?" Eichi bertanya, mendengkus geli, "Tapi, ya ... akan menarik melihatnya encok."
"Ya, kan," Chiyo menyetujui, seringai tipis tampak pada bibir, "Biar kembaran dengan abangnya yang sudah uzur dan bau tanah itu."
Eichi tersedak tehnya sendiri, terbatuk-batuk. Melihat itu, Chiyo segera bangkit berdiri, mendekati sang pemuda dan mulai menepuk-nepuk pelan punggung pemuda itu.
"Tenshōin, kau tidak apa---"
"Bau tanah---astaga, humor---"
Eichi tertawa keras, memeluk perutnya yang mulai sakit akibat tertawa. Reaksi ini membuat Chiyo mengerjapkan mata, kemudian ...
"Yah, dia memang aki-aki bau tanah, kan?"
... menyengir lebar.
Tawa Eichi mereda, lalu menatap Chiyo. Mata sepasang remaja itu berserobok; sedetik kemudian, mereka tertawa keras bersama-sama.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top