Prolog

"Mas Tara, besok bisa temenin aku sebentar kan?" Gadis tujuh belas tahun berkuncir kuda duduk di sebelah pria yang sedari tadi fokus pada gadgetnya.

"Besok aku ada acara, Sa. Lusa aja ya." Bimantara Putra sama sekali tak mengalihkan pandangannya dari layar serta jari yang fokus mengetikkan sesuatu.

"Please, Mas. Besok bisa ya? Nggak lama kok, janji deh. Aku enggak mau jadi bahan bully-an karena nggak bawa pacar ke acara besok." Tavisha Xaviera -Sasa- memasang wajah memelas serta mensejajarkan telunjuk serta jari tengah membentuk huruf V agar pria di sampingnya mau meloloskan permintaannya.

"Tapi aku kan memang bukan pacar kamu, Sa. Lagian juga kenapa malu cuma karena nggak punya pacar? Kamu masih muda, hidup itu gak cuma seputar pacaran sama cinta-cintaan, Sa. Kamu punya keluarga yang perhatian juga sahabat yang tulus itu sudah lebih dari cukup. Kejar cita-citamu, nggak perlu mikirin yang lain dulu," terang pria yang lebih sering dipanggil Tara oleh sang anak tetangga.

"Kalo gitu, Mas Tara mau enggak jadi pacar aku? Buat di masa depan deh sebelum Mas Tara diambil orang." Sasa memberanikan diri mengungkapkan perasaannya selama ini meski hal itu disamarkan dengan candaan.

"Belajar dulu yang rajin. Nanti kalau kamu udah lulus trus selesai kuliah, baru tuh punya pacar." Tara beranjak dari tempatnya duduk, berlalu meninggalkan Sasa yang kini menunjukkan raut tak terbaca.

Itulah percakapan terakhir mereka sebelum Bimantara Putra meninggalkan kota kelahirannya untuk menyelesaikan kuliah serta merancang masa depan, sementara Sasa semakin fokus pada pendidikannya sebaik mungkin untuk dapat mengejar cinta Tara.

***

Mas, Alhamdulillah Sasa dapat predikat cumlaude.

sebuah pesan singkat yang ia kirimkan pada Tara dengan senyum mengembang bahagia, berharap setelah ini perasaannya akan berbalas selepas ia menuruti keinginan pria itu beberapa tahun silam.

Menunggu beberapa lama, tak ada balasan apapun dari pria itu. Sasa putuskan menyimpan ponselnya dan melangkah pergi meninggalkan area kampus. Mungkin pria calon masa depannya itu tengah sibuk hingga tak sempat membalas pesannya.

"Assalamualaikum," sebuah salam ceria serta senyum yang tak pernah surut dari wajah Sasa membuat sang mama yang duduk dalam ruang tamu mengalihkan perhatian padanya.

"Wa'alaikum salam."

Sasa mendudukkan dirinya di samping sang mama. Memperhatikan benda tak biasa yang ibunya pegang. Sebuah kertas tebal berwarna navy dengan pita silver yang masih terbungkus rapi dalam plastik, undangan?

"Siapa yang mau nikah, Ma?" Sasa banya bertanya, tidak berniat membaca isi undangan itu.

"Anaknya Bu Risa, dua minggu lagi mau nikah."

"Tante Risa?? Siapa yang nikah?" Sasa belum mengerti maksud ibunya.

"Si Bima lah, siapa lagi? Anak Bu Risa kan cuma Bima sama Mika, enggak mungkin kan kalau si Mika yang baru kemarin masuk SMA? Nih, baca sendiri." Ratih kemudian beranjak meninggalkan putri semata wayangnya sendiri, tanpa tahu jika kini Sasa mematung di tempatnya dengan pandangan kosong ke arah undangan yang kini telah beralih ke tangannya.

Tring

Suara pesan masuk terdengar menyadarkan Sasa.

Mas Tara ❤
Selamat ya
Aku titip sesuatu ke tante Ratih, Jangan lupa datang nanti.

Hanya itu balasan pesan singkat dari seorang Bimantara Putra yang kemudian disusul dengan isakan kecil dari bibir Sasa.

Bekasi, 27 Oktober 2020
Rey💟💟💟

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top