Pos Ronda
Ayah bersiap untuk meronda malam ini. Ia mendapat jatah ronda sebulan sekali. Namun, malam ini terasa berbeda.
“Ayah nanti pulang untuk sahur, kan?” tanyaku saat menghampirinya. Ayah tersenyum hangat, lalu mengusap kepalaku lembut. “Tentu.”
Pukul 3 dini hari aku masih terjaga di kamar. Terdengar suara berisik dari luar rumah. Mendadak semakin riuh, buatku terkejut. Pintu kamar terbuka tiba-tiba dan sosok ibu dengan wajah panik mengajakku melihat apa yang terjadi di luar. Hingga kami menemukan ayah tergeletak bersimpah darah di depan rumah bersama warga yang mengerumun. Saat itu, janji ayah tak lagi dapat ditepati sebab nyatanya ayah bukanlah pulang, melainkan berpulang.
🍁🍁🍁
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top