Bab 7

Bab 7

Asap mengepul bagai tirai candu. Ruangan itu adalah sebuah ruangan istimewa di bar paling khusus. Kursi panjang nan mahal mengelilingi tiga sisi dinding, sedangkan sisi yang lain terdapat pintu yang dihiasi oleh gemerlap berlian. Meja bulat di tengah ruangan dipenuhi oleh berbagai macam cerutu, minuman keras, dan narkotika. Para penari telanjang menghibur tanpa henti dengan goyangan erotis mereka. Sedangkan tiga pria menghirup cerutu, larut dalam obat-obatan.

Fang duduk di tengah kursi menatap kerlingan berlian di hadapannya. Seorang lelaki yang waras akan bergairah—atau setidaknya tersangsang—oleh godaan dan rayuan dua wanita penghibur di sisinya. Oh, kewarasannya sudah hilang sejak lama. Sejak wanita yang ia cintai dengan seutuh jiwa memperdayanya. Menjebaknya untuk memercayai wanita itu. Wanita jelita yang maniknya menembus ke dalam rusuk Fang.

Fang memejamkan matanya dan memori itu mengalir seperti bencana alam. Kania Elena of Seymour. Kania dan kakak kembarnya, Kalia Magdalena of Seymour, menjadi anggota Dewan Kursi Kegelapan beberapa tahun sebelum Reibeart dibangun. Talenta Zahl Forming yang dimiliki mereka bersinar begitu cemerlang sampai-sampai Aengus tidak bisa melewatkan kesempatan untuk mengundang mereka masuk dalam Dewan Kursi Kegelapan.

Pada waktu Kania dan Kalia dinobatkan sebagai anggota resmi, Fang tahu ia sudah tenggelam dalam pusaran emas matanya. Tidak ada satupun anggota Dewan Kegelapan yang tidak mencintainya. Kania sangat cantik, wanita tercantik yang pernah ia temukan. Dengan sifatnya yang menawan, mustahil orang tidak mencintainya. Seolah dewa-dewi mengucurkan segala anugerahnya kepada Kania dan menyisakan sedikit sekali untuk Kalia. Jika dibandingkan dengan kecantikan Kania, Kalia sepolos kertas. Rambutnya pirang platina dengan mata hijau menyorotkan dendam setiap kali bersama adik kembarnya.

Ia sering mengemban misi bersama Kania, bertukar cerita serta tawa dengannya. Tak terhitung berapa puluhan cerita yang ia tuturkan kepada Kania dan wanita itu selalu membalas dengan ratusan cerita lainnya. Kania bagai pusaran air yang membawanya kian dalam untuk tenggelam—tenggelam dalam khayalan di mana ia percaya bahwa Kania mencintainya. Sangat mencintainya sampai-sampai ia menukarkan cerita teristimewa demi senyum manisnya; rahasia tentang satu dari dua Kunci yang dipunya Dewan Kursi Kegelapan.

Waktu itu, Fang tidak menyadari bahwa Kania memiliki ketertarikan tersendiri dengan Kunci. Ia begitu larut dalam cintanya bagai gula dalam air hangat. Sampai akhirnya khayalan itu berhenti pada suatu titik. Adolphus of Reyes adalah pria yang sama mempesonanya seperti Kania. Tak mengherankan, sungguh, bagaimana dua magnet itu bisa saling tarik-menarik. Dua tahun setelah Reibeart dibangun oleh Adolphus, keduanya melangsungkan pernikahan meriah yang berlangsung selama tujuh hari tujuh malam.

Fang hadir di pesta meriah itu, dalam bayang-bayang sembari menyurutkan sakit di hatinya. Sakit yang tak sebanding luka fisik di sekujur tubuhnya. Sakit yang begitu sakral sampai-sampai Fang takut jika ia akan merobek jantungnya sendiri. Sebab ia tidak tahan menyaksikan mata indah Kania memandang Adolphus penuh cinta.

Namun, Kania bukanlah seorang wanita polos yang tak paham seberapa kuat pesonanya. Kania tahu apa yang ia inginkan, Kunci, dan ia pun tahu pesona terbaik untuk memperolehnya. Kania mengetahui kelemahannya: Fang mendambakan pandangan serupa yang Kania berikan kepada Adolphus. Ia rela mengorbankan segalanya, bahkan membiarkan dirinya terlena oleh pesona dan tipuan Kania. Dan dengan demikian, Fang menyerahkan Kunci kepada tangan mungil wanita itu, berharap Kania akan membalas cintanya.

Setahun berikutnya datang seperti neraka. Di musim dingin saat salju turun untuk pertama kalinya, Aengus mengamuk. Aengus adalah pimpinan dari Dewan Kursi Kegelapan. Sebagai seorang pemimpin ia selalu menjaga sikap tenangnya, mengokohkan wibawanya, dan memancarkan karisma. Tapi, semua anggota Dewan tahu bahwa Aengus adalah seekor naga beringas. Naga—benar, naga. Pria itu merupakan jelmaan naga terakhir yang pernah ada di dunia. Kaumnya dibantai oleh manusia berabad-abad lampau. Itu sebabnya ia menginginkan pembalasan dengan mewujudkan Dunia Baru melalui Kunci.

Pada hari itu Aengus mengamuk, ia memerintahkan seluruh anggota untuk berkumpul di kastilnya. Ia mewujud seekor naga raksasa, lebih besar daripada kastilnya sendiri. Semua anggota tahu bahwa Aengus adalah seekor naga beringas—dan pepatah mengatakan; jangan pernah mengganggu naga yang tidur. Anggota Dewan Kegelapan semuanya hadir detik diperintahkan—terkecuali satu orang. Aengus yang marah, menggila ketika mengetahui bahwa tidak hanya tak hadir, Kania memutuskan ikatan darah di antara mereka. Hal tersebut dapat diterka dari ketidakmampuan mereka menghubungi wanita itu.

"Kunci," Aengus menggeram. "Wanita rubah itu mencurinya dari ruang bawah tanah."

Ditampar oleh ombak kenyataan, Fang membatu di tempatnya berdiri. Wanita itu telah memerdayainya untuk menyerahkan Kunci demi keuntungannya sendiri. Ia tidak hanya sakit—ia murka. Tidak hanya menghipnotisnya, wanita itu juga memerdaya cintanya. Cinta yang setulus jiwanya. Ia bahkan rela mengorbankan hidupnya. Mengorbankan rahasia terdalam dan kesetiaannya untuk melihat senyumannya. Senyuman yang sepalsu cinta wanita itu.

Oh, seharusnya ia menyadari lebih awal jikalau Kania hanya ingin mengambil keuntungan darinya. Seharusnya ia menyadari bahwa pria seperti dirinya mustahil mendapatkan cintanya, tubuhnya, segalanya. Seharusnya ia menyadari bahwa ia adalah pria yang ditakdirkan untuk tidak memiliki apapun selain hampa. Ia lebih dari sekadar bodoh, ia naïf. Tertipu oleh muslihat cinta. Berharap bahwa selama dua ratus tahun hidupnya, ia bisa dicintai oleh seseorang.

Hari-hari kemudian berlangsung seperti neraka. Aengus yang tahu Fang menyerahkan Kunci pada anggota baru seperti Kania, menyiksanya. Ia membakar tubuh Fang berkali-kali hanya untuk disembuhkan kemudian dibakar lagi. Kesemua kukunya dicabut, matanya digerogoti oleh tikus, belatung mengusik liang telinganya. Dari seluruh anggota tubuhnya, hanya kelima jari kanannya yang tak disembuhkan. Aengus memberikan lima jari artifisial kepada Fang sebagai pengingat atas kecerobohannya. Penyiksaan itu bahkan masih tidak sebanding dengan pengkhianatan Kania. Dan sejak itu, ia tak pernah lagi mengenal kewarasan.

Ia membakar seluruh kota, menjarah, menyiksa, dan membunuh sadis. Ia tidak lagi membunuh karena misi—ia membunuh karena ia menyukainya. Sebab ia membayangkan Kania di setiap wajah yang ia bunuh. Betapa ia ingin mengiris lidah menggoda wanita itu, mencongkel bola mata indahnya, memotong jemari lentiknya. Ia menghabiskan waktu untuk memburu wanita itu, namun tak pernah berhasil.

Tidak hanya kebetulan Kania menikahi Adolphus of Reyes. Adolphus adalah keturunan dari Ksatria Suci, sebuah organisasi yang menjadi nemesis dari Dewan Kegelapan sejak lama. Bagi anggota Dewan Kegelapan yang terikat oleh darah serta kegelapan, sangat sulit menembus perlindungan dari Ksatria Suci. Makhluk kegelapan seperti dirinya sulit menjangkau siapapun yang berada dalam perlindungan Ksatria Suci. Ksatria Suci-lah yang membunuh kaum naga. Ksatria Suci juga yang menjaga kelima Kunci agar tidak jatuh ke tangan sekelompok revolusioner Dunia Baru. Ksatria Suci mempertahankan dunia ini yang penuh kebencian dan keburukan. Sedangkan Dewan Kegelapan mendambakan utopia yang terjanjikan.

Namun, kemudian Aengus tak pernah keliru menemukan bakat dalam diri seseorang. Kalia adalah satu-satunya Dewan Kegelapan yang mampu menembus perlindungan di sekitar Kastil Gemma dan membunuh Kania. Meskipun Kunci tak berhasil ia temukan, tetapi Kalia telah membuktikan kepada Aengus bahwa dirinya pantas berada dalam Dewan Kegelapan. Oh, betapa ia merindukan Kalia. Wanita sinis dengan humor jahat itu meninggal lima tahun lalu di tangan Thalia Ersa of Seymour, merebut Kunci yang dicuri Kania.

Kunci kembali hilang bersamaan dengan musnahnya jejak hidup Thalia. Selain kekuatan Kunci untuk melindungi pengembannya, Fang percaya bahwa secara tidak sadar, suaminya, Alec Zachary of Reyes—keturunan dari Ksatria Suci— memberikan perlindungan kepada wanita itu, sehingga selama apapun Fang mencari, wanita itu tak akan pernah tampak pada sudut pandangnya.

Memori itu berhenti saat suara Cadence, salah satu anggota Dewan, berdenting di benaknya. "Fang." Suaranya jernih dan bersih. Ketika bergabung dengan Dewan Kegelapan, Cadence memutuskan untuk memberhentikan pertumbuhan tubuhnya sehingga setelah lima ratus tahun lamanya, wujudnya masih semanis anak kecil berumur duabelas tahun. Hal tersebut ia lakukan untuk menjaga kekuatan sihirnya kekal di dalam tubuhnya sebelum terlambat. Jika Cadence tidak memberhentikan pertumbuhan biologisnya, setiap beberapa tahun sekali ia harus mencari tumbal untuk mengisi kembali kekuatannya, seperti mendiang Kalia maupun dirinya. Cadence memang jenius.

"Ya, Cadence."

"Aku punya dua berita. Baik dan buruk. Pilih salah satu."

"Bagaimana kalau kita mulai dengan yang buruk terlebih dahulu?"

"Berita buruknya adalah...aku sudah mencari Thalia di sepenjuru Whiteford, namun tidak berhasil aku temukan. Seperti katamu, keberadaannya disembunyikan oleh perlindungan dari keturunan Ksatria Suci."

"Ah, ya, Cadence aku—"

"Tapi, Fang, berita baiknya adalah..." Jeda sejenak. "Salah seorang kaki tanganku, manusia biasa—tentu saja—melihat Thalia dan dua orang anaknya—"

"Dua orang anak?"

"Uh, ya. Laki-laki dan perempuan. Kau mau dengar lanjutannya atau tidak?"

"Silakan, Cadence."

"Ya, intinya, Thalia pergi meninggalkan Whiteford. Jadi, aku sudah tidak bisa mengurusi wanita itu lagi karena aku punya proyek-mencari-kunci lebih penting di sini Fang. Instingku mengatakan bahwa Kunci ada di Whiteford dan—"

Seketika Fang memutus telepati mendengar entakan asing sepasang sepatu. Sebelah alis Fang naik dengan elegan ketika tirai berlian di hadapannya tersibak dan seorang wanita berjubah cokelat masuk. Langkahnya pelan, namun gemetar. Di balik kegigihan sol sepatunya, tersirat rasa takut. Semua orang takut menemui Fang. Sebagai raja dari perdagangan gelap memang sudah seharusnya semua orang takut tubuhnya dimutilasi dan organnya diambil. Wanita itu berdiri di hadapannya, di seberang meja bundar, tidak terganggu oleh asap candu yang mengelilinginya. Para penari telanjang menepi, memberikan tempat bagi wanita itu berdiri.

Wanita itu membuka penutup jubahnya. Wajahnya kuat meskipun sudah menunjukkan tanda-tanda penuaan. Keriput di kedua ujung matanya, garis murung yang mengapit bibirnya. Matanya cokelat serupa dengan jubahnya, menatap Fang langsung. Rambut cokelatnya diselingi helai perak.

Fang mengenali wanita itu. Ujung bibirnya menyunggingkan senyum miring padanya. "Wah, wah." Fang menelengkan kepalanya. "Lady Schiffer yang terhormat, apa yang Anda lakukan di tempat laknat penuh nista ini?"

Wajahnya sedikit berkedut, namun gigih membalas tatapan kejam Fang. "Aku percaya aku mempunyai informasi yang membuatmu rela membunuh—hanya untuk mendengarnya, anggota Dewan Kegelapan," jeda sejenak, "Fang."

Fang duduk tegak di kursinya. Rahangnya mengeras. Wanita ini bukan sembarang orang jika mengetahui identitasnya dan Dewan Kursi Kegelapan. "Lady Schiffer, saya tidak menerima tawaran. Saya-lah yang memberikan tawaran." Fang mengaitkan jemarinya secara profesional di depan tubuhnya. Gestur yang selalu ia gunakan ketika membuat kesepakatan maupun bisnis dengan seseorang. "Bagaimana Anda mengenali saya?"

"Aku adalah anggota dari sebuah sekte yang memegang teguh manifesto Dunia Baru. Kami telah lama menjadi kaki tangan dari Dewan Kegelapan. Tentu saja—hanya para petinggi yang mengetahui identitas para anggota Dewan."

Ah, ya. Sekte Dunia Baru. Aliran keyakinan yang mempercayai semakin cepat hancurnya dunia, maka semakin baik jadinya. Apokaliptik. Aengus adalah dewa yang disembah, menuruti tiap perintah sang naga. Namun, Fang sendiri tidak pernah sekalipun menggunakan sekte ini sebagai kaki tangannya. Kaki tangannya adalah miliknya sendiri kendati sekalipun jarinya artifisial. Ia bekerja sendiri karena hasilnya lebih memuaskan dan, tentu saja, menghindari pengkhianatan yang mungkin terjadi.

"Aku mempunyai informasi mengenai sesuatu yang Anda cari-cari."

"Dan informasi apakah itu, My Lady? Aku mencari banyak hal di dunia ini." Thalia, pembalasan dendam, pelampiasan amarah—

Fang mampu mendengar wanita itu menarik napasnya dalam-dalam, tampaknya sesak oleh tatapan kejam Fang. "Aku mengetahui letak Kunci." Dan seakan untuk menegaskan, "Instrumen Dunia Baru."[]


Maafkan saya atas absen yang begitu lama TT_TT

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top