24 ~ Tak Segan
"Kapan, di mana, dan dengan siapa cinta berlabuh hanya Tuhan yang tahu."
📢📢📢
Jika cermin separuh badan yang menggantung di dinding bisa berbicara, ia pasti telah mengeluh karena harus menyaksikan perubahan Lena tanpa henti. Baju A, B, C, D, sudah dijajal gadis itu sampai lusuh dan berantakan. Namun, tak ada satu pun yang dirasa cocok untuk membalutnya dalam acara foto bersama kepengurusan.
Pilihan Lena berakhir pada kemeja merah muda dan celana putih polos. Ia segera menyisir rambut saat pesan beruntun kembali terpampang di notifikasi. Untung saja ia sudah berias dengan baik, jadi tidak begitu kesal dengan spam yang Sam berikan. Lena hanya perlu memasukkan alat tempur lainnya ke tas, berniat merapikan tatanan rambut di lokasi pemotretan karena sekarang masih harus bergelut dengan helm.
Setelahnya Lena tergopoh-gopoh keluar indekos, sebelum Sam menyalakan klakson untuk kesekian kali. Kemudian ia mendengkus dan lekas memukul lengan lelaki tersebut karena cukup berisik di pagi hari seperti ini. Sam yang sengaja melakukannya agar Lena bersungut-sungut tersenyum puas dan kembali menjaili dengan mencubit dagu gadis itu.
"Lo dandan cakep-cakep buat siapa, sih? Foto doang, padahal."
"Biar nggak malu-maluin."
"Ck, udah cepet naik."
Kadar romantis Sam suka hidup-mati tanpa prediksi. Kadang ia memanjakan Lena hingga hidupnya seperti tuan putri, kadang pula ia cuek maksimal sampai hendak mengobrol pun malas. Baru beberapa minggu berjalan dan Lena sudah beradaptasi. Baik atau tidaknya, hanya mereka yang tahu.
Lelaki yang sengaja bolos perkuliahan hanya untuk sesi foto kabinet itu meminta izin agar Lena mau menyerahkan tangannya. Si gadis pun menurut dan membiarkan Sam menuntunnya untuk berpegangan pada pinggang. Lena sontak tersenyum tipis dan menyandarkan kepalanya pada punggung sang wakil--sekaligus kekasih.
Perjalanan dari indekos Lena ke studio foto tidaklah jauh. Namun, kecepatan Sam yang hanya 30 km/jam membuat mereka membuang-buang waktu. Alhasil, sejoli dari Kementerian Dalam Negeri itu datang paling akhir dan menjadi tontonan jajaran yang sudah bersiap di tempat kasir. Lena refleks menelan ludah dan mencubit pinggang Sam agar berjalan di depan--menutupinya.
"Ciyee, yang anget makin anget."
Sejenak Lena sempat tersipu. Akan tetapi, lama-lama ia geram dengan sorakan tersebut. Menjadi bulan-bulanan seperti ini tidaklah menyenangkan. Belum apa-apa ia sudah sangat lelah dan malas melakukan apa pun.
"Harusnya PJ, nih. Pajak jadian."
Sam menggeleng, seolah meminta mereka untuk menutup mulut karena suasana hati gadisnya tak tampak baik-baik saja. Bukan apa, ia hanya tak ingin menjadi pelampiasan kalau Lena benar-benar tak tahan dan meluap. Beberapa lelaki di sekitarnya pun mengangguk paham dan beralih membahas topik lain. Beda dengan para perempuan yang asyik bertanya asal mula hubungan ketua-wakil tersebut.
Bukan salah Sam atau Lena kalau mereka menjadi satu-satunya pasangan yang terlibat cinta lokasi di sini. Toh, kapan, di mana, dan dengan siapa cinta berlabuh hanya Tuhan yang tahu. Lena memilih untuk mengabaikan pertanyaan-pertanyaan itu lalu berjalan mengikuti arahan presma.
"Foto bareng dulu, ya. Setelah itu per kementerian."
Sesi demi semi berganti. Berbagai pose canggung dan monoton pun bermunculan. Para mahasiswa yang telah menyelesaikan tugas itu berkali-kali tersenyum dan tertawa, atas perintah fotografer. Namun, jauh di dalam lubuk hati mereka, momen ini sungguh membahagiakan. Ingatan yang dideskripsikan sebagai saksi bahwa kisah mereka berakhir dan bermula kembali dari sini.
Foto per kementerian pun dimulai. Sam menawarkan tangannya agar Lena mau menggenggam dan berjalan bersama. Sontak yang melihat itu pun bersorak, iri atas dunia mereka berdua. Sejoli tersebut kompak menjulurkan lidah dan menyeringai. Teruslah melihat sampai bosan, pikir mereka.
Fotografer meminta Sam dan Lena berpose sesuka hati. Tanpa basa-basi, lelaki yang mengenakan setelan hitam-putih segera mendekatkan tubuh dan menghadapkan Lena ke arahnya. Keduanya beradu tatap hingga beberapa kali jepretan kamera terdengar.
"Duh, ini foto BEMU atau pre-wed, sih?"
"Dunia punya mereka, yang lain ngontrak."
"Udah, udah. Yuk, yang jomlo pulang."
Sam berusaha sekuat mungkin untuk menahan tawa. Rekan-rekannya itu memang sangat suka mengusik. Namun, ia tak keberatan karena bagaimanapun juga, mereka ikut berperan dalam membantu merekatkan ikatannya dengan Lena.
Gadis yang cengar-cengir dan merasa diabaikan--karena Sam memperhatikan anggota BEMU yang lain--pun mengangkat kedua tangan dan mengalungkannya di leher Sam. Sentuhan yang cukup tiba-tiba itu membuat si penerima bergidik dan mengangkat alis. Kesambet apa? batinnya.
"Kenapa?"
"Nggak apa-apa," jawab Lena ambigu.
Sam pun memanfaatkan kedekatan jarak mereka dengan mengusap dan mempermainkan rambut Lena. Gadis yang mendengar seruan anggota untuk berpindah posisi langsung tak acuh dan melemparkan high heels kirinya ke arah mereka.
"Serem amat," ucap Sam sambil tertawa receh.
"Masih ada satu kalau lo mau."
"Maaf, maaf."
Lena tak menjawab dan hanya tersenyum. Ia berniat menurunkan tangannya, tetapi Sam menahan dan mengembalikannya ke tempat semula.
"Maaf, ya, selama ini gue nyebelin banget."
"Hem? Tiba-tiba?"
"Iya, maaf juga karena pernah mainin kepercayaan lo. Bikin lo ngambek sampai nggak mau rapat. Nyusahin juga karena--"
"Udah," potong Lena sebelum sorakan di sekelilingnya kian menjadi-jadi. "Gue udah maafin itu semua. Lo udah tanggung jawab dan memperbaiki semuanya."
"Makasih karena nggak nyerah ngadepin sifat gue yang keras kepala. Makasih juga karena mau ngasih kesempatan. Makasih--"
"Udah," Lagi-lagi Lena tak tahan dengan pernyataan Sam, "lo mau semua orang di sini netesin liur karena ngidam?"
"Enggak, cuma mau ngasih tau mereka kalau gue berterima kasih karena lo udah ngizinin gue buat jadi pacar lo."
"Ciyeee. Ihir!"
Lena mendengkus dan spontan menutup telinga. Namun, kegaduhan Kabinet Bahtera tak lantas luntur. Ia pun melepas high heels kanannya dan kembali melempar ke arah kumpulan lelaki yang tampak kalang kabut menghindari hadiahnya.
Lama-lama Sam kasihan dengan semua orang dan menarik tangan Lena pelan, membawanya ke tepi dan membiarkan kementerian lain untuk melanjutkan pemotretan. Gadis yang bertelanjang kaki itu menurut dan jalan berjinjit agar tidak kotor. Mereka pun duduk di salah satu kursi di sudut ruangan yang semula juga dipakai untuk foto-foto.
"Lo pakai ini dulu. Nanti heels-nya gue ambilin." Sam memakaikan sepatunya ke kaki Lena.
"Makasih, ya."
Lelaki itu mengangguk. "Apa yang gue bilang tadi beneran, Len."
"Heels?"
"Bukan, gue bener-bener makasih karena lo mau jadi pacar gue."
"Ooh," Lena tersenyum. "Bukan gue yang jadi pacar lo, tapi lo yang jadi pacar gue."
"Bedanya di mana?"
"Ya beda, kan, kemarin-kemarin lo bilangnya 'boleh atau nggak kalau gue jadi pacar lo' bukan 'mau atau nggak kalau lo jadi pacar gue'. Lo milih nyerahin diri dibanding minta gue buat jadi milik lo. Iya, kan?
Sam tersenyum lebar dan mengacak rambut Lena gemas. Ia juga mencubit pipi gadis itu sampai pemiliknya mengernyit dan mengaduh. Kemudian ia meminta maaf dan memberi kecupan untuk meringankan rasa sakitnya.
"Pinter, deh. Pacar siapa, sih?"
"Udah, jangan dilanjutin. Alay!"
Bibir Sam sontak mengerucut. "Baru juga mau uwu-uwuan."
"Nggak ada. Ayo balik ke mereka!"
"Di sini aja dulu, masih lama juga."
"Nggak ada. Kelamaan mojok itu nggak baik."
Lena lekas beranjak dan berjalan terlebih dulu, meninggalkan Sam yang termangu tanpa alas kaki. Laki-laki itu segera berlari dan memeluk Lena dari belakang saat sang gadis tampak mengobrol dengan lelaki lain. Meski risi, Lena tak menyingkirkan tangan yang memegang kedua sisi kemejanya. Mereka melanjutkan langkah dan tak peduli dengan godaan anggota BEMU yang tiada henti.
Tak secara langsung, agenda foto kepengurusan ini menjadi akhir perjalanan mereka. Sekaligus langkah awal untuk memulai hidup baru. Walau banyak kekurangan yang harus diperbaiki periode berikutnya, mereka tetap menyajikan senyuman terbaik untuk menyimpan kenangan.
Termasuk Sam dan Lena, dua insan berbeda yang sempat menjadikan percekcokan sebagi hobi mereka. Kini, sejoli itu tak segan lagi untuk merekatkan hati. Keduanya tak enggan pula untuk menghiasi hari satu sama lain ….
Karena akhir bahagia tak hanya dimiliki oleh tokoh-tokoh Disney.
19 Desember 2021
1254 Kata
TAMAT
Akhirnya selesai juga.
Terima kasih yg sudah menyempatkan waktu untuk membaca cerita ini.
Makasih juga atas inspirasinya ❤️❤️❤️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top