6. Geng Himabo
IMEL
Ternyata, Pak Tara dan Pak Daru yang terkenal killer berubah baik banget kalau jadi dosen pembimbing. Emang sih cara ngasih tau dan gestur mereka agak judes, tapi draf revisian aku full tulisan tangan mereka ngasih arahan yang baik gimana. Best banget emang, mau nangis dah saking terharunya.
"Dah Mel, beres ini revisi kirim email terus bikin jadwal sidang proposal ke Program Studi, ya?" ujar Pak Tara.
Hari ini, seperti yang dijanjikan, Pak Tara ada di gedung MIPA, kebetulan Pak Daru juga ada di ruangan, jadi aku langsung dapet revisian dari keduanya. Mantap banget.
"Siap Pak Tara,"
"Iya Mel, kirim email aja yaa," sahut Pak Daru, membuatku mengangguk.
"Dah sana, ada kelas gak kamu?" tanya Pak Tara.
"Saya kelas cuma hari Kamis aja Pak, mata kuliah Kewirausahaan," jawabku.
"Wih? Enak dong kosong?" ujar Pak Daru.
"Ya kan persiapan penelitian,"
"Kayaknya kamu enakan tambah lokasi deh Mel,"
"He? Lokasi pengambilan sample, Pak?" tanyaku pada Pak Daru.
"Boleh tuh, biar keanekaragman-nya keliatan," timpal Pak Tara.
"Eh jangan, udah segitu aja, ini masih proposal, kita bikin gitu aja, kasih kelemahan, jadi kalau nanti penguji kamu nyuruh nambah lokasi, kita udah prepare," sahut Pak Daru.
"Cakep tuh!"
"Jadi gimana Pak?" tanyaku pada keduanya. Mulai agak panik juga nih disuruh tambah lokasi penelitian. Artinya, Landasan Teori makin tebel aja, dan pembahasan makin panjang nanti.
"Udah gitu dulu aja," ujar Pak Tara.
"Yaudah Pak, saya pamit ya?"
"Silahkan," sahut Pak Daru.
Aku akhirnya keluar dari ruangan dosen setelah hampir dua jam dibimbing abis-abisan sama Pak Tara dan Pak Daru, seperti tadi, keduanya saling sahut-sahutan dalam memberikan masukan.
Jujur, aku berasa kaya lagi ada di tongkrongan anak cowok aja gitu. Cuma ini bedanya obrolannya soal penelitian ilmiah.
Keluar dari ruang dosen, aku turun ke lantai satu. Di koridor bawah kulihat beberapa orang keluar dari Lab Biologi, ada beberapa yang masih mengenakan jas lab, kayaknya sih habis praktikum nih.
"May!" aku memanggil Maya, salah satu teman angkatanku.
"Woy Mel, kok ke kampus? Bukannya jadwal lo Kamis doang?"
"Abis bimbimgan sama Pak Tara,"
"Widihhh, gimana? Aman?" tanya Maya.
"Aman, enak banget, Pak Tara ngasih penjelasan detail parah!"
"Waah serius? Sayang nih rencana penelitian gue tentang tumbuhan, kaga bakal dapet pembimbing dia kayaknya,"
"Kalo tumbuhan lo kaya bakau, lamun, atau algae kayaknya Pak Tara bisa sih,"
"Gue Nephentes, cuy!" ujarnya. Nephentes adalah tanaman berkantung yang memakan serangga, biasa kita sebut sebagai Kantong Semar.
"Bahas apanya May?" tanyaku.
"Kadar tanah, Nephentes kan hidup di tanah asam, PH di bawah 7,"
Aku mengangguk mendengar itu. Kalau nyerempet ke tanah dan lingkungan, bisa jadi Maya dapet dosen pembimbing Pak Daru tuh.
Tapi gak tau juga sih, aku sotoy aja dulu.
"Lo ada praktium?" tanyaku pada Maya, basa-basi.
"Kaga praktikum, abis jadi asdos Pak Guna, euy,"
"Owalaah, taksonomi tumbuhan ya?"
Maya nih setahuku emang jago banget tumbuhannya, sayangnya, gak tahu kenapa aku gak begitu tertarik sama tumbuhan, apalagi menjadikannya objek penelitian, kaga gerak soalnya, lama nunggunya.
"Yo'i, seru abis!" sahut Maya.
Aku mengangguk, ya gitu deh kalo udah cinta mati sama sesuatu hal, orang lain mikir aneh juga dia sih pasti asik sendiri.
"Woy? Ngapain lo berdua?" kami berdua menoleh, Prima, salah satu seniorku bergabung dengan kami, aku lumayan akrab sama Prima karena dulu waktu jamannya jadi pengurus Himpunan Mahasiswa Biologi, kami ada di divisi yang sama.
Bersama Prima dan teman-temannya juga aku bikin geng parodi himpunan, Himabio kita ganti jadi Himabo yang mana singkatan dari Himpunan Mahasiswa Jomblo karena kami semua rata-rata ya single happy gitu.
"Ngobrol Prim, kaga kelas lu?" tanyaku, sama Prima tentu saja aku santai.
"Udah kelar tadi pagi, anjis banget dah kaga bisa skripsian gue semester ini, masih ada nilai E, bangke banget, kudu ambil matkul lagi," ujarnya memaki.
"Mata kuliah apa Kak Prim?" tanya Maya.
"Anatomi Perbandingan Hewan, mat-kul wajib jadi kudu bener nilainya,"
"Semangat Prim!" seruku, soalnya nih, dosen mata kuliah APH itu emang pelit nilai banget, aku aja cuma dapet B dan itu jatohnya udah wow banget deh.
"Cheers-up yok kita? Kumpul geng biasa!" ajak Prima.
"Kumpul geng apa?" tanya Maya.
"Lo jomblo gak?" Prima balik bertanya.
"Emm, engga, punya cowok gue,"
"Ah bye kalo gitu, gak asik! Ini geng khusus single woles!" ujar Prima tiba-tiba menarikku menjauh dari Maya.
Gebleg banget emang si Prima, dia narik-narik bikin diliat adek kelas, kan malu ya kalau aku disangka pacaran sama doi? Emm, emang sih Prima cakep, modis, tajir dan anaknya asik, tapi sayang... otaknya separo, dan kriteria cowok idamanku itu ya kudu pinter.
"Mau kemana kita anjir? Ini masih siang!" seruku.
"Kostan si Dini aja dulu, ngumpul kaya biasa, lo mau bobo siang di sana juga bisa, baru deh malem kita cawww!" seru Prima semangat.
Dini, salah satu anggota Himabo. Dulu, aku heran kenapa Dini nih single, padahal dia cantik, pinter dan banyak yang suka. Pas satu geng sama Prima, barulah aku tahu kalau Dini nih gak suka in a relationship, dia kalau ke club pasti bungkus cowok atau dibungkus cowok, dan itu lah hobby-nya.
Jujur, waktu awal aku masuk kuliah, aku murni anak polos, temen-temenku di SMA gak ada yang neko-neko. Setahun kuliah hidupku biasa. Tapi pas tahun kedua dan gabung sama Prima and the gank, wah gila sih, aku jadi tahu macem-macem kehidupan manusia.
Aku dan Prima sudah sampai parkiran, aku masuk ke dalam mobil milik Prima, lalu ia pun melajukan kendaraan ini ke arah kostan Dini yang letaknya tak jauh dari kampus.
Hanya 5 menit berkendara, kami sampai di parkiran luas kostan ini.
Kostan Dini nih bebas, ya, jenis kostan yang disukai para mahasiswa-mahasiswi bandel kaya kami. Dan, karena bebas, ya kostannya jadi asik dijadiin tempat kumpul. Enaknya lagi, Dini anaknya cuek, mau kita mampir di kostnya, tidur, numpang mandi, numpang berak, bahkan pinjem kostan buat wik-wik, dibolehin sama dia. Kacau banget emang.
"Selamat siang Nona!" seru Prima sambil melenggang santai, masuk ke kamar kost Dini yang memang pintunya sudah terbuka. Anaknya lagi asik depan laptop.
Dini nih satu angkatan sama Prima, tapi dia menolak dipanggil Kakak, pokoknya gak mau terkesan tua dia tuh.
"Gimana kuliah lu?" tanya Dini, ia lalu menghebuskan asap rokok dari mulutnya.
"Aman Din, tips and trick dong, biar mata kuliah APH bagus!"
"Belajar sih, Bu Rahayu mah gak bisa disogok apa-apa," ujar Dini, aku langsung mengangguk setuju.
"Dah jangan bahas kuliah lah, mumet, malem ini kita kemana?" tanyaku, asli sih aku kalo ngumpul sama mereka maunya happy-happy, soalnya orangnya asik semua, sayang kalo gak dimanfaatkan.
"Emm, tadi lo protes gue giring ke sini, sekarang ngajak ayo!"
"Hehehehe sorry Prim, pusing gue mikirin skripsi!"
"Pembimbing lo siapa?" tanya Dini.
"Pak Tara sama Pak Daru!"
"Aduhhh!"
"Kenapa aduh, Din?" tanya Prima.
"Pak Tara dulu asik, tinggal lo sepik-sepik terus bobo bareng, bisa dikerjain skripsi lo sama dia, sekarang susah tuh Bapak digodainnya. Kalo Pak Daru kaga tau gue,"
Nah yang aku tahu, Dini nih hapal banget semua kelebihan dan kelemahan para dosen.
"Tapi Pak Tara sama Pak Daru asik kok tadi pas bimbingan," kataku.
"Ya gak gitu dong, capek. Kalo kita bisa manfaatin mereka buat ngerjain skripsi kita, itu lebih bagus. Gak capek revisi, terusnya gak bakal dibantai sama penguji," jelas Dini.
Aku mengangguk, kayaknya aku nih mesti belajar banyak deh dari Dini.
Belajar memanfaatkan peluang.
****
TBC
Thank you for reading
Dont forget to leave a comment and vote this chapter xoxoxoox
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top