3. Kepiting

IMEL

Pak Tara selesai memeriksa proposal milikku, banyak sekali yang ia coret dan notes tambahan yang ia sisipkan. Gila! Ini dosen otaknya encer banget ya? Langsung tahu gitu harus apa-apanya.

Pantesan aja jadi wakil rektor bagian riset dan inovasi, pinter banget, doi.

"Mel, yang paling penting kamu paham yaa makna kepiting dan lain-lain yang saya sebut tadi," ujar Pak Tara.

"Emang apa sih Pak bedanya? Spoiler dong," kataku.

Astaga, bisa-bisanya aku santai begini. Ya gimana ya? Abis kali ini Pak Tara gak kelihatan dingin. Nada suaranya pun friendly banget, makanya aku bisa ngomong begitu.

Kulihat Pak Tara tersenyum kecil sebelum menjawab pertanyaanku.

"Kepiting sama Ketam itu okelah, bisa dibilang sama, nah PR buat kamu, yang kata baku itu ketam apa kepiting, oke?" jelasnya singkat, aku langsung mengangguk tentu saja.

"Kalau rajungan, dia jenis yang ada di laut, gak pernah ke permukaan. Nah kalau Yuyu, itu yang ada di air tawar, kadang ada di sungai, danau atau bahkan di pinggiran sawah."

Aku mengangguk mengerti.

"Ohh gitu Pak, jadi yang cocok buat judul saya berarti Yuyu dong ya?"

Kini Pak Tara yang mengangguk, ia tersenyum lagi, manis banget ya Tuhan, tolong!

"Nah, PR lagi buat kamu, tambahin di dasar teori asal muasal nama Yuyu, dia kan dari bahasa Jawa ya? Cari apa artinya, histori-nya, dan kasih sedikit nama-nama lokal untuk di tiap daerah,"

Ah sumpah! Suka banget nih aku dosen begini, ngasih masukannya jelas. Jadi langsung saja apa yang disampaikan Pak Tara tadi aku catat di binder-ku.

"Siap Pak, makasi banyak ya!"

"Ini kamu gak lengkap dasar teorinya, masukin daerah sebarannya di mana aja, karena kamu mau sedikit nyerempet ke pembahasan lingkungan, cantumin juga kualitas tempat hidup yang layak, pokoknya harus lengkap!"

Tanganku meluncur begitu saja menuliskan apa yang diucapkan Pak Tara.

"Siap Pak!"

"Oke, segitu aja ya Mel bimbingan pertama dari saya, kamu revisi, abis itu kirim ke saya, by email aja, hemat kertas! Kalau kamu mau langsung kaya gini, wajib di-print di kertas bekas, saya gak mau kamu bikin sampah banyak-banyak,"

"Baik, Pak Tara! Makasi banyak ya!" kataku.

"Oh iya, pembimbing satu lagi siapa?" tanya Pak Tara.

"Emm, itu Pak, Pak Daruprada Beswara, dari Teknik Lingkungan,"

"Yailah, sama si Bucin!"

Aku tersenyum mendengar itu. Tapi agak gengges juga. Jadi, Pak Daru yang cakep banget itu udah ada pasangan juga?

Huh! Kenapa sih cowok-cowok potensial gampang banget sold-out? Garagas banget nih cewek-cewek di luar sana.

Aku, pacar aja gak ada nih soalnya.

Sedih!

Hahaha!

Ya gimana ya? Aku tipe cewek halu yang selalu mengidam-idamkan cowok spesial pake telor kaya yang ada di drama Korea. Yang ganteng, yang romantis, yang bikin dag-dig-dug-ser. Giliran dideketin cowok di dunia nyata, langsung takut, terus agak ilfil juga karena gak sesuai ekspektasi.

Ya emang, aku halu banget! Tapi aku pernah pacaran kok, sama cowok nyata, cuma ya gak berlanjut dan yang kaya aku begini gak mungkin satu-satunya kan di dunia? Hahahaha! Banyak juga kan ya ciwi-ciwi bucinnya Oppa? Hehehehe!

Selesai bimbingan dengan Pak Tara, aku yang sudah janjian dengan temanku langsung menuju kantin Fakultas MIPA, karena ini sudah memasuki jam makan siang, rame banget kampus, sampe susah banget aku nyari Rere di antara puluhan mahasiswa.

"Imel!" terdengar seruan namaku, aku langsung menoleh menuju arah datangnya suara.

Rere sudah berada di salah satu bangku, sepiring siomay juga ada di hadapannya, tak hanya itu, tentu saja ada Rio, pacarnya Rere, paket komplit tak terpisahkan lah mereka berdua itu.

"Gimana? Di-acc lo?" tanya Rere begitu aku duduk di hadapannya.

"Iya, alhamdulillah, gak harus ajuin proposal ulang,"

"Dapet pembimbing siapa Mel?" kini gantian Rio yang bertanya.

"Pak Tara, sama Pak Daru," jawabku.

"Wihh? Pak Daruprada? Dosen Teknik?"

Aku mengangguk menyahuti Rio.

"Dia katanya kalau jadi pembimbing baik banget tahu, belain anak bimbingannya banget kalo diserang sama penguji pas sidang,"

"Wah asli?" tentu saja aku sumringah mendengar ini. Aku udah hopeless tadinya dapet pembimbing sama-sama killer. Kaya double combo, mati dua kali gitu.

"Asli, kakak gue waktu itu dos-pemnya Pak Daru, enak banget kata dia,"

"Kakak lo Biologi juga?" tanyaku.

"Kaga, Teknik Lingkungan dia,"

Aku mengangguk, tersenyum kecil membayangkan bakal dibela mati-matian sama Pak Daru.

Aduh, muncul lagi nih sifat halu-nya aku. Gimana ya? Udah mendarah daging soalnya.

Menjauhkan pikiran aneh-aneh dari kepalaku, aku pun memesan makanan untuk mengisi perutku siang ini. Ngiler karena Rere pesen siomay, ya aku juga jadi pesen makanan yang sama.

"Kalian ada kelas apa aja?" tanyaku.

"Kewirausahaan, Metodologi Penelitian sama gue ngambil Matkul pilihan Orchidologi," jawab Rere.

"Gue sama, tapi pilihannya ngambil Perilaku Hewan, kan fokus gue Mamalia," ujar Rio.

Aku mengangguk. Seneng sama mereka berdua tuh, meskipun bidang konsentrasinya beda, tapi yang saling support gitu loh. Rere sama Rio udah pacaran dari Semester 3 dan langgeng sampe sekarang.

"Berarti kita sekelas cuma kewirausahaan doang ya?" tanyaku, kedua manusia di depanku ini mengangguk.

"Heran gue, kenapa anak Biologi kaya kita gini kudu belajar kewirausahaan juga ya?" tanya Rio.

"Ya biar pas lulus bisa menciptakan lapangan pekerjaan dong, liat peluang, gak lulus terus ribet cari kerjaan," kami semua menoleh, karena itu bukan jawaban aku atau pun Rere.

Pak Tara berdiri di sebelah meja kami, membawa senampan makanan lalu duduk di sampingku, membuat kami semua tegang.

Mau apa dia makan di kantin mahasiswa? Well, hak dia sih, cuma gini loh, kenapa gak makan di kantin pusat aja sih? Lebih luas dan pilihan makanannya banyak.

"Beneer juga ya Pak?" sahut Rio yang sudah menguasai diri, aku sama Rere masih syok duduk semeja bareng dosen.

Yang kami tahu, dulu Pak Tara suka banget nongkrong bareng mahasiswa, tapi semua berubah sejak 2 tahun lalu. Kita-kita yang anak Biologi sih mikir mungkin karena Pak Tara sudah jadi wakil rektor, makanya beliau menjaga jarak, biar wibawanya tetep terjaga. Lha ini? Gak ada angin gak ada hujan, eh nongkrong lagi di kantin MIPA.

Ya ampun? Mimpi apa coba aku sampe bisa satu meja makan bareng Pak Tara, huhuhu! Gemes!

"Iya, sekarang tuh diharapkan semua orang mending bikin lapangan pekerjaan deh, usaha kecil-kecilan juga gak apa, yang penting jadi bos buat diri sendiri," sahut Pak Tara.

"Tapi kalau gitu Pak, nanti yang kerja sama orang gimana? Karyawan-karyawan kantoran kosong dong kalau konsepnya begitu?" tanya Rere, mewakili aku sekali, aku di kepala udah mikir gitu soalnya.

Pak Tara tidak langsung menjawab, ia mengembangkan senyum pada kami.

"Emm gimana ya? Salah juga saya bilang semua orang bikin lapangan pekerjaan, well, buat yang udah punya pengalaman aja, biar kantor-kantor diisi sama fresh-graduate yang mau belajar banyak hal dan nenambah pengalaman. Kan kalau yang berpengalaman pada resign bikin usaha sendiri, kantor-kantor bakalan ngegaji gila-gilaan untuk para senior berpengalaman yang mau gabung di perushaan,"

Aku dan Rere mengangguk.

Untuk beberapa detik, aku merasa Pak Tara kembali menjadi dirinya yang aku kenal 3 tahun silam. Ketika aku masih menjadi mahasiswa baru.

Pak Tara yang asik diajak ngobrol, supel sama semua mahasiswa, terutama mahasiswi yang cantik-cantik.

Gosh! Pak Tara nih kenapa ya? Apa jangan-jangan beliau punya kepribadian ganda?

*****

TBC

Thank you for reading
Dont forget to leave a comment and vote this chapter xoxoxoxo

***

Buat yang mau baca ulang Tante Mer, boleh langsung download aja yaa di apps/play store kalian

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top