13. Cerita Tuyul

TARA

"Ra, ini udah saya tanggapi ya surat-surat yang masuk, kamu tolong bikinin draf-nya, nanti siangan saya ke sini buat tanda tangan," ucap gue ke siswi SMK magang bernama Tiara yang diperbantukan untuk gue.

"Siap Pak Tara,"

"Oke, saya tinggal ya. Kalau ada yang cari, bilang aja saya di gedung MIPA,"

"Baik Pak!"

Gue mengangguk kecil, lalu meninggalkan ruangan gue di gedung rektorat, berjalan kaki ke gedung MIPA yang letaknya agak di belakang.

Pagi ini harusnya gue ada ngajar, tapi gue baru inget kalau minggu kemarin anak-anak yang harusnya gue ajar sudah mengerjakan tugas dengan baik, jadi mereka gue liburkan hari ini. Gue cuma perlu tanda tangan kehadiran aja, begitu juga dengan mereka.

Santai lah intinya.

Berhubung pagi ini gue udah bikin janji sama anak bimbingan skripsi, si Imelda Prajna, jadilah gue bukannya ke ruang kelas, tapi ke laboratorium biologi yang ke dua.

Ketika gue hendak masuk, gue mendengar Imel berbicara, entah dengan siapa.

"Kalian tuh kenapa mati sih? Aku tu capek tau ngumpulin kalian,"

"Eh? Mati?" sahut gue sambil mendorong pintu yang memang sudah terbuka agar lebih lebar.

"Eh Pak Tara? Pak Tara duduk dulu ayok Pak!" ujar Imel, nada suaranya agak panik.

Gue masuk, duduk di bangku kayu yang ditarik oleh Imel.

Sambil duduk, mata gue melirik ke arah kardus mie instan yang ada di meja.

"Mati?" tanya gue.

"Semalem mereka sehat wal afiat, Pak!" ujar Imel dengan suara memelas.

"Kost kamu kamarnya panas? Mereka mati kepanasan?"

"Engga Pak, AC-nya dingin kok!"

"Terus?"

Imel gak langsung menjawab, gue bingung liat mukanya, perpaduan antara sedih dan takut.

"Kenapa Mel?" tanya gue pelan.

"Pak Tara tapi jangan marah ya?"

"Iyaa, kenapa emang?" sekarang gue lebih ke penasaran sih, gak ada kepengim buat marah juga. Masih pagi cuy, masa udah marah-marah aja.

"Ini, Pak! Huhuhu, Yuyu-yuyu saya mati dimainin tuyul Pak, huhuhuhuhu,"

"HAH??? TUYUULL?" gue syok mendengar itu.

What???

Tidak ilmiah sama sekali!!

"Kan, Pak Tara marah!" ujar Imel terdengar sedih, ia sekarang seperti menahan tangis.

"Engga, saya gak marah, saya kaget, hahahahah, tuyul? Yang bener aja Mel," jujur, gue gak bisa nahan diri buat gak ketawa.

"Pak, seriusan, demi Allah, semalem ada Tuyul mampir ke kostan Pak, saya gak bisa gerak, gak bisa ngomong, bahkan gak bisa baca ayat kursi!"

"Kamu beneran?"

"Bener Pak, gak bohong loh saya nih, sungguh!"

Gue tertawa makin kencang. Sumpah, ini gagal penelitian terkocak yang pernah ada.

Beberapa tahun lalu, ada mahasiswa, gagal koleksi Yuyu karena air sungai yang meluap, dia gak bisa turun sungai karena takut hanyut.

Make sense.

Lalu ada juga, gagal penelitian karena cuaca, atau karena musimnya.

Baru kali ini, gagal penelitian gara-gara Tuyul.

"Pak Tara jangan ketawain saya dong, semalem tuh horor banget sumpah," ujar Imel, suaranya kembali memelas, gak mau nangis kaya tadi.

"Yaa kocak lah, Mel. Tuyul gitu, jaman sekarang masih ada?"

"Ada Pak, saya juga gak bakal percaya kalau gak liat sendiri,"

"Emang kaya gimana Mel bentukannya? Bocil cemong kaya di film-film?" tanya gue.

"Saya gak liat mukanya sih Pak, cuma dari belakang, tapi yang jelas sih item pak, item banget, nyaru gitu sama gelapnya malem, terus botak Pak!" jelas Imel.

"Pake kancut? Apa kolor?"

"Waduh saya gak merhatiin Pak itu tuyul koloran apa gimana, emosi saya tuh Pak, sembarangan aja dia lempar-lempar Yuyu saya,"

"Serius?"

"Serius Pak, makanya sampe pada mati,"

"Innaillahi wa innailahi rajiun,"

"Pak Tara ihh!"

"Yaudah, mau gimana lagi, penelitian kamu ke-pending dulu berarti,"

"Huh!"

"Koleksi spesimen lagi, langsung amankan ke lab, dijamin lab bebas Tuyul,"

"Pak Tara mah ledekin terus. Tapi Pak... emang gak bisa ini yang mati ini diidentifikasi?"

"Bagusnya sih hidup Mel kalau kaya ginian,"

"Kenapa tuh Pak?"

"Pertama, anggota geraknya masih oke, gak kaya punya kamu tuh, kaya korban mutilasi. Terus, ada jaminan gak itu Tuyul gak mindah-mindahin tempatnya? Kalau yang dari hulu jadi ke hilir, kan gak valid nanti? Dan lagi, crustasea tuh biasanya gampang berubah warna kulitnya, bisa karena suhu ataupun itu hidup atau mati,"

"Ohh gitu ya Pak? Jadi saya harus nyari lagi dong?"

"Iyaa, Imelda Prajna," ledek gue.

"Pake Gatari dong Pak, biar hidden dragon bikinan Papa saya kedengeran,"

"Maksudnya?" gue bingung ini anak ngomong apaan.

"Iya, shio saya kan Naga, Pak. Nah Papa saya tuh pengin nama saya ada naga-naganya, tapi gak boleh sama Mama, jadi deh naganya disembunyiin. Imelda Praj Na-Ga tari, gitu,"

"Ohhh, shio kamu naga? Sama kaya saya,"

"Berarti kita beda 12 tahun ya Pak? Hahahahha! Apa beda 24 tahun?"

"Berisik gak usah bawa-bawa umur," malah jadi gue yang diledekin gini dah?

"Hehehe maaf Pak,"

"Gak apa-apa, tapi kreatif ya Bapak kamu,"

"Heheheh gitu deh Pak, Papa orangnya masih percayaan shio shio jodiak jodiak gitu Pak,"

Gue mengangguk kecil.

"Yaudah, ini pending dulu ya jadinya,"

"Iya Pak, saya balik dulu deh ke rumah, udah 3 hari gak balik, Mama sama Papa saya pasti kangen. Abis itu baru saya turun sungai dan lain-lain buat cari Yuyu,"

"Curhat Mel?"

"Yee, kan ngasih tau, Pak Tara!!"

"Yaudah, kalo bisa hari biasa aja, jangan weekend, biar lab gak tutup, oke?"

"Siap Pak! Makasi ya Pak!"

"Oke deeh!"

Gue bangkit dari bangku yang gue duduki, keluar dari lab sambil mengecek jadwal di smart watch yang ada di pergelangan tangan.

Sip, pas waktunya buat ngajar di lantai 4.

****

Imel Tuyul:
Malem Pak Tara
Mau ngabarin nih Pak
Hari kamis saya berangkat
Koleksi sampel tapi yang deket-deket dulu
Hehehehheehhe

Gara-gara cerita Tuyulnya Imel, gue jadi menambahkan kata Tuyul di kontak namanya yang gue simpan. Kocak soalnya.

Me:
Oke Mel
Jangan dijadiin maenan tuyul lagi ya?

Imel Tuyul:
Pak Tara ihh
Ledekin terus
Ya gak bakal dong Pak
Kalo ada Tuyul lagi, saya kasih wig deh

Me:
Kok dikasih wig? Kasih duit
Dia kan keliaran cari duit

Imel Tuyul:
Kata Mama saya, tuyul takut rambut Pak
Makanya ini saya standby bawa wig
Biar kalo dateng lagi saya dijadiin tuyul gondrong

Gue ngakak baca balesan chat dari Imel.

Sengklek juga nih, bocah satu.

"Kamu kenapa Tar, ketawa-ketawa sendiri?" tanya Ibu yang sedang asik menonton TV.

"Eeheheh, gak apa-apa, Bu. Eh iya, emang bener ya Bu, tuyul takut rambut?" tanya gue.

"Eh? Kok kamu tau-tauan yang gitu?" Ibu malah balik bertanya.

"Jadi bener?"

"Kata orang-orang dulu sih gitu, Tar. Tuyul takut sama rambut karena dia gak punya rambut. Makanya orang-orang dulu kalo misalkan denger gosip ada tuyul berkeliaran, mereka suka naro rambut di lemari mereka simpen duit," jelas Ibu.

Gue mengangguk, baru tau gue yang ginian.

"Naro rambutnya harus banyak bu?"

"Ya engga, misal rambut Ibu yang rontok beberapa helai, taro aja di laci lemari, yang penting keliatan, gak harus rambut se-kepala,"

"Ohhhh gitu,"

"Dah ah kamu, ngapain kita jadi bahas-bahas tuyul?" ujar Ibu, bikin gue nyengir.

Gue memutuskan tidak membalas chat dari Imel, mau buka email aja, bales-balesin orang, ada beberapa mahasiswa juga nih yang harus gue urusin, bukan cuma Imel.

"Tar, ponakannya temen Ibu bulan depan mau nikah,"

"Hah?"

"Kok hah sih?"

"Yaaa jauh amat sampe ke keponakan temen, kirain anak temennya Ibu,"

"Ih, ibu kan udah tua Tar, temen-temen Ibu mah anaknya udah pada punya anak lagi,"

"Ohhhh," sahut gue sekenanya, lagi fokus baca draf pembahasan skripsi mahasiswa nih. Kudu bener-bener karena ini tahun ke 7 dia kuliah, kalau semester ini gak kelar, kasian dia DO, padahal tinggal sidang.

"Kamu kok cuma oh oh doang sih?"

"Ya terus Ibu maunya Tara respon apaan, Bu?" tanya gue.

"Itu Ibu kode, Mas Tara kapan nyusul," Bi Isma datang dari arah dapur.

"Ihh bibi sok tahu," sahut Ibu.

"Terus apa dong Bu?" tanya Bi Isma.

"Temenin ke kondangan maksudnya," jelas Ibu.

Gue mengangguk, kalau cuma nganterin ke kondangan doang mah gue sanggup. Tapi kalau yang dibilang Bi Isma, duh gak bisa gue.

Kalau gak sama Merida, gue gak mau nikah!

***

TBC

Thank you for reading
Dont forget to leave a comment and vote this chaper xoxoxo

****

Buat yg mau baca cerita di atas boleh yaa meluncur ke apps/play store

Ada juga cerita yang dipindah ke Innovel dan apk Kubaca

Yokkk mampir ke saana ❤️

Psssttt.....

HTD, KTC, Bad dan Pawang Hujan Kehujanan ada lohh di Kubaca

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top