12. Meninggoy
IMEL
Laboratorium tutup, jadi aku memutuskan membawa spesimen ke kostan Dini. Padahal ya tempat yang tepat dan aman untuk spesimenku ini ya di lab.
Karena aku takut Yuyu-yuyuku ini mati, jadi aku membeli gelas air mineral, masukin mereka satu-satu ke dalam gelas, tutup pake plastik, bolongin biar ada udara. Ya, masing-masing Yuyu satu tempat, biar gak berantem.
Asik melabeli gelas dengan namaku dan juga lokasi pengambilan sampel, eh ponselku bergetar, sebuah pesan singkat masuk.
Pak Tara Dospem:
Mel, gimana?
Jadi kamu koleksi sample today?
Aku tersenyum membaca chat tersebut, seneng kalau dosen pembimbingku begini, tandanya dia perhatian kan ya?
Me:
Malam Pak Tara
Jadi Pak, ini baru balik
Tapi lab udah tutup jadi dibawa balik
Tanpa kuduga, ternyata Pak Tara langsung membalas pesanku.
Pak Tara Dospem:
Walaah?
Lab tutup sampe besok kan?
Senin baru buka
Amankan yaa sample-nya
Me:
Iya Pak, maaf
Tadi kesorean beresnya, jadi lab keburu tutup
Siap Pak, aman!
Sambil membalas, aku mengirim foto yuyu-yuyu yang berada di gelas di depanku.
Pak Tara Dospem:
Mantap!
Senin kita identifikasi bareng-bareng
Me:
Siap Pak Tara
Makasi banyaak!
Chatku hanya dibaca, gak dibales, eh di-react deng, pake emoticon jempol. Tapi yaudah, gak apa-apa, yang penting pembimbing utamaku tahu kalau aku udah mulai penelitian. Dan tentu saja, ia bersedia membantukun mengidentifikasi sampel penelitianku ini.
Mantap!
Karena besok aku harus ke tempat lainnya, aku pun memutuskan mematikan lampu, tidur, ngumpulin tenaga karena besok aku akan pergi ke tempat yang lumayan jauh.
Sip! Semangat!
****
Hari kedua proses pengambilan sampel lebih capek dari kemarin, kalau kemarin itungannya masih seputaran Kota Bogor, kali ini aku agak jauh, ke kawasan gunung tempat hulu sungai berada.
Untungnya, kawasan yang mau kumasuki ini masuk ke kawasan konservasi Taman Nasional, jadi aku gak boleh sembarangan masuk, aku didampingi oleh Polisi Hutan.
Keren ya?
"Biasanya anak-anak mahasiswa kalau penelitian bareng-bareng, Dek. Kamu kok sendiri?" tanya PolHut bernama Sadam. Aku diantar dua PolHut, Mas Sadam dan Mbak Naura.
"Iya Mas, aku sendiri soalnya di angkatanku baru aku doang, ada sih temen cuma beda topiknya. Yang lain senior-senior, gak tahu aku mereka judul penelitiannya apaan," jelasku.
"Ohh gitu, biasanya tempatnya sama nih, misal di sini, tapi objek penelitiannya beda-beda, gitu," sahut Mbak Naura.
"Hemm, harusnya gitu sih ya? Soalnya seniorku ada yang pada pergi tuh ke Kalimantan, rame, 5 orang!" kataku.
"Seru tuh kaya gitu, aku waktu masih kuliah penelitiannya ke Sumba,"
"Wah? Topiknya apaan Mbak?"
"Enggang,"
"Wihh? Rhyticeros everetti? Keren Mbak!" seruku. (Julang Sumba)
"Keren sih, tapi capek pengamatannya, mata perih liatin binocular terus,"
"Tapi kalau pengamatan burung gitu seru, Mbak. Pas nemu burungnya happy-nya gak main-main," kataku.
"Bener sih kamu, di sini, aku pengamatan Burung paling dapetnya cuma elang,"
"Itu juga keren kali, Ra!" sahut Mas Sadam.
Aku dan Mbak Naura mengangguk sambil tersenyum tipis.
Jalan sambil ngobrol bikin gak berasa, kami akhirnya sampai di tempat tujuan. Dan karena sungainya masih jernih banget, gampang saja buatku mencari Yuyu yang bersembunyi di bawah batu atau di bawah permukaan pasir sungai.
"Cukup segitu, Mel?" tanya Mas Sadam.
"Cukup banget Mas, kan gak boleh ambil banyak-banyak kan lagian?"
"Betul sekali!" seru Mbak Naura.
"Yaudah, turun yuk? Udah sore, takut hujan jalanan makin licin nanti," ajak Mas Sadam.
Karena sampel yang kukoleksi sudah lebih dari cukup, kami pun kembali pulang. Di pos, petugas yang berjaga mengecek ulang sampel yang kuambil, takutnya aku menyeludupkan spesimen tertentu, mungkin. Atau ya emang cuma prosedur aja, ngecek kembali setiap sampel.
"Mbak Naura, Mas Sadam! Makasi banyak yaa!" ucapku tulus ketika berpamitan demgan mereka.
"Iya, hati-hati kamu Mel!" ujar Mas Sadam.
"Lancar-lancar terus penelitiannya,"
Aku tersenyum pada keduanya kemudian masuk ke dalam mobil. Asli, gempor banget aku, sumpah.
Seharian bolak-balik nanjak dan turum gunung, lha ini sekarang harus nyetir mobil lagi. Mana dari lokasi ke kost Dini bisa 2 jam lebih perjalanannya, ke rumahku? Lebih jauh lagi, tambah setengah jam.
Menguat-nguatkan diri, aku hanya bisa sabar menyetir, cuma berharap jalanan gak macet deh, udah itu aja!
Sesampainya aku di kostan, aku gak ada waktu buat leyeh-leyeh, aku memisahkan para Yuyu yang baru kutangkap, memasukkan mereka ke rumah sementaranya (gelas aqua). Sambil memberi label pada dinding gelas. Aku mengecek kembali sampel yang kemarin.
Amsyong!
Ada satu yang mati.
Tapi yaudah lah, untung kemarin banyak banget aku ambilnya.
Setelah spesimen koleksiku sudah rapi berjejer di bawah jendela kamar, aku pun segera ke kamar mandi, membersihkan diri dan sudah tak sabar untuk beristirahat.
Capek banget boss!!
Suasana kamar kost Dini sudah hening, lampu sudah redup, yang menyala hanya yang ada di depan pintu kamar mandi, gak terang tapi cukup lah pencahayaannya untukku yang suka tidur dalam gelap ini.
Tak berapa lama kemudian, aku pun tertidur karena saking lelahnya.
Baru sebentar terlelap, mataku terbuka karena mendengar suara-suara, karena posisi tidurku menyamping, pandanganku jadi langsung lurus ke arah gelas-gelas akua yang berada di bawah jendela.
Melihat hal yang menimbulkan suara itu, tiba-tiba tubuhku kaku seperti tidak bisa bergerak. Mataku dengan jelas melihat sesosok anak kecil sedang memainkan Yuyu-yuyuku.
NOOOOO!!!!
ITU SPESIMEN PENELITIANKU!!!
Aku pengin teriak tapi gak bisa, mulutku seperti terkunci dan tubuhku benar-benar tidak bisa kugerakan.
Kata mamah aku, keyeup tuh mainannya tuyul tau, Kak! suara Deni, anak kecil yang tempo hari membantuku mencari Yuyu di Sungai Cisadane pun kembali terngiang.
Beneran anjirrr!!
Kukira itu mitos emak-emak biar anaknya gak nyemplung ke kali.
Duh gusti, ini tuyul tau dari mana sih di kostan ada Yuyu?
Sapa juga yang jaman sekarang miara tuyul??
KESEL WOOOY!!!
Aku berusaha menggerakan badan, pengin ngusir tuyul yang semena-mena mainin spesimen yang sudah kukumpulkan dengan susah payah, tapi zonk, aku beneran gak bisa gerak.
Kupejamkan mata, mencoba membaca sepenggal ayat al-quran yang katanya ampuh mengusir makhluk halus. Sialnya, kok aku mendadak gak hapal??
Eh gimana sih ini??
Aku berani sumpah demi Allah loh kalau aku hapal ayat kursi. Kok ini aku baca malah kebulak-balik??
Kesal, aku membuka mata kembali, berusaha mengeluarkan suara ataupun bergerak meskipun hasilnya nihil.
Karena gak bisa ngapa-ngapain, aku cuma bisa melototin si tuyul yang memunggungiku ini, sambil berharap ia segera pergi.
***
Pagi harinya, ketika tubuhku bisa bergerak (aku terjaga sepanjang malam dengan kondisi tubuh kaku seperti papan) aku mengecek spesimen penelitianku.
Sedih aku.
Yuyuku mati semua.
Sedang menguatkan hati, ponselku berbunyi, masuk satu pesan dari Pak Tara.
Pak Tara Dospem:
Mel?
Pagi ini saya kosong
Identifikasi jam 8 ya, di lab biologi 2
Harusnya aku senang mendapat pesan itu. Ya siapa sih yang gak seneng kalau dosen pembimbingnya niat banget bantuin mahasiswanya penelitian?
Tapi....
Ah dasar tuyul sialan!!
Dan....
Gimana caranya aku menjelaskan ke pembimbingku yang lulusan S3 Jerman kalau Yuyuku mati dimainin tuyul?
Percaya kah Pak Tara pas aku nanti cerita?
Pasrah pada nasib, aku pun bergegas mandi, siap-siap aja dulu. Tau deh penelitianku nih bakal gimana.
Huh!
Selesai mandi, aku merapikan gelas-gelas akua, menyusunnya ke dalam kardus mie instan biar gampang bawanya.
Pukul 07.45 aku berangkat ke kampus, untunglah jarak kostan Dini ke kampus gak terlalu jauh. Jadi aku memilih jalan kaki, males soalnya pagi-pagi bawa mobil ke kampus. Satpamnya suka ngeselin, parkiran yang di lapangan harus diisi dosen dulu, baru boleh mahasiswa, nah mahasiswanya disuruh parkir di belakang, bikin jalannya 2kali lipat jarak dari kostan Dini.
Kan males.
Menginjakan kaki ke gedung MIPA, aku menarik napas panjang sebelum masuk ke lab biologi 2.
Bismilah, semoga Pak Tara percaya sama aku.
Amin!
***
TBC
Thank you for reading
Dont forget to leave a comment and vote this chapter xoxoxo
Ps: cerita Yuyu mati dimainin tuyul, itu based on a true story 🤣🤣🤣
***
Buat kalian yg mau baca ulang Tante Mer biar tau Pak Tara nih gimana, bole bgt yaa meluncur ke apps/play store buat baca ceritanya ❤️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top