10. Sidang Proposal

IMEL

Aku tersenyum senang ketika sidang proposalku diterima dan hasil presentasi rencana penelitianku dinyatakan layak dan lolos oleh tim program studi dan tim penguji.

Gilak!

Aku mah banyak-banyak makasih deh ke Pak Tara dan Pak Daru, mereka membantuku habis-habisan. Ketika penguji bertanya, aku menjawab dengan baik, dan pembimbingku (kebanyakan Pak Tara) menambahkan jawaban dengan argumennya yang detail dan tak terbantahkan. The best banget emang!

"Selamat ya Mel!" ujar Pak Daru, ia dan Pak Tara masih ada di ruang sidang sementara yang lain sudah keluar.

"Makasi banyak ya Pak!" kataku menghampiri keduanya dan salim.

"Sama-sama, catet ya tadi saran-sarannya, mumpung masih anget langsung revisi aja, abis itu baru deh mulai penelitiannya. Atur jadwal skripsian, magang sama jadwal kuliah kamu sendiri," ujar Pak Tara.

"Siap Pak, cuma kuliah sama penelitian kok, saya udah magang pas semester pendek kemarin, jadi aman," jelasku.

"Good girl! Dah ya ditinggal!" ucap Pak Tara, aku mengangguk.

"Bye Mel!" sahut Pak Daru.

"Iya Pak, makasi banyak yaaaa!" seruku senang kemudian balik ke meja presentasi untuk merapikan berkas-berkasku.

Di luar ruang sidang, anggota geng HIMABO dan beberapa teman kelasku menunggu.

"Gimana?" tanya mereka berbarengan ketika aku keluar.

"Lancar, alhamdulillah!"

"Mantap, party nih kita?" tanya Prima.

"Makan-makan di kostan aja, gue traktir!" seruku senang, rela aku duit jajanku minggu ini buat traktir mereka.

"Asikkk, gass ayok gasss!" seru Dini.

Kami semua bersemangat, tapi sayangnya gak bisa langsung ke kostan. Aku kudu ngurus administrasi dulu di Prodi, Dini dan Prima ada ngulang mata kuliah, Didi ada kelas sedangkan Wira dan Ulfa ada praktikum.

Jadi, kami mencar dulu, saling berjanji kalau jam 4 sore nanti kumpul di kostan Dini.

Sendirian ke ruangan program studi, ternyata ada Pak Tara, sedang mengobrol dengan Pak Hendra.

"Permisi," ucapku sebelum masuk.

"Eh Imel, kenapa Mel?" Pak Tara yang menyahut.

"Ini, mau kasih berkas tanda selesai sidang pertama,"

"Ke Pak Hendra ya? Duduk dulu ya, ditunggu bentar, saya lagi ada urusan dulu sama Pak Hendra," ujar Pak Tara lembut, aku tersenyum sambil mengangguk, lalu duduk di kursi yang tersedia.

Sok sibuk sama proposalku, aku sambil curi denger obrolan Pak Tara. Sepertinya mereka sedang berdebat soal jadwal mengajar. Pak Tara bilang ada jadwalnya yang bentrok dengan jadwal mengajarnya di kampus lain.

"Kan saya udah bilang Pak, Sabtu-Minggu saya udah gak bisa ngajar, udah ada jadwal di tempat lain," ucap Pak Tara.

"Tapi Pak, kan ini buat kelas Pasca Sarjana, Pak. Mereka rata-rata udah kerja, bisanya ya cuma sabtu-minggu," ujar Pak Hendra.

"Terus gimana? Saya kan gak bisa membelah diri, emang saya amoeba?"

"Yaa, gimana ya pak?" Pak Hendra malah balik bertanya.

"Heu, mahasiswanya ada berapa sih? 3 mata kuliah kan?"

"Bener pak 3 mata kuliah, mahasiswanya yaa 10 orang Pak, gak banyak kok,"

"Yaudah, kamu bikin group chat, bilang mereka kelasnya gak di sini, mereka ikut saya ke kampus lain, biar ngajarnya sekalian,"

"Boleh pak?"

"Boleh, belajar mah di mana aja,"

"Yaudah, nanti saya bikin group chat sama mereka, Pak Tara mau saya masukin juga?"

"Jangan, komunikasi kita berdua aja, info dari saya kamu terusin ke mereka. Udah kebanyakan group chat ini, bingung!"

"Siap Pak, siap!" seru Pak Hendra semangat.

"Sip! Jadi saya sabtu minggu gak perlu ke sini ya? Gak perlu absen, awas aja kalo ada yang bolong,"

"Iya Pak Tara, aman!"

"Mantap!"

Kulihat Pak Tara dan Pak Hendra kembali rileks. Setelah selesai Pak Tara sempat menoleh padaku.

"Tuh Mel, sok, Pak Hendra udah free!"

"Siap Pak, makasih!"

Pak Tara keluar begitu saja dari ruang prodi, aku pun berdiri dari dudukku, menghampiri Pak Hendra.

"Pak!"

"Kenapa?"

"Ini, mau kasih formulir beres sidang, mayan euy, proposal dapet A," kataku, Pak Hendra nih orangnya santai, enak banget, malah kadang suka ada mahasiswa yang curhat sama dia.

"Mantap atuh Neng dapet A mah," sahutnya, nilai A ini anggep aja investasi, soalnya nanti bakal digabung dengan nilai sidang skripsi ketika penelitianku selesai. Walaupun sidang proposal hanya menyumbang 30% dari akumulasi nilai Skripsi, ya lumayan lah pokoknya.

"Iyah!"

"Dah kamu penelitian yang bener ya!"

"Siap Pak, udah yaa!"

Aku berbalik, keluar dari ruangan, berjalan santai keluar kampus menuju kostan Dini.

Sambil jalan, aku liat-liat makanan salah satu aplikasi, bingung mau beliin anak-anak apaan. Enaknya apa ya? Yang bisa dimakan rame-rame? Pizza? Burger? Kerang kiloan?

Dah lah tanya mereka aja nanti.

Menutup aplikasi tersebut, aku membuka chat-chat dari anak-anak, temen kelasku banyak yang ngasih selamat karena aku sudah sidang. Lalu, ada satu pesan yang membuatku tersenyum.

Pak Daru Dospem:
Udah bagus tadi presentasinya
Revisinya langsung kerjain ya
Ssmangat Mel penelitiannya

Yak, aku tersenyum, menurutku pesan singkat ini amat sangat manis. Duh, gemes banget yaa dosen pembimbingku ini.

Tentu saja aku membalas pesan tersebut tanpa menunggu lama.

Me:
Makasi banyak Pak Daru
Makasi bimbingannya, supportnya
Dan lain lain, hehehhehe

Gak lupa dong, aku tambahin emoji senyum. Eh tapi, pesan tersebut hanya dibaca, gak dibales. Yaudah lah.

Ketika aku sampai di kosatan ternyata sudah ada Wira, ia sedang duduk di teras kamarnya Dini, sambil merokok.

"Baru lu doang Wir?" tanyaku.

"Iya ih, pada lama banget, ngeselin," jawabnya, aku mendekat, duduk di sampingnya.

"Nanti juga pada dateng lah yaa," sahutku.

Wira mengangguk kecil, masih asik dengan rokok dan tentu saja, ponselnya.

"Mel lu tau gak? Ada anak matematika, cantik banget sumpah!"

"Angkatan berapa?" tanyaku.

"Anak baru, baru semester 2, cakep anjir, ini gue lagi chat-an,"

"Sikat laah!" seruku.

"Hahaha nanti dong dikit-dikit, baru juga 2 hari kenal,"

Aku dan Wira mengobrol sampai akhirnya anak-anak berdatangan. Merayakan keberhasilan sidangku dengan pesta kecil-kecilan.

***
***

TARA

Mobil gue parkir di halaman rumah yang menjadi tempat langganan gue main setiap weekend.

"Hay Mas!" sapa Chandra, anak yang paling muda yang ada di perkumpulan ini.

"Kaga pacaran lu?" goda gue, terakhir cerita, ini anak galau banget karena cewek yang dia taksir adalah anak dari tante-tante (tante girang) yang pernah jadi langganannya.

Kacau? Ya! Kehidupan Chandra dulu kacau sebelum akhirnya dia bertaubat, well, dipaksa bertobat lebih tepatnya.

"Au ah Mas, gini banget kisah percintaan gue!" keluhnya.

Gue tersenyum pada anak muda ini. Dia adalah sosok adik laki-laki yang gue inginkan, yang gak pernah gue miliki.

Well, abaikan virus mematikan yang ada di tubuhnya karena kesalahannya di masa lalu, di mata gue Chandra adalah anak baik, ceria, lucu sekaligus ngeselin. Plus, dia pinter, seneng banget gue tuh sama orang yang pinter.

"Mau banding-bandingan siapa yang paling ngenes gak nih?" ledek gue.

"Ah itu sih udah pasti elo yang jadi juaranya," sahutnya kesal tapi sambil nyengir.

Yang Chandra tahu, gue sampai sekarang masih mencari Merida (belahan jiwa gue), Chandra gak tahu kalau Merida sudah meninggal karena penyakitnya.

Gue gak mau ngasih tahu soal Merida ke Chandra, bukan gue gak menghargai dia sebagai sahabat gue, tapi... gue gak mau dia sedih, gue mau dia tetep semangat dan memiliki harapan yang besar untuk hidupnya.

Jadi... Merida, belahan jiwa gue itu, dua tahun lalu, saat kami memutuskan akan membawa hubungan ke jenjang yang lebih serius, eh Tuhan ternyata sedang bosan dan ingin bermain, dan kebetulan, yang dipermainkan adalah hidup gue.

Merida terdeteksi kalau ia reaktif HIV ketika kami sedang melakukan pre-marital check-up. Gue? Meskipun gue pasangannya, ternyata gue clean. Bahkan gue sampai cek di 5 tempat berbeda, hasilnya ya gue bersih.

Jadi, apalagi namanya kalau bukan permainan dari Tuhan Yang Maha Esa?

Sayangnya, Merida gak kaya Chandra. Merida memutuskan pergi meninggalkan gue. Tenggelam bersama kekecewannya dan hancur oleh virus yang ada dalam tubuhnya itu.

Chandra? Dia pinter, dia menemui dokter yang tepat, diberi obat ARV yang bisa mengontrol virus-virus, membuatnya bisa hidup selayaknya orang sehat di luar sana.

Hal itulah yang gue seneng dari Chandra. Dia anak yang hebat.

"Jadi gimana si Adel?" gue kembali mengalihkan topik pembicaraan kami ke hubungan percintaannya yang gemas.

"Tahu lah Mas, dia deket juga sama cowok baru. Mau minggat aja lah gue,"

Gue tersenyum mendengar itu. Si Chandra ini ya, meskipun suka ngeluh dan kadang ngedumel mau nyerah, tapi engga beneran dilakuin, dia tetep semangat menjalani hidupnya dengan segala pesakitan yang ada.

"Halah, waktu itu udah gue cariin beasiswa ke Aussie, lo kaga ambil. Kampret banget emang lu!"

"Boleh minta lagi gak? Hehehehe mau beasiswa lagi Mas, boleh?? Kemana aja deh, yang penting gak di sini, lelah gue Mas,"

"Mau di mana lo lanjutin S2?" tanya gue.

Asli, gue selalu semangat kalau ada orang yang gak sungkan-sungkan minta tolong ke gue, apalagi soal bidang yang gue kuasai kaya gini. Kebetulan, relasi gue di luar negeri banyak.

"Emm, mana-mana aja deh Mas, bebas. Ke antartika juga gue jabanin dah, biar gue temenan sama Penguin aja,"

"Jadi lo mau menggantikan gue sama Penguin nih?"

"Emm, yang lebih cocok jadi Penguin kayanya Radith deh Mas, kalo lo lebih ke Beruang Kutub yeee! Berbulu!"

Gue nyengir. Ngobrol sama Chandra tuh memang selalu semenyenangkan ini.

"Yaudah gue cariin lo beasiswa ke luar, tapi jangan lu buang lagi, gue timpe lu!"

"Siap Boss, siaap!" serunya semangat.

Malam ini, seperti malam-malam minggu sebelum-sebelumnya. Gue habiskan di rumah perkumpulan para ODHIV/AIDS.

Bersama mereka ini, gue bener-bener mensyukuri hidup yang gue miliki ini.

God bless them.

****
****

TBC

Thank you for reading
Dont forget to leave a comment and vote this chapter xoxoxo

Ps: chandra masih idup di cerita ini hahahahaha muncul suma sedikit tapi 😅🤗

Buat kalian yg mau baca Chandra, ceritanya masih lengkap di wattpad yaa, judulnya SETARA, gak bakal dihapus atau dipindah ke mana2 karena itu cerita tujuannya buat edukasi jalur nyeleneh ✌️

Dan buat yang mau baca Tante Mer, cuss merapat ke apps/play store yaaaa untuk download bukunya 🤍

Psssstt... aku mau double update, satunya lagi nanti malem yaaaw 🥰

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top