Lay
Ketika aku mulai merasa lelah dan menutup mataku secara perlahan,
Satu hal yang selalu aku pertanyakan pada tuhan.
Apa hidupku akan berakhir sampai disini saja atau masih berlanjut.
Bukan sebuah kebohongan setiap orang mengharapkan kebahagiaan mendekat padanya.
Begitupula aku.
"hhhhhuuuhhhh."
Aku menarik nafas kesal tahun ini turun salju tapi aku hanya bisa melihat orang-orang bermain salju dari sebuah kaca jendela rumah sakit seperti biasanya.
Ini sudah kali ketiganya aku masuk rumah sakit dalam seminggu ini, mungkin minggu ini termasuk jarang dari biasanya, karena biasanya aku akan masuk ke rumah sakit lima kali dalam seminggu.
Bersyukurlah aku masih bisa hidup dengan lama sampai usia 18 tahun, lewat dari prediksi dokter yang mengatakan aku bisa bertahan hanya sampai usia 10 tahun.
Jangan fikir ini adalah kisah sedih, bukan. Tentu ini bukan cerita seperti itu, aku akan menceritakan kisah saat pertama kali aku bertemu dengan malaikat penolongku.
"kau selalu saja membuat ibu khawatir (y/n)."
Suara ibu menggema memenuhi ruangan dengan nuansa putih ini dan wewangian obat yang tercampur aromatherapi kesukaan ibu.
Aku melirik ibu memberikan senyuman terbaik yang aku punya aku baru saja bangun dari tidurku tubuhku terasa sakit semua, tapi semua sirna saat melihat wajah ibu.
Ibu adalah sihir terbaik dalam hidupku bahkan hanya melihat wajahnya saja aku bisa memiliki tekad besar agar bisa melawan penyakitku dan bertahan lebih lama lagi agar bisa terus menemani ibu.
"aku tidak akan mati semudah itu bu, kau tau aku kuatkan." ucapku dan memberikan senyuman kepada ibu.
Ibu langsung berhambur memelukku sesekali aku mendengar isakan tangisnya, dia sangat khawatir saat aku pingsan secara tiba-tiba kemaren dan baru bangun pagi tadi.
"ibu." aku mendorong pelan tubuh ibu untuk menatap wajahnya. "hei ayolah ibu aku ini sudah membuka mataku aku tidak apa-apa."
"bodoh kau fikir ibu akan baik-baik saja kalau sampai sesuatu terjadi padamu, hah?"
Ibu memukul kepalaku pelan yang berhasil membuatku meringgis kesakitan dan mengelus kepalaku.
"daripada itu sekarang dimana dokterku ibu, seharusnya dia yang mengurusku disini."
"aku disini sejak tadi kau tau."
Pria tinggi dan putih itu melangkah menuju kearahku gaya berjalannya saja sudah membuatku jatuh cinta.
Setiap hari melihatnya aku semakin mencintainya dan rasa itu tetap akan terus berkembang seiring berjalannya waktu.
Aku tersenyum melihatnya saat ia mengenakan kacamatanya, aku heran kenapa dengannya ini kenapa dia selalu terlihat tampan apapun yang ia lakukan pada wajahnya.
"berhenti menatapku seperti itu, kau seperti ingin memakanku saja." dia menarik nafas panjang dan mulai memeriksa slang infusku.
"aku memang ingin menerkammu dokter."
~tuk~
Tiba-tiba ia memukulku dengan bolpoinnya pelan tapi aku ingin ini menjadi sebuah masalah bermain sedikit dengannya mungkin menyenangkan.
"ah dr. Yixing itu menyakitkan."
"jangan berlebihan aku tidak memukulmu dengan keras."
"tapi pukulanmu itu terlalu kuat, rasanya syaraf otakkupun mulai rusak sekarang."
"hei kau terlalu berlebihan jelas-jelas aku tidak memukul dengan keras."
Aku tersenyum dan tetap bersikeras kalau itu menyakitkan.
"ibu lihat."
"yaa, baiklah aku salah aku yang minta maaf."
Mengganggu dr. Yixing itu termasuk menyenangkan dalam hidupku hanya itu yang bisa aku lakukan agar dia bisa mengobrol banyak denganku.
Dan melakukan itu membuat stamina tubuhku menjadi lebih baik.
▣▥▣▥▣
Hari ini panas tubuhku tiba-tiba naik aku selalu mengigau sepanjang tidurku, itu kata ibu tapi sekarang aku sudah sadar dan ibu harus pergi untuk bekerja.
Ibu bukan seorang bos dia butuh uang untuk biaya rumah sakit maka oleh itu dia harus bekerja lebih keras.
Karena bosan aku keluar dari dalam kamar untuk berjalan menyusuri rumah sakit sebentar, rumah sakit ini sudah seperti rumah kedua bagiku.
Hampir sebagian hidupku dihabiskan di rumah sakit ini aku sudah sangat hapal seluk beluk rumah sakit ini.
"memang menurut kabar yang beredar mereka itu berpacaran."
Aku mendengar dua orang perawat berbicara sambil berbisik tapi cukup untukku dengar.
Pandangan mereka arahkan ke taman luar yang terhalang oleh kaca besar dan tentu saja aku masih bisa melihat orang yang sedang mereka gosipkan itu.
"Dr. Zhang bersama dengan perawat Yoona itu memang memiliki hubungan special, mereka kadang pulang bersama."
Tentu saja dokter yang mereka maksud itu dr. Yixing aku lebih senang memanggilnya seperti itu ketimbang memanggil dengan marganya.
"hei akukan calon istri dr. Yixing." monolokku tapi tentu saja tidak ada yang mendengarkan.
Akhir-akhir ini aku memang sering mendengar gosip itu tapi setelah gosip itu menyebar dr. Yixing menjadi sering melamun dan kurang semangat, lantas aku berfikir itu hanya berita bohong karena seharusnya orang yang sedang jatuh cinta akan selalu bersemangat, seperti aku contohnya.
Ternyata berita itu memang benar, jantungku terasa sakit sekali sakitnya diiringi dengan degupan yang kencang aku mendudukkan diriku di lantai untuk menetralkan rasa sakitnya.
"apa yang kau lakukan disini?"
Dr. Yixing tiba-tiba sudah berada di hadapanku aku tidak bisa menjawabnya karena rasa sakit yang aku rasakan membuat suarakupun sulit untuk keluar.
Aku mencengkram lengan baju dr. Yixing memintanya untuk membawaku pergi kedalam kamar inapku.
Dia terlihat panik dan langsung mengangkat tubuhku aku hampir kehilangan kesadaranku keringat sudah memenuhi wajahku bahkan air mataku sudah lolos dari sudut mataku.
Tidak berapa lama pandanganku mulai kabur dan sedikit demi sedikit menjadi gelap setelah itu aku tidak tau apa yang terjadi pada diriku.
Ketika aku bangun hari sudah gelap sekarang mereka sudah memasang selang oksigen di hidungku rasanya mengganggu sekali.
Aku berbalik dan melihat ibu tengah tertidur sepertinya ia tidak mengganti bajunya.
"bagai mana keadaanmu sekarang?"
Dr. Yixing masuk dan langsung memeriksa kondisiku, terimakasih untuk malaikatku ini.
"lebih baik sekarang." aku menjawab seadanya. "jam brapa sekarang?"
"4 subuh kau pingsan dari jam 10 pagi."
"pingsan apanya, aku hanya tidur sebentar."
Dr. Yixing menghentikan kegiatannya lalu menatapku ia menunduk mencoba mencondongkan tubuhnya kearahku.
"ibumu sangat khawatir."
Aku menunduk dan tak menjawab ucapannya sekarang pandanganku beralih kepada ibu yang terlelap di sofa.
"dokter, boleh aku bertanya?"
Hening ia tak menjawab cukup lama sampai ia menarik nafas panjang.
"apa?"
"kau berpacaran ya dengan perawat Yoona?"
Dr. Yixing terdiam dia mengalihkan pandangannya kearah luar jendela.
"kenapa pertanyaanmu itu random sekali?"
"aku harus tau berita terpanas itu, untuk kubagikan dengan para perawat."
"hei kau inginkan aku menjadi bahan gosip?"
"ayolah bukannya kau sudah biasa menjadi bahan gosip di rumah sakit ini."
"berhenti melakukan kegiatan tak berguna itu."
"tapi itu menyenangkan dokter."
Ia mendudukkan tubuhnya di atas ranjangku dan tangannya mulai mengusap puncak kepalaku dengan lembut, aku suka kelembutan dan kehangatan dari tangannya.
"aku hanya. . ."
To be continued. . .
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top