Stop Bullying

Pagi yang cerah seperti biasanya di Pekanbaru. Orang-orang memulai aktivitasnya di pagi yang cerah ini dengan semangat.

Orang dewasa bersiap untuk berangkat menuju tempat kerja mereka, Ibu rumah tangga menyiapkan sarapan untuk keluarga, dan anak-anak bersiap untuk menuntut ilmu pengetahuan di sekolah mereka.

Hal yang sama pula dilakukan di salah satu kediaman keluarga yang harmonis di salah satu kompleks perumahan.

"Ardi! Cepat turun dan sarapan!" seru seorang wanita paruh baya memanggil anaknya untuk segera sarapan agar tak terlambat.

"Iya, Bu!" sahut sang anak dari kamarnya.

------

Ardian Pratama, seorang siswa SMK kelas 2 di SMKN 10 Pekanbaru. Ia merupakan anak tunggal di keluarganya yang hidup berkecukupan. Ia sengaja melanjutkan sekolahnya di SMK supaya ia dapat melanjutkan usaha otomotif sang Ayah.

Namun, untuk bisa mencapai tujuannya itu tidaklah mudah. Selain karena ia kesulitan menerima pelajaran di sekolah, ia juga kerap kali mengalami yang namanya pembullyan.

Kenapa tidak dilaporkan saja? Ia sudah pernah melaporkan hal ini ke pihak sekolah. Namun hasilnya nihil, pihak sekolah tidak menanggapi pembullyan yang terjadi dan menganggap itu adalah hal yang wajar.

Sebenarnya Ardi enggan untuk bersekolah hari ini untuk menghindar dari bullying yang terjadi padanya. Namun takdir berkata lain, hari ini ada ulangan fisika dan mau tak mau ia harus datang walaupun dengan hati yang begitu berat.

______

"Kenapa kamu lama sekali?" tanya sang Ibu pada Ardi begitu  ia turun dari kamarnya yang terletak di lantai dua.

"Aku tadi lagi cari kaus kaki, bu! Ibu taukan jika semalam hujan lebat dan aku pulangnya basah kuyup," bohong Ardi walaupun memang semalam ada hujan lebat.

"Iya juga ya." gumam Ibu Ardi.

"Sudahlah, cepat habiskan makananmu dan berangkat ke sekolah segera biar kamu gak telat," ucap Ibu Ardi lagi meninggalkan Ardi yang sedang menikmati roti isi buatan Ibunya.

Kemana Ayah Ardi? Ayah Ardi telah berangkat terlebih dahulu setelah sholat subuh. Lalu bagaimana cara Ardi berangkat sekolah? Ia berangkat menggunakan angkutan umum atau motor. Dan kali ini Ardi memilih untuk pergi menggunakan angkutan umum saja.

__________

(Di sekolah)

SMKN 10 adalah salah satu sekolah terfavorit di kota Pekanbaru karena fasilitas yang dimiliki cukup memadai dan tenaga kerja yang dimiliki juga terbaik serta memiliki lulusan yang sukses hampir semuanya.

Dan disinilah Ardi sedang berada. Di gerbang sekolahnya dengan perasaan yang campur aduk. Ia ingin sekolah dengan tenang tanpa adanya pembullyan yang terjadi terhadap dirinya. Namun takdir saat ini sedang tidak berpihak kepadanya. Ia hanya bisa berdoa agar dapat melewati cobaan yang ada pada dirinya.

Ardi menghela nafas panjang sebelum ia melangkahkan kakinya memasuki perkarangan sekolah.

"Yo! Ardi!" sapa seorang pemuda bertubuh gempal menghampiri Ardi. Namanya Raditya Angkasa, ia satu-satunya teman Ardi. Sama seperti Ardi, Raditya atau Radit sering mengalami bullying dan ia yang mengalami bullying paling parah jika dibandingkan dengan Ardi. Namun entah mengapa ia selalu bisa tersenyum lebar padahal ia sering mengalami bullying.

Ia pernah bertanya kepada Radit mengapa ia bisa begitu tegar padahal ia sering dibully. Namun jawaban Radit selalu membuat Ardi memasang wajah datar. Apalagi ketika ia mengatakan kalimat kebanggaannya.

"Karena badanku gendut makanya kuat!"

Tapi biarkan saja, itu memang sifat alami Radit yang selalu ceria.

"Buset, cerah amat tu muka kayak habis kena siraman rohani 7 hari 7 malam aja," canda Ardi pada Radit yang disambut tawa oleh Radit. "Biasa aja kali bang," ucap Radit tersenyum tipis. Ardi yang melihat senyuman Radit itu, entah mengapa merasa ada yang aneh atau hanya perasaannya saja.

"Dit, kau gak papa?" tanya Ardi memasang wajah curiga. "I'm fine, bro! Paling kalau aku duluan jangan nangis, ya!" ucap Radit yang disambut jitakan "kasih sayang" dari Ardi.

"Ngadi-ngadi!"

"Ya, siapa yang tau, bro?"

"Karepmu, dit!"

__________

Ulangan berlangsung dengan lancar tanpa adanya gangguan sama sekali. Ardi awalnya sedikit kesusahan untungnya ia bisa melewati semuanya dengan lancar dan sisanya tinggal berdoa supaya nilai yang ia dapat itu bagus.

Berbeda dengan Ardi, Radit kesulitan menjawab soal ulangan fisika tadi dan dia hanya mampu menjawab beberapa dari soal ulangannya.

"Dit, kantin yuk! Kasian aku liat muka surammu pas ulangan tadi apalagi pas soal nomor 6 tadi!" ajak Ardi sedikit meledak Radit. "Gak usah ngeledek juga!" balas Radit memukul lengan Ardi.

Tak lama selepasnya, sekelompok pemuda mendatangi Ardi dan Radit yang sedang bersenda gurau. Kelompok pemuda itu adalah orang-orang yang sering membully siswa-siswi di sekolah ini. Kelompok itu dipimpin oleh Nofel Ramadhan yang merupakan seorang ketua OSIS dengan visi misi stop bullying namun kenyataannya berbalik dengan ekspetasi.

Selain itu, ia juga menggunakan jabatan Ayahnya yang merupakan seorang kepala sekolah untuk mengancam siswa-siswi yang ia bully jika mereka memberitahu guru tentang bullying yang ia perbuat.

"Apalagi yang kau mau, Fel? Apa gak cukup kau bully aku dan Ardi?!" ucap Radit yang membuat Ardi terkejut.

"Buset, udah berani ngelawan rupanya? Bawa mereka ke wc, mereka harus kita beri pelajaran," ucap Nofel menyuruh temannya untuk membawa paksa Radit dan Ardi.

_____

Brak!

"Yah, lemah bet itu badan!" ledek Nofel yang baru saja meninju Ardi sampai membentur wastafel. Ardi tidak dapat berbuat apa-apa selain pasrah. Badannya telah penuh dengan luka lebam karena dihajar terus menerus oleh Nofel tanpa henti.

Bagaimana dengan Radit? Ia tak sadarkan diri setelah kepalanya dibenturkan ke lantai dengan keras. Ardi sekarang hanya berharap ada seseorang yang menolongnya untuk keluar dari situasi ini. Jujur, ia tak sanggup lagi untuk menerima bullying yang terus terjadi kepadanya dan Radit.

"Bro, buka pakaiannya, buat dia telanjang buat dan kita foto lalu pajang di mading sekolah," usul Nofel yang langsung dituruti oleh teman-temannya. Belum sempat melakukan aksinya, seseorang datang menghentikan tindakan mereka.

"Woi! Berhenti kalian semua!" ucap seseorang.

"Gila, ada yang mau nantangin nih, kau mau-" perkataan Nofel terhenti ketika melihat orang yang menghentikan aksinya. 4 orang pemuda yang sedang berdiri dihadapannya membuat dirinya terdiam membeku.

Rahmatal Fajri, Rafly Alfasiri, Zidhan Alfarezi, dan Dafa Ardinur Fikri.

4 orang pemuda yang terkenal serta disegani karena sifat mereka serta prestasi mereka. Dan juga mereka sering menghentikan aksi bullying yang terjadi.

"Kukira udah jera, rupanya masih lanjut. Hanya karena kami sedang membela sekolah untuk perlombaan bukan berarti kalian bebas membully anak-anak disini!" ucap Fajri menatap tajam Nofel.

"Kau pikir hanya dengan kau seorang anak dari kepala sekolah membuat kami takut? Sorry, sekalinya kau anak presiden pun kami tidak takut selama apa yang kau lakukan itu salah dan apa yang kami lakukan itu benar," ucap Dafa semakin memojokkan Nofel dan teman-temannya.

"Btw, Daf, ada yang meninggal nih," ucap Zidhan yang sedang memeriksa Radit. "Well, bentar lagi ada yang bakal masuk penjara karena telah melakukan aksi bullying hingga membuat korban meninggal," ucap Ralfy meledek.

"Seperti yang diterangkan dalam perundang-undangan, Bullying secara umum dapat dijerat hukum sebagaimana diatur pada Pasal 80 ayat (1) jo. Pasal 76C UU 35/2014. Apabila bullying tersebut dilakukan secara verbal dan mengandung unsur hasutan-hasutan untuk bunuh diri dan menyebabkan korban bunuh diri maka dapat pula dijerat dengan Pasal 345 KUHP.

Tapi kayaknya lebih berat dari ini sih," jelas Dafa menatap tubuh Radit yang sudah tak bernyawa.

______

"Pada akhirnya dia dipenjara selama 9 bulan juga," ucap Fajri menyantap makanannya walaupun sesekali mengambil makanan Dafa. "Ya, dia masih 16 tahun harap maklum aja," ucap Dafa memukul tangan Fajri yang hendak mengambil makanannya.

"Colong lagi kugampar!"

"Ehe:D"

"Sampai 18 tahun ya?" tanya Rafly. "Seingatku sih iya, tapi setidaknya itu membuat dia jera dengan apa yang dia lakukan," ucap Dafa.

"Gimana dengan anak yang mau ditelanjangi sama dia?" ucap Zidhan yang asik menikmati keripik kentang yang diberikan Dafa. "Dia saat ini sedang menjalani terapi untuk menghilangkan rasa trauma yang ia alami dan mungkin dia bakal dipindahkan karena gak mungkin juga dia tetap sekolah disini, yang ada dia teringat terus dengan kejadian semalam," jelas Dafa.

"Ya, setidaknya kita berhasil mengurangi pembullyan yang terjadi dan membuat yang lain sadar seberapa bahayanya bullying itu. Mereka yang melakukan bullying dapat tertawa bahagia sementara mereka yang dibully, apakah mereka bahagia?" ucap Fajri.

"Kami setuju!"

_____

#STOPBULLYING

Bullying bukanlah hal yang bisa dianggap sepele. Kalian mungkin bisa tertawa bahagia ketika melakukannya tapi bagaimana dengan korban yang kalian bully? Apakah ia ikut tertawa?

Seperti yang sudah dijelaskan dalam perundang-undangan.

"Bullying secara umum dapat dijerat hukum sebagaimana diatur pada Pasal 80 ayat (1) jo. Pasal 76C UU 35/2014. Apabila bullying tersebut dilakukan secara verbal dan mengandung unsur hasutan-hasutan untuk bunuh diri dan menyebabkan korban bunuh diri maka dapat pula dijerat dengan Pasal 345 KUHP."

Sumber: Google

Berhati-hatilah dalam bertindak karena setiap tindakan yang kalian lakukan selalu diawasi terutama yang melakukan tindak kejahatan. Karma siap menghampiri karena roda terus berputar.

~End~

_______

Buat Nofel, rada sorry pinjam namanya bentar karena gak ada ide nama lagi yang terlintas dipikiran ku:)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top