13 - Andini Kena Hukuman
Seperti biasa, kami bertemu lagi di perpustakaan, kali ini dengan tampang cemberutnya yang mengemaskan.
"Sekelas kena hukuman."
Aku ber-hm ria menanggapi keluh kesahnya.
"Ya tapi kami sekelas emang bandel, sih. Terus hukumannya disuruh bikin semacam ... esai. Singkat sih dua kalimat boleh."
"Tema?"
"Kalau kamu masuk surga nanti, apa yang kamu bakal tanyain ke Tuhan."
"Wih, ajib," responsku, dan dia semakin cemberut.
"Tapi aneh, kalau udah masuk surga kan berarti impian tercapai ya. Sedangkan pertanyaan esai ini pasti menggiring ke jawaban yang seakan 'protes ke Tuhan'. Padahal ya kalau masuk surga berarti ... ya ya sudah, 'kan? Bagus berarti amalmu selama di dunia ini."
Aku mengangguk-angguk mendengar perkataan Andini, lalu dia kembali memberengut sambil berpikir keras. Punya ide, aku kembali ke loker dan menyelendupkan sesuatu di saku seragam. Lalu aku kembali ke meja.
"Nih, biar semangat dan terinspirasi." Aku mengangsurkan sebatang cokelat.
"Makasih," ujarnya sambil tersenyum.
Menemaninya makan cokelat dengan lahap dan mengetuk-ngetukkan pensilnya, adalah kegiatan yang memuaskan.
"Aha!" ujarnya setelah setengah batang cokelat habis. "Aku tahu, mungkin yang aku tanyakan adalah, amal apa yang bisa membuatku masuk ke surga."
"Sebelum itu, kau harusnya berterimakasih karena telah dimasukkan ke surga." Aku menanggapi.
"Betul!"
Dan sekali lagi satu hari di perpustakaan telah berlalu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top