💓Challenge Day 3💓

Challenge Day 3 - Accepted

Orifict Bahasa Indonesia

Ga tau judulnya apa

Story (c) Ki_Liya07

Pair : David x Fika

Genre : Romance

Sinopsis :

.
.
.

Happy Reading

"Heee?!" Suara pekikkan terdengar begitu nyaring, asalnya adalah dari 2 pelaku di hadapanku ini, Lyra dan Evan.

"Beneran?! K-kamu suka sama Fika?!" Lyra terdengar begitu heran dan terkejut.

Oh, aku lupa bercerita pada kalian. Aku David Pratama, dan aku menyukai Fika Aryasena, gadis yang dikenal begitu dingin di sekolahku. Well, jadi aku curhat dengan kedua temanku---ekhem, pasangan lebih tepatnya, Evan dan Lyra.

Tidak ada salahnya, 'kan, bercerita dan meminta saran dari teman yang sudah memiliki kekasih? Siapa tahu bisa bantu, 'kan?

"Jujur, aku agak kaget." Evan sedikit sweatdrop menanggapi curhatanku tentang Fika.

Apakah memang mencengangkan jika aku jatuh cinta pada gadis dingin itu?

"Jangan-jangan..."

Aku menoleh, melihat Lyra yang tersenyum jahil padaku seakan sedang memikirkan hal nista tentangku.

"Ini karma!"

"Ha?" Aku dan Evan spontan menganga mendengar ucapan Lyra yang begitu absurd.

"Karma?" Evan membeo bingung, mengkode agar Lyra segera menjelaskan apa maksud kata yang sebelumnya ia ucapkan.

Lyra mengangguk antusias. "Umn! Apakah kau ingat sebulan yang lalu? Waktu itu David curhat pada kita bahwa ia kesal pada gadis dingin yang menjadi teman kerja kelompoknya!"

"Ya, aku ingat." Evan lantas memiringkan kepalanya. "Maksudku, dimana karma yang kau maksud?"

"Hmn... kau tahu bukan bahwa benci dan cinta itu beda tipis?"

***

Tetap saja ini sulit...

Aku menghela napas pelan, angin semilir siang ini begitu membuatku mengantuk di kelas.

"Ini karma!"

Suara Lyra kembali mengiang di kepalaku, rasanya begitu aneh bila mengiyakan ucapan Lyra tadi pagi. Ini terdengar konyol.

Ah, perasaanku jadi campur aduk begini.

Drrt...

Ponselku bergetar pelan, aku langsung menunduk dan membuka kunci layar ponselku. Di sana, terdapat notifikasi pesan grup yang berasal dari Lyra dan Evan.

Lyra Pranata
Hey, nanti malam ada acara kembang api di taman kota, 'kan?

Evan Estrada
Hmn, benar. Hey, David. Bagaimana kalau kau ikut kami?

Lyra Pranata
Jangan!

Evan Estrada
Kok jangan?

Lyra Pranata
David, sebaiknya kau ajak saja Fika! Hitung-hitung PDKT sekaligus kencan! Keren bukan~?

Evan Estrada
(sigh sticker insert)

Aku tersenyum kecil melihat pesan grup bernama Semvaq Fir'aun itu. Tanganku segera mengetik diatas keyboard.

David Pratama
Ah, Lyra. Bilang saja kau ingin kencan dengan Evan.

Lyra Pranta
Apaan?! Enggak, 'kok!

Evan Estrada
Hm, boleh juga.

Lyra Pranata
Hey!

David Pratama
Bagaimana menurutmu, Evan?

Evan Estrada
(Smirk emoticon)
Kau kencan dengan Fika, aku akan kencan dengan Lyra

Lyra Pranata
Kalian berdua!

David Pratama
Lyra, hal ini 'wajar' dikatakan oleh seorang 'laki-laki'

Lyra Pranata
Yah... why not, sih...

Evan Estrada
Semangat, Dave. Semoga Fika menerima ajakanmu

Lyra Pranata
Hum! Semangat!

David Pratama
Terima kasih...

***

Acara kembang api malam ini pukul 7. Aku sedikit ragu mengajak Fika. Eumn, Fika itu tipikal gadis pendiam yang disiplin. Aku sedikit takut bila ia tidak diperbolehkan keluarganya pergi malam hari.

Itu bisa saja terjadi, 'kan?

Tidak-tidak, aku tidak boleh negative thingking seperti ini.

Kali ini aku sedang duduk di pojok gedung olahraga bersama Evan. Kelas kami sedang mengadakan jadwal olahraga dan praktek voli untuk nilai olahraga.

"Kau sudah mengajak Fika?" Evan melirik padaku melalui sudut matanya, menatapku curiga.

Aku menggeleng, "belum."

Evan terkekeh kecil, lelaki itu menepuk-nepuk bahuku dan menyengir lebar sampai kedua matanya menyipit. "Jangan remehkan perempuan, lho. Mereka sulit ditaklukan."

"Itu yang kau katakan saat kau sudah memiliki Lyra, huh?"

"Hei, mendapatkan Lyra itu sulit!"

"Awas!"

Bugh!

***

Kepalaku terasa pusing, mataku seperti terlalu berat untuk dibuka. Tangan terangkat menyentuh pipiku, rasanya perih.

"Ouch..."

"Kau bangun?"

Sebuah suara lembut terdengar, aku segera membuka mataku perlahan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk.

D-Dia?

"Waaaa!!! Fika! Kenapa kau---aw." Aku mengaduh pelan, berteriak kaget seperti ini membuat pipiku sakit.

"Tadi kau kena bola voli di pipimu, dan kau langsung pingsan..." Fika menyahuti dengan wajah datar.

Aku tertawa hambar selama beberapa saat, "benarkah? Ah, kalau begitu---"

"---Dasar lemah."

Jleb!

"Excuse me?"

"Ya?" Fika mengangkat sebelah alisnya menatapku sedikit angkuh.

"Bola voli itu berat dan keras, apalagi bila mengenai kepala dengan keras tentu wajar bila aku langsung pingsan setelah terkena bola itu." Aku mencoba membela diri dengan sedikit ngeles, tak ada salahnya, 'kan?

Terlihat Fika menghembuskan napas pendek, gadis itu merapihkan kotak P3K yang berada di sampingku.

Aku mengernyit sejenak, jadi gadis ini yang mengobatiku?

"Kenapa kau yang mengobatiku?"

Netra hitamnya langsung melirikku dengan tajam. "Tak suka?"

Aku sweatdrop sejenak. "B-bukan begitu, aku hanya tanya kenapa, lho."

"Karena aku yang membuatmu terkena pukulan bola voliku."

"Ha?"

Ooh, jadi begitu...

Senyuman kecil terukir di bibirku, aku menatapnya dengan senang dan antusias. Fika terdiam beberapa saat memandangiku.

"Terima kasih," kataku dengan tulus menatapnya lembut.

Fika mengalihkan pandangannya ke arahnya, "sama-sama."

Fika beranjak, gadis itu segera menaruh kotak P3K di atas nakas di sebelah ranjang UKS yang aku tempati.

Ia kembali duduk di sampingku, aku mengelus tengkukku pelan dan sedikit melirik ke arah lain.

"Ngomong-ngomong... apakah kau tahu acara kembang api nanti malam?"

"Kembang api?" Ia segera mendongak menatapku, meskipun raut wajahnya datar, aku dapat melihat kilat matanya yang antusias.

"Iya, jadi... aku ingin mengajakmu ke taman kota untuk melihat itu..."

"Kenapa kau ingin mengajakku?"

Oke, aku harus jawab bagaimana? Tidak mungkin aku bilang ; 'aku ingin mengajakmu melihat kembang api sekaligus kencan. Karena jika kau tidak ikut aku akan jadi nyamuk di taman kota diantara pasangan Lyra dan Evan.' Bukankah itu tidak lucu?

"Eh, bagaimana ya... apakah alasan itu sangat penting untukmu?" Tanyaku sembari jari telunjuk menggaruk pelan pipi yang tidak gatal.

Fika mengangguk singkat. "Tentu,"

Uh, sial...

Aku melirik ke arah lain, kemudian mengambil napas pendek dan menatap Fika serius, meskipun begitu aku masih tetap menampilkan senyuman kecil.

"Kalau aku bilang karena aku menyukaimu bagaimana?"

Fika tersentak kecil, gadis dengan rambut dikuncir ponytail itu tertegun memandangku untuk beberapa saat.

Sial, apa yang kukatakan?! Pasti dia akan menolakku! David bodoh!

"Serius...?" Fika bertanya pelan, membuatku sedikit terkejut dengan sahutan gadis itu.

Aku tersenyum simpul, kemudian mengangguk mantap. "Tentu."

Fika kembali terdiam, ia menunduk dan melihat ke arah lain, memutus kontak mata denganku.

Aku merasa canggung, kemudian melirik ke arah lain. "Umn, jadi... apa jawabanmu, Fika?"

Detik berlalu hingga beberapa saat, Fika tak kunjung menjawab pertanyaan sekaligus pernyataanku. Aku menjadi gemas dan frustasi sendiri, gadis ini dapat membuat moodku berdisko ria tak menentu.

"Iya,"

Senyuman mengembang lebar di wajahku, aku segera memeluk Fika saking senangnya. Fika sempat terkejut, namun akhirnya gadis itu hanya menerima saat aku memeluknya.

Krieet...

Pintu terbuka, tampak seorang gadis berambut pendek bersurai hitam menatapku jengah.

"Mohon tahan, jomblo seperti saya tidak kuat."

"CARI PACAR SONOH!" Dan akhirnya sebuah sepatu mendarat di bagian samping kepala Liya akibat ulah sang senior di sampingnya.

"Mohon maklumi, dia memang jomblo akut berlabel nijikon." Kata sang pelaku pelemparan sepatu dan segera menutup kembali pintu UKS.

"PESAN KAMAR SONOH!"

"LIYA HENTIKAN!"

***

Prompt :

"Sedingin es, sulit digapai, sedikit kata, jarang bersuata. Dia itu sebenarnya manusia, 'kan? Mana ada jenis perempuan yang  yang tingkahnya seperti es kutub selatan begitu? Tapi jangan kamu menghina dirinya, atau kau akan terpincut olehnya dan tak bisa berpaling. Karma berjalan, nak."

Promptnya siapa:" bikin fict pair cowok dingin gampang, tapi kalau cewek dingin bagiku itu susah tauk:"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top