Bagian 1 : We Meets

— 1 —

Malam itu, hujan tengah mengguyur kota Hamingtown. Cukup untuk menutupi suara baku tembak yang tengah terjadi di salah satu perbatasan dua wilayah kota tersebut. Kota Hamingtown adalah satu dari tiga kota besar negara Athistan. Di kota yang disebut sebagai Chaos City ini, terbagi menjadi dua wilayah besar. Yang masing-masing wilayahnya, dipimpin oleh dua keluarga mafia tua--sudah lama menetap di kota tersebut.

Mereka adalah Lucian family dan Davies family.

Lucian family adalah mafia yang memimpin wilayah selatan dan barat. Sedangkan Davies family, merupakan penguasa wilayah timur dan utara.

Namun demikian, walau kedua family tersebut sudah memiliki wilayah masing-masing, tak jarang mereka tetap berperang merebutkan wilayah lain. Memang, sejak pendahulu mereka, kedua family ini memang tak pernah akur.

Mungkin, jika mereka akur, Athistan akan dilanda badai besar.

Malam itu adalah malam yang sama seperti malam-malam sebelumnya. Kedua kubu saling baku tembak untuk mencuri wilayah milik rivalnya.

Tapi, untuk wanita yang merupakan bagian dari Lucian family, malam itu adalah kesialan baginya. Karena ia, harus bertekuk lutut di hadapan Boss Besar dari Davies family yaitu, Gilliam Davies.

Andai ia tidak diserbu dari belakang secara berkelompok seperti tadi, ia pasti masih bisa memenggal kepala pemimpin Davies family itu. Pasti!

"Boss, apa yang Anda ingin kami lakukan padanya?" tanya salah satu anak buah Gilliam Davies. Yang mengunci kedua tangan wanita berambut biru panjang itu, di balik punggungnya.

Wanita itu menatap Gilliam dengan kesal. Misinya gagal. Dan ia tak tahu apa yang akan diterimanya nanti, begitu ia tiba kembali ke kediaman Lucian family.

Gilliam nampak berlutut menyamai tinggi sang wanita. Iris hitam bertemu dengan iris blue cyan milik wanita tersebut. Pria itu kemudian menggerakkan tangannya. Mengambil sesuatu dari balik jas setelannya.

Wanita itu merasa terancam. Ia berusaha melepaskan diri dari kuncian tangannya. Tapi, semakin ia melawan, kuncian itu semakin dipererat oleh laki-laki di belakangnya. Bahkan kali ini, dagunya harus--dengan amat sangat terpaksa--mencium permukaan tanah yang basah karena tubuhnya, tiba-tiba didorong paksa hingga ia harus dalam posisi tertelungkup.

"You ... son of bitch!" umpat wanita tersebut jelas ditujukan kepada Gilliam.

"Jaga ucapanmu!" sahut bawahan Gilliam tiba-tiba mengarahkan wajah wanita berambut biru itu ke tanah. Tentu saja dengan kasar.

Mereka tak peduli apakah sedang berhadapan dengan wanita, atau laki-laki. Anak-anak, atau dewasa. Tua maupun muda. Jika orang tersebut merupakan bagian dari Lucian family, maka itu berarti adalah, musuh.

Wanita berambut biru itu mengeratkan giginya kuat. Kedua tangannya yang berada di balik punggungnya, mengepal kuat. Memendam amarah, dendam, benci dan lainnya, dalam kepalan yang kuat itu.

Tiba-tiba, ia merasa helai rambut belakangnya dijambak cukup kuat untuk mengangkat pandangannya, secara paksa. Hal itu, jelas membuat sang wanita mengernyit pelan karena jelas tak memerkirakannya.

Sebuah cahaya samar terasa menyinarinya. Membuat wanita berambut biru itu, perlahan membuka matanya untuk melihat cahaya apa itu.

[What's your name?]

Wanita itu mengernyit dengan hal pertama yang dilihatnya. Sebelum fokusnya, kemudian ganti tertuju pada Gilliam. Yang memandangnya dengan datar seraya memegang ponsel tua itu. Ia seperti menanti jawaban wanita itu dengan sabar.

Tapi ternyata-

Cuh!

Gilliam terpaku. Senyum samar tiba-tiba terukir di bibirnya, ketika ia merasakan sesuatu mendarat di pipi kirinya.

"Ha! Kau pikir aku akan mengatakannya, huh?" ujar wanita bersurai biru panjang itu dengan nada angkuh. Usai meludah pipi Gilliam dengan bangga. "On your ass, as-ah!"

Ucapannya terhenti tiba-tiba ketika rambutnya dijambak ke belakang, dengan lebih kuat. Membuat ia merasakan nyeri di bagian leher depannya, karena terlalu dilekungkan.

Tapi kemudian, siksaan itu sedikit berkurang ketika tarikannya perlahan terlepas. Membuat sang wanita bisa sedikit bernapas lega, dan fokus kembali pada cahaya samar yang sama dengan sebelumnya.

[Ya baiklah jika kau tak mau mengatakannya. Toh, sesungguhnya aku juga sudah mengetahuinya,]

"Lalu kenapa kau masih menanyakannya?!" balas wanita tersebut sedikit meninggikan suaranya.

Gilliam terdiam. Membalik ponselnya ke arahnya, lalu menuliskan sesuatu di sana.

[Hanya memastikan bahwa yang ada di hadapanku adalah, sang Executioner dari Lucian family,]

"Kau tahu tentangku?"

[Tentu. Kau adalah Fionna Evie, 'kan? Atau, kau lebih suka aku menuliskan nama dunia gelapmu, miss Cyan?]

Wanita itu menyipitkan matanya. Terkejut dengan apa yang dilihat--dibacanya. Bos dari Davies family itu tahu nama aslinya?

"Kau ...," Wanita itu kini mulai waspada. Jika Gilliam sudah mengetahui identitasnya, tidak mustahil ia akan tinggal nama nantinya. "Apa maumu?"

Gilliam kembali bungkam. Membalik ponselnya, untuk mengetikkan sesuatu di sana.

Lagipula, kenapa pula dia repot-repot begitu? Mulut itu apa gunanya?

[Misimu adalah mendapatkan kepala Gilliam Davies, 'kan? Kalau begitu, bagaimana jika aku memberikan jalan mudah atas misimu itu?]

"Jalan ... mudah?" balas sang wanita.

Gilliam mengangguk.

[Katakan pada pimpinan Lucian family, bahwa kau akan bergabung dengan Davies family sebagai agen ganda. Dan selama menjadi bagian dari family-ku, kau bebas mencoba memenggal kepalaku kapan pun dan dimana pun. Juga ...]

[Selain manjadi bagian dari Davies family, aku ingin kau menjadi calon pengantinku.]

"HUH?!"

— 1 —

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top