2). Felina Anggara

"HEH, APA-APAAN LO! LEPASIN NGGAK!" teriak seorang siswi berambut pendek sebahu yang tangannya ditarik paksa oleh seorang siswa. Meski teriakannya cukup keras, kenyataannya sekolah sedang sepi karena murid-murid sudah bubar sepuluh menit yang lalu.

Salahkan Felina yang telat pulang karena harus memenuhi panggilan alam, sehingga cowok itu bisa leluasa menarik tangannya tanpa perlu mengundang banyak perhatian. Cewek itu hendak melawan, tetapi urung dilakukannya saat berpikir dia mungkin tidak akan berani melakukan tindakan kriminal.

Ayolah, anak konglomerat biasanya hampir tidak pernah melakukan apa pun, bahkan hal sederhana. Itulah sebabnya mengapa orang yang terlahir dengan sendok perak di mulutnya selalu mengandalkan orang lain tanpa pernah mau berusaha sendiri.

Ups, maaf kalau kesannya terlalu frontal. Felina mempunyai persepsi demikian bukan tanpa alasan. Dia telah menangkap basah Khelvin melakukan sesuatu yang berkaitan dengan judgement-nya tadi.

Khelvin rupanya telah menunggu Felina di ujung koridor dekat toilet dan kemudian menariknya kembali ke persimpangan yang baru saja dia lewati. Setelah dirasa cukup aman, cowok itu menghentakkan tangannya hingga membuat Felina terhuyung dan segera menatapnya galak. "Mau lo apa sih? Kasar banget!"

"Harusnya gue yang nanya; mau lo apa sih? Lo cari gara-gara ya sama gue?" tanya Khelvin, kentara sekali kalau dia sedang murka.

"Itu bukan cari gara-gara namanya," jawab Felina dengan ekspresi tidak berdosa, membuat Khelvin auto menatapnya jengah. "Seharusnya lo bersyukur karena gue setidaknya mengurangi dosa lo di akhirat. Gue bahkan punya saran buat lo."

"Apa?" tanya Khelvin polos meski durasinya hanya berselang beberapa detik karena dia segera kembali ke ekspresi sebelumnya.

"Kalo mau nyimpan bangkai, lo harus pandai mengakalinya supaya nggak ketahuan. Sama seperti aksi lo yang ketahuan sama gue, bukankah lo seharusnya lebih berhati-hati? Sekadar mengingatkan, keledai aja nggak jatuh ke lubang yang sama berkali-kali."

"Jadi maksudnya, gue lebih bego dari keledai?" tanya Khelvin murka.

"Hmm... ada tambahan soal persepsi gue tentang anak konglomerat. Rupanya, ada juga yang peka dan cukup pintar untuk mengerti maksud gue," pungkas Felina sambil tersenyum miring dan lantas menepuk bahu Khelvin dengan tatapan penuh simpatik. "Kalo nggak ada yang mau diobrolin lagi, gue duluan ya. Nggak seperti hidup lo yang nggak pernah terbebani, gue jelas jauh lebih sibuk dari lo."

"Gue belum selesai ngomong! Lo kira gue akan biarin gitu aja setelah lo laporin gue ke BK?" raung Khelvin di belakang punggung Felina yang mulai menjauh.

"Laporin apa, ya?" tanya Felina polos seraya membalikkan tubuhnya.

"Nggak usah pura-pura bego, deh! Emangnya apa lagi selain lo laporin tentang rekayasa nilai gue?" jawab Khelvin dengan geregetan parah. Kalau saja Felina bukan cewek, mungkin cowok itu sudah mengajaknya gelut.

"Oh laporin tentang rekayasa nilai lo, ya? Gue kira ada yang lain. Lumayan kan buat nambah dosa lo?"

"FELINA ANGGARA!"

"Wow, lo tau nama lengkap gue? Hebat," puji Felina dengan nada yang terlalu manis, menepuk tangannya bersemangat hingga Khelvin tidak tahu apakah dia sedang memberi pujian atau menyindirnya. "Padahal kita beda kelas, loh. Apa lo udah lakuin semacam background check ke gue?"

"Wah kayaknya gue perlu disiplinkan mulut lo deh. Gimana ya, kebetulan kita cuma berdua di sini. Lo tau maksud gue, kan?" Khelvin menatap Felina dengan lebih intens sementara langkahnya mendekat secara berirama.

"Oh, jadi lo ancam gue sekarang? Tapi gue lebih suka ngajak lo gelut! Ayok kita tanding satu lawan satu!" tantang Felina tanpa rasa gentar, yang segera membuat Khelvin terpekur hingga langkahnya terhenti secara otomatis.

"Ayo, tunggu apa lagi? Sini!" tantang Felina, melepas tas punggung dan melemparnya ke lantai marmer begitu saja. Cewek itu bahkan memasang kuda-kuda sebagai tanda kalau dia telah bersiap sedia.

Ini jelas bukan skenario yang diharapkan oleh Khelvin. Tadinya, dia hanya berniat untuk menakut-nakuti saja. Soal memanipulasi nilai, sebenarnya apa yang dituduh Felina tidak sepenuhnya benar. Dia hanya memoles nilainya sedikit sebagai penyempurnaan, mengingat dia sudah memilih kampus favoritnya.

"Kenapa? Lo takut? Atau lo cuma bisanya lakuin pelecehan?" tanya Felina dengan nada meremehkan, sukses mencuil gengsinya Khelvin.

"Lo bakal nyesel karena udah mancing gue, Fel!"

Lantas yang terjadi pada detik berikutnya sungguh di luar dugaan karena Felina telah maju dan menendang tulang kering Khelvin, membuatnya memekik kesakitan. Kemudian seakan tidak cukup, dia memiting kedua lengan Khelvin ke belakang dan mendorong cowok itu ke tembok.

"Hei! Lo curang banget sih! Gue belum siap!" protes Khelvin dengan napas tersengal-sengal. Sisi wajahnya ikut tergencet ke tembok, menghalanginya berbicara dengan bebas. "Lepasin gue!"

"Minta maaf dulu sama gue," perintah Felina dengan nada ringan seakan sedang mengajak Khelvin berdiskusi tentang perubahan cuaca.

"Ya elah, gue salah apa emangnya? Gue bahkan belum ngapa-ngapain lo!"

"Salahnya adalah..." Felina mencondongkan tubuhnya untuk berbisik, "... lo udah nantangin gue. Juga, waktu gue terbuang banyak gara-gara lo."

Dalam jarak sedekat ini, keduanya bisa saling membaui aroma tubuh masing-masing. Siapa sangka, kedekatan tersebut membuat pipi Khelvin memanas dan memerah.

Untuk pertama kalinya ada lawan jenis yang berani memotong jarak sedekat ini padanya, membuatnya gugup.

Saking gugupnya, Khelvin tidak sadar kalau ada langkah kaki lain yang mendekat, membuat Felina cepat tanggap dan dalam waktu yang super singkat, dia berhasil mengubah posisi mereka menjadi seakan-akan Khelvin yang memeluknya dari belakang dengan sebelah lengan melingkari leher cewek itu.

"Pak! Tolong saya!" rengek Felina pada satpam yang tepat pada saat itu muncul dari belokan pertama koridor. Ekspresi satpam tersebut syok, mirip dengan Khelvin yang berhasil difitnah.

Faktanya yang terjadi adalah, Felina telah melepas dua kancing teratas seragamnya seolah-olah Khelvin memang telah melakukan hal yang tidak senonoh padanya.

"Apa-apaan kamu ini? Ikut saya ke ruang BK sekarang!" hardik satpam tersebut dengan ekspresi syok sekaligus murka, menuding ke arah Khelvin tetapi ekspresinya berubah menjadi agak simpatik saat atensinya diarahkan ke Felina. "Dik, kamu ikut juga, ya? Supaya kamu bisa jelaskan cerita lengkapnya seperti apa."

Ini pertama kalinya Khelvin Weiner difitnah dan dipermalukan seperti ini gegara Felina Anggara.

Khelvin berusaha untuk menahan amarah ketika ekor matanya menangkap senyum penuh kemenangan dari Felina, apalagi saat bibirnya bergerak tanpa suara sementara keduanya bertolak menuju ruang BK.

Mampus-lo.

*****

Khelvin akhirnya mengerti jiwa sinting Felina bersumber dari mana. Mirip ungkapan like mother like daughter, rupanya karakter tersebut diturunkan dari mamanya.

"FELINAAAAAAAA!" raung wanita itu, segera merengkuh Felina ke dalam pelukannya seakan dia satu-satunya korban yang berhasil selamat dari medan perang. Lantas, tidak membutuhkan waktu yang lama bagi wanita itu untuk menitikkan air mata dengan dramatis. "Anakku sayang! Dosa apa sih kamu sampai di-grepe-grepe? Maafin Mama ya nggak bisa jaga kamu dengan baik, padahal Mama ngira nggak bakal ada yang bisa gangguin kamu soalnya selain jago Taekwondo, kamu juga tomboi banget kayak cowok. Mama aja heran masih ada yang mau--"

"Hmm... maaf, Bu Nirina. Bukankah sebaiknya Ibu menenangkan anak Ibu dulu? Tapi kenapa Ibu malah--"

Nirina melepas pelukannya dan memutar tubuhnya menghadap Wali Kelas. Saking cepatnya, Khelvin bisa mendengar decit melengking dari gesekan antara sepatu high heels dengan lantai tegel di bawahnya. "Jangan khawatir, Bu Vina. Dari telepon tadi, bukannya sudah jelas kalo nggak sempat terjadi apa-apa? Yang penting saya tidak mau berita ini tersebar besok pagi. Bisa hancur harga diri saya sebagai calon aktris. Nak Khelvin?"

Panggilan tiba-tiba dari Nirina pada Khelvin membuat cowok itu hampir saja terhenyak dari kursinya di ruang BK. "Ya, Bu--eh, Tante?"

"Panggil Bibi aja biar lebih akrab. Bibi tau papa kamu yang punya stasiun televisi terbesar di Jakarta. Jadi, kamu mau kan bantuin Bibi biar rumornya nggak tersebar? Soal anak Bibi, maafin aja ya. Anak tomboi perilakunya memang bar-bar. Jangan diperpanjang, ya? Sebagai plus-plusnya, boleh kali ya kalau kamu berkenan bantu Bibi memenangkan audisi ini. Hehehe..."

"MAMA!" teriak Felina sekencang-kencangnya, cewek itu tidak percaya dengan realita yang terjadi di hadapannya. Gila saja, di saat seperti ini mamanya masih memprioritaskan debut aktingnya. "Arrrggghhhhh! This is insane!"

"Tuh kan, Bibi bilang apa. Perilakunya bar-bar banget, kan?"

"MAMA!!!!!" teriak Felina lebih kencang dari yang tadi, membuat semua orang sukses dibuat kaget, bahkan Bu Vina mengelus dadanya berkali-kali dengan tatapan memohon kesabaran. "Korbannya itu aku! Kenapa jadi belain Khelvin, sih?"

"Gue nggak grepe-grepe lo! Lo aja yang--"

"Ssssttttttt!!!!" potong Nirina tiba-tiba dengan dramatis hingga menekan bibir Khelvin dengan jari telunjuknya, membuatnya membeku seketika. "Bibi tau. Bibi sangat tau."

Nirina menganggukkan kepalanya dengan tatapan penuh arti pada Khelvin sementara Felina mendengus keras dan memutar bola matanya dengan super jengah.

Tidak tahan, Felina beranjak dan melangkah keluar dari ruang BK dengan emosi, mengabaikan tatapan ingin tahu dari semua orang di ruangan itu.

Nirina segera menyusul putrinya setelah sebelumnya membisikkan sesuatu ke telinga Khelvin, "Jangan lupa ya, Nak Khelvin. Bibi tunggu kabar baiknya soal audisi Bibi. Soal Felina, biar Bibi yang urus. Oke?"

*****

"FEL! Tungguin Mama!" teriak Nirina, mengejar putrinya.

Felina mengabaikan mamanya. Dengan langkah yang sesekali dihentakkan, cewek itu masuk ke dalam mobil yang diparkir di dekat pos satpam. Bahkan setelah Nirina berhasil menyusul, anak semata wayangnya masih saja memanyunkan bibirnya.

"Felina," panggil Nirina lembut.

"Nggak usah buang-buang tenaga buat bujuk aku deh, Ma. Nggak lama lagi kan Mama mau audisi," sindir Felina setelah mendengus keras.

"Kamu lebih dari tau apa maksud Mama," kata Nirina, masih berusaha membujuk anaknya. "Mama paham sebesar apa pengaruh keluarga Weiner, itu sebabnya Mama sengaja bahas audisi biar kesannya Mama yang gila akting."

"Loh memang gitu, kan? Saking pentingnya sampai-sampai aku dinomorduakan!"

"Felina. Kamu tau sendiri sebesar apa kepedulian Mama sama kamu. Buktinya, Mama selalu memonitor perkembangan anak Mama di sekolah. Insiden tadi cuma akal-akalan kamu, kan?"

"Kok Mama tau?" tanya Felina kaget meski tidak berlangsung lama karena cewek itu kembali ke ekspresi gengsinya. "Mama cek CCTV sekolah, ya?"

"Nah kamu jelas tau konsekuensinya kalo kamu masih mau menyalahkan Khelvin. Kalo dia nyuruh pengacaranya buat nuntut kamu, gimana? Itulah sebabnya Mama udah memperhitungkan ini, karena akan bahaya kalo kamu sampai terlibat masalah sama keluarga konglomerat."

"Tapi dia menyalahgunakan kekuasaan dia buat merekayasa nilainya, Ma! Itu jelas curang, kan?" kilah Felina membela dirinya meski dia membuang wajahnya ke arah lain.

Alih-alih menjawab, Nirina menstarter mobilnya. Wanita itu baru mengalihkan atensinya ketika mobil telah sampai di jalan tol. "As I said before, I do care and know you so well, my daughter."

"Emangnya apa sih yang Mama tau?"

"Itu hanya sebagai wujud pemberontakan kamu. Kamu hanya selalu tidak puas sama mereka yang kehidupannya terlalu tajir, terutama sama cowok. Karena itu mengingatkan kamu sama seseorang, kan?"

"Aku nggak pernah mikir kayak gitu," kilah Felina, tetapi dia masih menghindari kontak mata dengan Nirina, membuat mamanya tersenyum simpul.

"Semakin kamu membantah, Mama semakin yakin kalo kamu memang berpikir kayak gitu," balas Nirina dengan nada lugas, sementara mobil membawa mereka ke jalanan yang lebih sempit menuju kompleks perumahan mereka. "Kamu udah kelas 3 SMA, Fel. Bentar lagi kuliah. Udah saatnya kamu fokus sama kebahagiaan kamu sendiri. Mama aja udah, masa kamu belum?"

"Sama seperti Mama ngenal aku dengan baik, aku juga gitu. Kalo dibandingkan, masih mendingan aku daripada Mama. Bener, kan?"

Nirina mendengus pelan meski ekspresinya sempat berubah sedikit sewaktu Felina mengungkapkan opininya. Namun, wanita itu cukup telaten dalam menyembunyikan isi hatinya. Mungkin itulah sebabnya, dia mempunyai bakat akting yang tidak bisa diremehkan. "Masa? Udah lama kali, Fel. Lagian Mama bisa nyari yang baru setelah Mama jadi aktris populer. Kamu juga dong jangan kalah. Eh, sama si Khelvin juga boleh tuh. Kalo kamu nikah sama dia, bakal menguntungkan Mama banget nih. Mama bakal menguasai stasiun televisinya keluarga Weiner. Hahaha...."

"MAMA!!!"

"Si Khelvin cakep juga sih. Pacarable banget tau nggak. Mama suka sama matanya, udah gitu bibirnya lembut banget waktu Mama sentuh pake jari Mama. Ck! Sayang banget kalo kamu sia-siakan dia."

"Mama aja yang jadi pacarnya dia. Toh Mama single, kan? Udah zamannya kok punya cowok yang gap-nya puluhan tahun." Felina menyahut sarkastik.

"Ck. Sori ye, Mama maunya yang ahjussi bukannya dongsaeng!"

Ahjussi adalah sebutan untuk paman sedangkan dongsaeng untuk adik laki-laki dalam bahasa Korea.

"Ish, Mama! Kayak banyak aja yang mau sama Mama!" seru Felina geregetan. "Mama udah hampir kepala empat, loh!"

"So what? Sugar daddy itu banyak, Sayang!"

"Isshhhhh, Mama!!!"

Bersambung

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top