Keributan
"Kalian pesan saja makanan sesukanya," ujar Arya kepada Awan dan Jia.
Rain masih lekat-lekat menatap kedekatan Awan dan kekasihnya. Hal ini sudah terlalu dalam, Rain tidak bisa lagi mengontrol hatinya agar tidak sakit hati. Walaupun ia tahu tidak ada celah untuk masuk ke hubungan mereka, ia akan tetap bertahan. Karena Awan adalah cinta pertamanya. Selama ini, Rain tidak pernah merasakan atau mempercayai sesuatu yang bernama cinta. Namun bersama Awan, ia sadar cinta itu nyata.
"Salad buah untuk Jia," ujar Awan seraya tersenyum kepada waitress.
"Cake cokelat dengan toping krim kocok untuk Awan," imbuh Jia, kemudian merangkul tangan Awan seraya tersenyum.
Lihatlah! Bahkan mereka berdua begitu mengerti satu sama lain, apalah Rain hanya kepingan remahan rengginang di sini.
Rain menghela napasnya, mengalihkan pandangan agar tidak terus melihat ke arah Awan. Kenapa juga ia harus berada di ruangan yang sama sekarang. Semuanya menjadi rumit jika sudah berurusan dengan perasaan.
"Sepertinya wajahmu tak asing," ucap Jia seraya menunjuk Rain.
Hal itu membuat semua orang yang ada di meja itu langsung terkejut menatap Jia. Mereka bahkan lupa dengan keberadaan Rain yang sedang disembunyikan.
"Iya, dia mirip artis luar Negeri bukan? Pertama aku juga mengira begitu," ujar Awan untuk menutupi kecurigaan Jia.
"Emm ... mungkin saja begitu, sudahlah aku tak peduli," jawab Jia angkuh.
Barulah Rain menghela napas lega. "Makanannya sudah datang," ujar Rain untuk mengalihkan pembicaraan.
"Sayang, ambilkan punyaku," yitah Arya.
Rain menoleh mengisyaratkan Arya agar tidak meminta hal itu. Rain bahkan tidak tahu pesanan untuknya apa. Ada empat macam makanan di sini, dan Rain bingung apa kesukaan Arya.
"Rain, ambilkan favorit Arya cepat. Bila perlu suapi sekalian, kalian pasangan yang sangat cocok," tukas Jia.
Mau tidak mau, Rain harus menebak salah satu untuk meyakinkan Jia jika ia adalah kekasih Arya. Semoga saja apa yang dipilihnya itu benar.
Di saat Rain benar-benar putus asa, Rain melihat isyarat Awan untuk memilih yang kanan. Untung saja, Awan tepat waktu membantu Rain. Hampir saja Rain memilih yang sebaliknya.
Rain mengambil pirisi sesuatu yang mirip dengan pisang ditaburi keju. Kemudian mengambil sepotong dan menyuapkannya kepada Arya.
"Makasih, Sayang," ujar Arya seraya mengelus rambut Rain.
Sungguh sandiwara yang bagus, sampai membuat Rain dan Awan bingung apa yang sebenarnya Arya lakukan. Itu berlebihan.
Arya mengambil satu suap kemudian meminta Rain untuk membuka mulut juga.
"Kalian benar-benar pasangan serasi," tukas Jia seraya bertepuk tangan.
Lain dengan Jia, Awan malah memasang tampang tidak suka. Entah kenapa ia tidak suka ada orang lain yang menyentuh Rain selain dirinya.
"Apaan si, biasa aja," ucap Awan tanpa ia sadari.
"Sayang, kenapa kamu gitu? Kamu iri, yah?" tanya Jia melihat ekspresi tidak suka Awan. "Sini aku suapin juga."
Awan menyadarkan dirinya sendiri agar tidak terlihat jika ia sedang marah sekarang. Kemudian menarik ujung bibirnyax tersenyum manis ke arah Jia.
"Sini aku suapi kamu," ujar Jia seraya mengambil cake Awan dan satu suapan langsung masuk ke mulut Awan.
Rain melihat krim di bibir Awan. Ia berinisiatif untuk mengelap itu dengan tisu, akan tetapi terlambat karena kini Jia sudah langsung menjilat krim itu dari mulut Awan.
"Apa yang kau lakukan," tukas Awan seraya mendorong tubuh Jia ke belakang. Ia tahu jika Jia benci hal itu, dan Jia sangat benci sesuatu yang kotor, tapi sekarang?
"Maaf, aku refleks melajukan itu," ucap Jia dengan senyum merengeknya. "Maafkan aku juga, Rain, Arya. Maklumi saja, ya!"
Arya mengangguk acuh seperti tidak ada yang terjadi.
"Apa ini," gumam Rain pelan namun masih bisa terdengar dengan wajah marah, "apa pantas kalian mengumbar kemesraan di depan umum?"
Semua orang terkejut dengan kemarahan Rain. Begitu pun dengan Jia, hal yang paling wanita itu benci adalah ketika ia bentak di depan umum. Rain sudah membangkitkan kearahan Jia sekarang.
"Apa masalahnya! Kau juga punya kekasih, aku jamin kau pernah melajukannya juga. Aku bilang aku refleks kenapa dipermasalahkan si, heran," teriak Jia.
"Ya jelas, itu tidak sopan tau ngga," sahut Rain tidak mau kalah.
"Kenapa si kau, cuma masalah gini aja marah-marah kaya orang cemburu kekasihnya di rebut," ucap Jia. "kenapa? Karna Arya tak seromantis Awan? Atau Arya kalah dengan pesona Awan? Apa kau tau, Awan sangat jago bermain di ranjang juga lho."
Mendengar perkataan Jia membuat hati Rain semakin terbakar. Apa maksud jago di ranjang? Pria itu mengatakan jika ia belum pernah melakukan hubungan badan dengn siapa pun. Bahkan Arya juga menjelaskan jika Jia wanita anti bakteri. Apa itu tipuan Awan untuk membuatnya percaya dan menuruti permintaan pria itu?
Jia mendekati wajah Rain dan menyemprotkan cairan pembersih tepat di wajah Rain. "Kau harus dibersihkan dulu, sepertinya banyak kecemburuan di wajhamu."
"Iya, aku cemburu denganmu, puas!" desisi Rain seraya mengambil satu gelas air dan menumpahkannya ke wajah Jia. "Kau pantas mendapatkan ini."
"Jia!" Arya langsung mengeringkan wajah Jia menggunakan tisu.
"Cukup, Rain! jangan kekanak-kanakan!" bentak Awan. "Minta maaf sekarang juga!"
Keadaan seketika menjadi hening. Rain mematung di tempatnya. Menyadarkan dirinya sediri untuk lebih tenang. Kenapa harus dirinya yang meminta maaf? Apa hanya Rain saja yang salah di sini?
"Minta maaf!" titah Awan sekali lagi.
Bukannya meminta maaf, Rain malah berlari ke luar dari sana. Meninggalkan semua orang.
Arya berlari mengejar Rain yang semakin jauh. Begitu pula dengan Awan, ia hendak berdiri dan mengejar Rain. Namun terhentikan oleh Jia yang mencegah pria itu.
"Biarkan saja, ada Arya," tukas Jia.
Awan menyadari perilakunya mungkin sudah menyakiti hati Rain. Ia menyesal sekarang, dan harus meminta maaf. Awan memikirkan Rain akan pergi ke mana, keamanan di luar pasti tidak aman baginya.
Awan menghela napasnya gusar. Semoga saja Arya membawa Rain ke apartemen, jadi Awan nanti bisa meminta maaf kepada Rain.
"Kenapa kau melakukan hal tadi?" tanya Awan menatap Jia.
"Aku tidak suka pandangan Rain ke arahmu. Sepertinya dia akan merebutmu dariku, makanya aku berani melakukan itu," tukas Jia seraya membersihkan wajahnya sendiri. "Kamu lihat, kan? Rain sepertinya tertarik denganmu. Makabya aku pancing biar dia marah kaya tadi. Terungkapkan sifat aslinya."
°°°
"Rain," ujar Arya.
"Rain, kau mau ke mana?" tanya Arya seraya menarik pergelangan tangan Rain. Napasnya ternegah-engah, Rain pelari yang sangat jago. Abru beberapa menit saja sudah sampai begitu jauh.
"Kayaknya, ini saatnya aku harus pulang deh," ucap Rain seraya menundukkan kepalanya. Menyembunyikan wajahnya jika ia menangis.
"Begitu saja kau nyerah?" tanya Arya.
"Apa yang harus aku lakukan?" ucap Rain, kini wanita membalikkan badannya memunggungi Arya. "Mereka saling mencintai, sedangkan aku? Hanya aku saja yang berjuang di sini. Percuma!"
"Tapi kau belum mulai berjuang sama sekali," tukas Arya.
"Apa kau mendukungku?" tanya Rain.
Arya melangkah, dan berdiri tepat di depan Rain. Memegangi pundak wanita itu. "Aku akan mendukungmu, kau lebih baik untuk Awan dari pada Jia. Aku melihat kebahagiaan di mata Awan ketika bersamamu."
Rain mengusap pipinya kemudian menerbutkan senyum cerahnya. "Benarkah? Apa aku masih bisa mendapatkan hati Awan," tanya Rain.
Arya menganggu kemudian mengacap rambut Rain yang menggemaskan itu. Karena merasa lebih tenabg, Rain mendekati Arya dan memeluk pria itu.
"Terima kasih," ucap Rain.
Arya membalas pelukan Rain dan tersenyum juga. "Iya, kau sudah aku naggap adik sendiri," ujarnya.
Di belakang dua orang yang tengah berpelukan, ada Awan tengah memerhatikan mereka. Rasanya aneh, Awan merasakan marah sekaligus senang di waktu bersamaan.
Ia senang ketika melihat Rain kenbali tersenyum, tapi ia juga marah karena bukan ia yang membuat Rain tersenyum. Pria lain.
Beberapa menit lalu sebelum Awan pergi mencari Rain. Pria itu sudah berusaha keras membujuk Jia agar mau mengizinkannya mengejar Rain untuk meminta maaf karena bersikap kasar. Karena usaha yang begitu keras, akhirnya Awan diperbolehkan mengejar Rain dengan syarat, Awan harus megajaknya makan menggantikan acara makan yang gagal ini.
Namun di sini, Awan dibuat kecewa karena melihat Rain yang tengah berpelukan dengan Arya pdahal mereka baru saja mebgenal satu sama lain, apakah Rain mudah bergaul dengan seorang pria?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top