Kedatangan teman Awan

Rain duduk di sofa seraya mengamati pintu dari tadi. Apakah Awan akan pulang terlambat lagi? Bukanya tadi pagi pria itu mengatakan jika akan ada temannya yang akan datang ke apartemen.

Sudah pukul tujuh malam, dan Rain belum juga melihat tanda-tanda kepulangan Awan. Mungkin saja pria itu tidak jadi membawa temannya dan akan pulang terlambat juga karena pekerjaannya.

Rain berbalik hendak menutupi makanan di meja makan agar tidak dingin.

Baru dua langkah, Rain mendengar suara pintu yang terbuka dari luar. Wanita itu menoleh, dan melihat Awan yang datang bersama dua sahabatnya.

Rain mengamati satu persatu dua pria itu. Rain serasa berada di Negeri dongeng melihat tiga pria tampan jelmaan surga itu. Akan tetapi, di antara tiga pria itu, Awan tetaplah yang tertampan nomor satu di mata Rain.

"Hai ... Raina," sapa salah satu pria yang memakai topi di samping Awan.

Rain menyapa balik dengan sedikit gugup. Ada tiga pria di ruangan ini, dan hanya ada satu wanita yaitu Rain di sini. Rain menyadarkan dirinya, ia yakin mereka adalah pria baik.

Mereka bertiga duduk di sofa, dan Awan juga meminta Rain agar duduk di sana juga.

"Perkenalkan Rain, ini Arya Alghibrani," ucap Awan menperkenalkan satu pria yang masih sibuk memainkan benda pipih.

"Hai ... aku Rain," ujar Rain tersenyum kaku.

"Ya, aku tau," ucap Arya sekilas.

"Jangan pikirkan Arya, dia memang seperti itu. Tapi jika sudah akrab, dia baik kok," ucap Awan yang merasa tidak enak dengan perlakuan temannya kepada Rain. "Dan ini Noval Mahesya."

Pria yang bernama Noval itu langsung menjulurkan tangannya untuk menyapa Rain. "Senang berkenalan denganmu," ucapnya.

Rain ikut tersenyum membalas Noval.

"Ngomong-ngomong, kenapa kau pergi dari rumah?" tanya Noval.

Rain tersenyum kecut bingung akan menjawab seperti apa.

"Ya karna ingin merasakan hal baru, yakan Rain," ujar Arya yang kini ikut nimbrung serta meletakan ponselnya. "Kau ingin tinggal bersama seorang pria, bukan? Dan merasakan ... kau tau sendiri lah, jika ada wanita dan pria tinggal satu tempat."

Rain terdiam mendengar ucapan Arya yang sedikit pedas itu. Namun kemudian ia melihat Awan yang terseyum kepadanya dan menggelengkan kepala untuk menyemangati Rain.

"Dia ada masalah di rumahnya, jangan berburuk sangka gitu," ucap Awan.

Arya menghela napas, mengangkat kedua bahunya. "Entahlah apa yang kalian berdua lakukan selama tinggal bersama," ucapnya.

"Kau ini, sopankah berkata seperti itu?" decak Noval seraya menonyor keras kepala Arya. "Lebih hormat sedikit kek!"

"Hmm ... tidak apa-apa, kan Kak Arya bebas mengungkapkan apa yang dipikirkannya," ujar Rain seraya tersenyum. "Aku hanya ingin menenangkan diri saja, makanya aku pergi dari rumah."

Arya kembali menarik satu alisnya ke atas. "Menenangkan diri dari apa?" tanyanya.

"Ketika rumah tak sehangat yang kita inginkan, mau bagaimana lagi aku harus siap dengan semua kenyataan pahit. Tapi sebelum aku benar-benar siap, aku ingin menenangkan diri agar batinku bisa menerima kenyataan ini." Rain menundukkan kepalanya. Sebenarnya itu adalah amsalah pribadinya yang tidak harus diketahui banyak orang. Akan tetapi, demi menjaga agar tidak ada yang berburuk sangka dengan tujuannya, Rain berkata jujur seperti itu.

"Jadi ...." sahut Awan. Jujur, ia juga baru tahu seberat apa masalah Rain.

"Ya aku pergi dari rumah. Tapi aku juga terjebak dengan pria brengsek awalnya, dan akhirnya aku bertemu dengan Awan yang baik hati membantuku," tukas Rain.

Mendengar ucapan Rain membuat Awan tersadar kembali dengan perlakuannya sebelumnya. Pantas saja, Rain merasa begitu tertekan. Beban hidup wanita itu sudah banyak, dan sekarang ditambah lagi dengan sikapnya yang begitu egois.

"Sudahla, jangan begitu dramatis. Ayo kita makan, kata Awan kau sudah masak," ucap Arya yang membuat seisi ruangan terkejut dengan perubahan sikap pria itu.

"Eum ... iya aku masak sup, ayo kita makan," tukas Rain kemudian mempersilakan Awan dan temannya duduk di ruang makan.

Rain mengambilkan kursi untuk Awan dan mempersilakan pria itu duduk. Wanita itu juga langsung mempersiapkan makanan Awan sesuai porsi yang pria itu biasanya makan.

Hal itu membuat dua teman Awan sedikit melongo, selama ini Awan tidak pernah menceritakan betapa perhatiannya Rain.

"Kau curang," ucap Noval.

"Curang gimana?" tanya Awan balik.

"Kau punya dua wanita yang begitu perhatian. Sedangkan aku masih saja jomlo sampai sekarang."

Semua orang tertawa mendengar ucapan Noval. Begitu pun dengan Rain yang kini pipinya merah merona, apa perhatiannya dengan Awan begitu jelas?

"Itu perintahku, Rain tidak melakukan ini dengan sendirinya, itu kesepakatan kami," tukas Awan.

"Yasudahlah, terserah kalian aja. Intinya aku lapar sekarang," ucap Noval kemudian menyantap lahap masakan Rain. "Kau pantas jadi koko di restoran bintang lima."

"Dia sudah kaya, kenapa repot-repot banting tulang," ujar Arya mencemooh.

"Ya ampun ... apa aku memuji untuk disalahkan?" tanya Noval.

"Sudahlah, makan saja." kini Awan menghentikan kebisingan kedua sahabatnya. Ia begitu merasa tidak enak dengan Rain, mungkin saja wanita itu tidak nyaman dengan sikap dua sahabatnya yang terbilang menganggu.

°°°

Pukul sembilan malam, dua teman Awan pamit pulang karena sudah larut. Tidak memungkinkan jika mereka menginap karena ada satu wanita di tempat itu. Selain akan membuat Rain risi nantinya, Awan juga khawatir dengan keselamatan Rain. Jangan lupa pria akan sedikit lebih ganas di malam hari.

"Dah, Rain. Kapan-kapan aku mampir lagi," ucap Noval.

"Jangan kasih pintu," ucap Arya.

Melihat tingkah Arya dan Noval membuat pikiran Rain ke mana-mana. Ia teringat dengan film yang di tontonya di mana pemerannya hanya dua orang pria yang saling menyukai satu sama lain. Hal itu membuat Rain sedari tadi memikirkan jika mereka adalah sepasang kekasih.

Ah, sudahlah. Lama-kelamaan pikiran Rain semakin liar saja.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Awan setelah dua sahabatnya pergi. "Kenapa kau senyum-senyum dari tadi? Setelah itu kau mengenggeleng."

"Apa aku begitu?" tanya Rain bingung. "Apa begitu keliatan yah."

Awan mengernyitkan keningnya. "Apa yang kau pikirkan sebenarnya?" tanyanya.

Mereka kemudian berjalan ke kamar untuk bersiap-siap tidur.

"Aku berpikir jika mereka adalah ...." ujar Rain menggantung, dan memberikan isyarat dengan menyentuhkan kedua jari telunjuknya.

"Ya ampun! Kau begitu aneh, Rain. Mereka normal," ucap Awan seraya menahan tawa. "Ada-ada saja."

"Ya maaf," ujar Rain.

Rain duduk di ujung ranjang seraya menggerakan kedua kakinya ke atas dan ke bawah. "Apa rata-rata orang berpikir jika ada wanita dan pria tinggal bersama artinya mereka telah melakukan hubungan itu?" tanya Rain.

Awan seketika menoleh menatap Rain dengan ekspresi yang sulit diartikan. Antara terkejut, dengan bingung menjelaskan.

"Ya, begitulah. Tidur saja, jangan pikirkan macam-macam!" tukas Awan seraya mengganti kaosnya dengan lengan pendek. "Apa kau ingin mencoba melakukan aneh-aneh itu?"

Rain menatap kaget ke arah Awan. Ia tahu maksud pria itu apa makanya ia langsung terkejut.

"Hm ... mungkin kapan-kapan kita lakukan itu. Aku juga penasaran bagaimana rasanya, apakah itu akan sakit?" tanya Rain polos.

"Tidak tau, aku juga belum pernah mencoba. Katanya si, sakit sedikit," ujar Awan kemudian duduk di samping Rain. "Nanti kalau kamu siap, bilang, yah!"

Rain menoleh menatap wajah Awan. "Apa itu boleh dilakukan sebelum menikah?" tanya Rain kembali membuat Awan bingung.

"Sebenarnya tidak boleh, tapi kan kita sama-sama pengin," ujar Awan.

"Baiklah, kapan-kapan kita coba," sahut Rain.

"Kapan-kapannya, kapan?"

Rain merebahkan tubuhnya, menatap langit-langit kamar. "Ya ngga tau nantu."

"Baiklah, tapi kalau aku sudah tidak bisa menahannya lagi. Jangan salahkan aku jika aku memaksa," ujar Awan kemudian merebahkan dirinya di samping Rain. Seperti biasa memeluk wanita itu sebagai gulingnya.

Awan tidak tahu kenyamanan seperti apa yang ia rasakan ketika tidur di samping Rain seraya memeluk wanita itu. Begitu nyaman, hingga Awan tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata saja. Yang jelas ia merasa begitu nyaman sampai ingin terus memeluk Rain ketika tidur dan enggan melepaskannya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top