Cemburu?
Rain berdiri di ujung ruangan, mengamati setiap sudut jika memang sudah benar-benar bersih. Beeberapa menit lalu, ia diberitahukan Awan untuk mebersihkan apartemen sebersih-bersihnya. Entahlah apa yang pria itu maksud.
Awan juga memerintahkan Rain untuk pergi bersama Arya selama berapa jam. Rain menebak, sepertinya Awan akan mengajak kekasihnya ke apartemen maka dari itu ia menyuruh Rain pergi bersama temannya.
Rain kemudian bergegas mempersiapkan dirinya dengan mengganti pakaian, dan menutupi wajahnya. Sebelum ia benar-benar meninggalkan apartemen, Rain melihat pantulan dirinya di depan cermin. Wanita itu memaksa bibirnya untuk tersenyum agar tidak terlihat menyedihkan.
Hanya membayangkan Awan bersama kekasihnya saja sudah membuat Rain sakit hati. Perasaan itu tidak bisa terkendali, dan Rain sadar ia mencintai Awan. Bahkan Rain sudah lebih dulu mempersiapkan diri dengan senua konsekuensi yang akan ia rasakan nantinya. Perasaan sepihak, yang entah akan terbalas atau tidak.
Rain melihat ke luar dari lubang kecil di pintu, dan benar saja di sana sudah ada Arya yang menunggunya.
Rain membuka pintu itu, menyapa Arya sekilas kemudian menyuruh pria itu untuk membawanya pergi sesuai perintah Awan.
Mereka sampai di mobil Arya, dan pria itu langsung saja membukakan pintu untuk Rain.
Di dalam perjalanan keduanya tidak ada yang membuka suara, sama-sama diam dan kalut dengan pikiran masing-masing. Arya menatap fokus ke perjalanan yang tidak terlalu ramai di jam menjelang sore seperti ini.
"Apa yang kau katakan kemarin benar?" tanya Arya tanpa menoleh.
"Tentang?"
"Apa kau tidak kembali ke rumah karena ayahmu? Atau kau sudah mulai nyaman dengan Awan?" tanya Arya tanp basa-basi.
Rain mengernyitkan keningnya, mengalihkan pandangannya ke samping mobil. "Aku belum tau pasti, sebenarnya aku juga lebih nayman tinggal dengan Awan dari pada dengan orang tua aku."
"Kau suka Awan?" tanya Arya yang membuat Rain langsung terkejut.
"Lupakan aja, kita mau ke mana?" tanya Rain mengalihkan pembicaraan.
"Pandai mengganti topik ya," ujar Arya.
Mobil Pajero putih itu terparkir di sebuah kafetaria yang kelihatannya lumayan sepi.
Sebelum turun, Rain memastikan keadaan di luar aman. Ia tidak ingin pulang ke rumahnya terlebih dahulu sebelum mengungkapkan perasaannya kepada Awan. Ia tahu pasti, setelah ia pulang ke rumah, ia pasti tidak akan pernah diizinkan lagi pergi dari rumah walaupun sebatas gerbang saja.
Jadi, sebelum ia memastikan perasaannya. Ia akan tetap bertahan di samping Awan.
"Kenapa kau malah melamun?" tanya Arya.
"Iya, aku turun," ujar Rain kemudian turun dari mobil dengan dibantu Arya.
Mereka berdua masuk ke dalam kafetaria itu. Rain bingung dengan keadaan kafetaria yang begitu sepi di sore hari. Padahal, tempat ini sepertinya sudah tanda bintang limanya.
Rain menoleh menatap Arya dengan curiga.
"Jangan khawatir, kafetaria ini miliku," ujar Arya.
"Milikmu?"
Rain tidak percaya dengan apa yang ia dengar barusan. Arya sepertinya tidak terlihat seperti orang kaya atau pengusaha. Tampilannya begitu biasa, tidak terlihat wibawanya sama sekali. Lihatlah! Sekarang saja Arya tengah memakai kaos oblong hitam dengan celana jeans biasa. Walaupun tidak bisa dipungkiri ketampanannya juga.
"Ngga usah terkejut, aku sepesialkan untuk hari ini tempat ini untukmu," ucap Arya seraya berjalan meninggalkan Rain di ambang pintu. "Masuklah, ngga usah kepedean, Awan yang meminta bantuanku dengan cara seperti ini. Kau harus berterima kasih juga dengan Awan."
Rain mengangguk sebagai tanggapannnya. Wanita itu kemudian berjalan mengekori Arya dari belakang, ia membenarkan tas selempangnya yang merosot dari pundak serta membenarkan rambutnya juga yang terlihat sedikit berantakan.
Arya membawa Rain ke tempat private di kafetaria itu. Mempersilakan Rain masuk. Tujuannya agar keamanan Rain bisa terjaga di sini.
"Siapa yang akan datang sebenarnya di apartemen Awan?" tanya Rain mengungkapkan rasa penasarannya.
"Pacar Awan," sahut Arya cepat.
"Oh, begitu. Pantas saja," ujar Rain.
Arya memanggil waitress pria ke arahnya, kemudian membolak-balikan buku menu di tangannya. "Kau mau pesan apa?" tanyanya.
"Terserah saja," ujar Rain menolsk menerima buku menu yang diberikan Arya.
Beberapa menit kemudian waitress itu pergi dengan membawa kertas pesanan Arya.
"Sepertinya sebentar lagi Awan akan menelepon," ujar Arya.
"Kenapa?" tanya Rain bingung.
Arya mengangkat kedua bahunya. "Pacarnya tidak ingin makan di apartemen," ucap Arya.
"Terus?"
Arya mengambil ponsel yang masih di kantung sakunya. Pria itu tersenyum, "nah, kan. Apa tebakanku," ujarnya.
Rain semakin dibuat bingung dengan sikap Arya. Dan apa maksud dari Jia tidak bisa lama-lama di apartemen?
"Awan akan ke sini, berpura-puralah kau tidak dekat dengannya!" titah Arya.
"Hah?" ucap Rain keras.
"Iya ... Jia ingin makan di kafetariaku. Kau berpura-puralah jadi pacarku saja," tukas Arya.
Rain mengedipkan matanya beberapa kali, kemudian tersadar dari omongan Arya. "Pura-pura apa?"
"Jadi pacarku agar Jia tidak mencurigai kau dengan Awan jika nantinya kau kelepasan dekat dengan Awan," ucap Arya.
Rain mengangguk. Mau bagaimana lagi, mungkin itu sudah direncanakan takdir. Namun, Rain tersadar kembali. Apa ia akan bisa bertahan melihat kedekatan Awan dengan kekasihnya?
"Apa kau tidak setuju?" tanya Arya. "Jika kau tidak setuju aku akan meminta Awan buat cari tempat lain saja."
Rain menggeleng keras. Ia tidak ingin Awan repot mencari tempat makan nantinya. Akan lebih baik jika ia membagi tempat itu dengan Awan. Lagian ia juga sangat penasaran dengan wujud pacar Awan. Apakah lebih cantik darinya? Atau jelek?
°°°
Sudah lima belas menit, Rain menunggu kedatangan Awan dengan pacarnya. Namun, batang hidung pria itu bahkan belum terlihat sama sekali. Padahal rasa penasaran akan melihat wajah Jia begitu menggelora di hati Rain.
Sedari tadi, Arya terus saa meminta Rain agar menghabiskan makannya terlebih dahulu, dan jika Awan datang, Rain boleh pesan seenaknya.
"Itu mereka," ujar Arya seraya menunjuk dua pasang kekasih yeng tengah berjalan ke arah mereka.
Rain mengamati wanita yang kini bergandengan dengan Awan. Ternyata tidak ada apa-apanya dengan kecantikan Rain yang alami dan membuat banyak pria terpesona.
Rambut wanita itu bergelombang dengan warna sedikit kecokelat-cokelatan. Wajahnya polos tanpa make up sedikit pun. Hanya ada lipstik alami di bibirnya. Mengapa Awan bisa suka dengan wanita yang mirip monster itu? Cantikan juga dia.
"Hai," sapa Rain seraya menjulurkan tangan kanannya. Namun ia tidak menyangka sifat arogan Jia di sana, wanita itu bahkan memandang jijik ke arah tangan Rain. Ia kira wanita yang dipilih Awan akan menjadi wanita yang sangat cantik. Dan ternyata wanita itu tidak jauh dari kata norak.
"Aku, Najia. Pacar Awan," ujar Jia.
"Aku, Raina. Pacar Arya," ucap Rain sesuai apa yang diperintahkan Arya sebelumnya.
Awan sedikit terkejut ketika melihat Arya menarik kursi untuk Rain. Dan kini mereka duduk saling berdekatan, dengan begitu mesra. Siapa yang meminta Rain pergi dari apartemen dan sekarang di sini malah bersenang-senang dengan pri lain.
Ebtah kenapa, melihat kedekatan Rain dengan sahabatnya membuat Awan merasakan sesuatu yang tidak enak di dadanya.
To be continued....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top