1

Lagi-lagi hanya ilusi, semua yang ia lihat hanyalah kebohongan tanpa ada suatu yang nyata

====

Suara gesekan antara papan tulis dengan kapur tulis menambah suasana di kelas yang tadinya ramai kini senyap. Hanya terdengar guru yang bahkan eksistensinya seolah tidak diperhatikan, semua murid lebih memilih melihat kearah lain atau menyumpal telinganya menggunakan earphone, sehingga tak jarang guru itu menegur atau bahkan melempar penghapusan papan tulis kepada murid yang tidak memerhatikannya.

Beberapa lama kemudian suara bel sekolah memecah keheningan pada kelas itu, pelajaran jam terakhir sudah selesai, semua murid segera membereskan barang-barangnya.

Tidak semua murid yang langsung pulang ada yang lebih memilih untuk mengikuti kegiatan klub yang diikutinya atau sekedar berjalan-jalan di sekitar sekolah--penggangguran memang.

Seorang pemuda dengan surai silver mulai berjalan menjauh dari kelasnya, ia akan menuju ke gedung olahraga--tempat melangsungkan kegiatan klubnya, derap langkah kakinya sekarang tak terdengar karna sudah tertutupi oleh suara rintik hujan yang sedari tadi masih turun.

"Oh ... Sugawara! Kau mau kemana?" tanya seorang pemuda dengan surai hitam yang berjalan berlawanan dengannya--Sawamura Daichi.

"Tentu saja ke gedung olahraga." mendengar jawaban dari Sugawara, Daichi hanya menghela nafas ia lupa untuk memberitahukan kepada Sugawara bahwa latihan hari ini diliburkan dikarenakan pelatih Ukai sedang tidak ada.

"Hari ini latihan diliburkan, lebih baik kau segera pulang dan beristirahat," Daichi melihat kearah Sugawara dengan tersenyum.

"Kalau begitu aku pergi dulu." Daichi langsung pergi meninggalkan Sugawara yang hanya berdiri disana dan menghela napas pasrah. Sugawara bingung sekarang ia harus ke mana lagi? Tujuannya hanya untuk ke gedung olahraga.

Sugawara akhirnya tidak memilih untuk langsung pulang--mungkin ia adalah salah satu penggangguran sekolah, ia melangkahkan kakinya menuju kearah atap sekolah tidak peduli dengan hujan yang dari tadi turun membasahi secara acak semua yang ada di sana.

Kriet

Pintu atap sekolah terbuka, tetapi ada yang aneh, Sugawara melihat seseorang dengan menggunakan payung berwarna darkblue dan itu adalah seorang gadis. Seorang gadis sendirian di atap sekolah dengan pakaian yang basah terkena air hujan serta membawa payung berwarna darkblue.

Dan juga surai [H/c] yang basah terkena air hujan, sepertinya gadis tersebut tidak mempedulikan semua yang berada disekitarnya, entah apa yang ia lakukan disaat yang seperti ini, berdiri di tengah hujan yang kian deras.

Mungkin menurut Sugawara hanya orang aneh yang melakukan itu, dan gadis itu orangnya.

Sugawara dari tadi hanya termenung, sambil memikirkan apa yang akan ia perbuat, ia masih menimang-nimang dua jalan yang akan ia ambil.

Pertama, mendekatinya dan bertanya kenapa ia berada disini.

Kedua, melangkah mundur dan mengganggap itu hanyalah imajinasinya.

Sugawara memilih opsi yang kedua, semua itu ia anggap sebagai imajinasinya--walaupun itu nyata tapi nasi sudah menjadi bubur ia juga sudah yakin dengan pilihannya, ini adalah ilusi hanya kebohongan yang terlihat nyata saja, pikirnya. Hujan sedari tadi hanya sebagai saksi bisu mereka berdua. Sebenarnya ada alasan dibalik Sugawara yang tidak mau menemui gadis itu, ia takut gadis tersebut terganggu dengan eksistensinya dan juga ia tidak mau mencampuri urusan orang lain.

Kakinya melangkah mundur secara teratur, ia pelankan langkahnya, takut menimbulkan suara yang bahkan sedari tadi sudah teredam oleh suara hujan. Pintu tersebut ia tutup secara perlahan. Berhasil. Sugawara tersenyum simpul, ia masih ingat gadis tersebut.

--;Sugawara, apa kau baru saja menjadi pengecut?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top