Ch. 10 : Lantai Kematian

Siang itu adalah siang yang cerah di lantai 43.

Banyak orang terlihat sedang berjalan menuju kuil megah yang terletak di pusat lantai, membawa bendera dengan lambang Raja Jahad ataupun benda lainnya yang mereka bawa untuk pemujaan terhadap sang Raja Menara. Di sekitarnya, bangunan-bangunan berdiri, dengan para penghuninya yang berlalu lalang di permukaan lantai tersebut.

Keadaan tampak damai seperti biasa, dengan orang-orang saling menyapa satu sama lain dan tertawa oleh hidup tenang dan damai yang mereka punya. Keindahan lantai tersebut juga memiliki daya tarik sendiri yang membuat mereka betah tinggal disana, dimana kuil yang dibuat oleh sang Raja Menara menarik banyak orang untuk mengunjunginya.

Itupun, sampai dia muncul.

Dalam sebuah kedipan mata, Enryu tiba di lantai 43, melayang tanpa kesulitan di udara. Shinsu di lantai tersebut langsung berubah menjadi warna merah, mengundang pertanyaan dari orang-orang. Menyadari sosok yang ada di udara, mereka menatapnya dengan bingung, ataupun takut ketika merasakan sesuatu yang tidak biasa darinya.

Suatu kekuatan aneh... Yang tidak pernah mereka rasakan sebelumnya.

Enryu menyipitkan matanya, mempelajari pemandangan yang ada di bawahnya. Orang-orang dengan pakaian formal, membawa lambang sang Penguasa Menara, berkumpul di dekat sebuah bangunan besar nan mewah. Baginya, pemandangan itu mengotori keindahan natural lantai ini, dan itu membuatnya jijik.

Mendecakkan lidahnya oleh kekesalan, Enryu kemudian membuka mulutnya, 

"Hanya yang percaya kepada raja palsu yang akan tetap disini dan menghadapi kematian" 

Suaranya menggema di seluruh penjuru lantai, dan seperti yang sudah dia duga, orang-orang bergetar di bawah kata "kematian".

Enryu mempertahankan wajah tanpa emosinya ketika orang-orang yang masih memiliki akal sehat langsung berbalik dan kabur dari lantai 43, pasti mereka bisa melihat bahwa dia bukanlah orang biasa. Lagipula orang biasa mana yang bisa tiba-tiba muncul di Menara dan membuat shinsu di seluruh lantai menjadi merah?

Namun sebuah rengutan terbentuk di keningnya ketika tak sedikit pula yang menghunus senjata dan mulai menerjang ke arahnya, gerakan mereka cepat tapi dia bisa merasakan ketakutan yang terpancar dari sosok mereka. Dari yang sudah dia pelajari, tampaknya mereka merupakan pengikut fanatik raja tersebut.

Sebuah helaan nafas terdengar darinya.

"Kalian benar-benar menyia-yiakan kehidupan"

Enryu mengulurkan lengannya, dan langit merah mulai bergemuruh.

Ratusan, atau mungkin ribuan shinsu merah jatuh dari langit dalam hitungan detik, mengambil bentuk seperti tombak raksasa dan menusuk setiap orang yang menerjang ke arahnya. Tak ada satu pun yang terlewat, semua terkena oleh tombak berkecepatan tinggi tersebut. Teriakan dan jeritan mereka tak sempat merangsek keluar dari tenggorokan, berkat hidup mereka sudah selesai sejak tombak pertama meluncur. Darah tumpah seperti air dan mereka terjatuh ke permukaan tanah bagaikan lalat.

Hujan kematian yang berlukiskan merah itu berhenti sejenak saat Enryu telah menghabisi semua yang maju untuk menghadapinya. Manik merah darahnya memandang kuil yang hancur akibat perbuatannya tanpa ketertarikan sama sekali, dan ratusan mayat yang tergeletak di bawahnya dia anggap tidak lebih dari penganggu yang pantas mendapat ganjaran mereka.

Enryu mengangkat sebelah alisnya ketika dia merasakan kehadiran sesuatu yang besar dan juga sangat kuat sedang mendekatinya.

Pertanda buruk kah itu? Dia merenung sejenak.

"KAU!! APA YANG PIKIR KAU LAKUKAN DI LANTAIKU?!?!"

Tidak. Bukan pertanda buruk sama sekali.

Enryu menolehkan kepalanya saat sebuah sosok raksasa berbentuk seperti hewan laut muncul dari udara kosong di hadapannya, membuat Enryu seakan-akan seperti setitik debu di tengah luasnya dunia. Getaran energi murni yang diselimuti shinsu segera tersebar di seluruh lantai, namun tak ada ketakutan sama sekali dalam manik merah darah Enryu, dan dia berkacak pinggang dengan satu tangan saat Administrator lantai 43 membentaknya.

"KAU PIKIR SIAPA DIRIMU, IRREGULAR?!?! KAU PIKIR KAU BISA MUNCUL BEGITU SAJA DAN SEENAKNYA MEMBUAT KEKACAUAN DI LANTAIKU?!?! KAU AKAN MENDAPAT BALASAN YANG SETIMPAL KARENA INI!!"

"Irregular? Itu julukan yang bagus"

Enryu membalas ucapan sang Administrator dengan tenang, menyaksikan saat mahluk di hadapannya berubah bentuk ke wujud aslinya yang jauh lebih besar dan memiliki fisik lebih menyeramkan ketika melihat ribuan mata tombak merah merobek langit, dengan setiap mata mengarah tepat ke arahnya.

"Kau benar. Aku adalah seorang Irregular, dan aku datang untuk memenuhi tugas yang telah diberikan padaku"

Dengan satu uluran lengan lainnya dari Enryu, semua tombak itu jatuh dari langit.

Kulit keras sang Administrator, yang selalu disebut-sebut luar biasa keras dan tak bisa dihancurkan oleh para penghuni Menara, terbelah dengan mudahnya oleh semua mata tombak Enryu, terbenam ke dalam dagingnya dan mengundang darahnya yang mengandung shinsu untuk meledak keluar dari tubuhnya.

Tercabik dan terobek oleh shinsu seseorang, merupakan suatu hal yang para penghuni Menara tak bisa percayai terjadi pada sang Penguasa Lantai.

Mata sang Admisnistrator yang berjumlah lebih dari dua membesar oleh keterkejutan dan ketidakpercayaan, raungannya menggema lantang di sekitarnya.

"TIDAK MUNGKIN!! BAGAIMANA BISA SERANGANMU MENYAKITIKU?!?! BAGAIMANA BISA AKU TIDAK BISA MENGENDALIKAN SHINSU-MU?!?!"

Enryu mengunci mulutnya, enggan untuk menjawab pertanyaannya yang menggelegar di tengah pertarungan. Segala usaha Administrator untuk menghindari maupun mempertahankan dirinya dari serangan Enryu hanya akan selalu berakhir dengan kegagalan. Shinsu merah tersebut yang berjatuhan tanpa henti menghancurkan kulitnya dengan mulus, bagaikan sebuah panah yang meluncur merobek udara.

Seluruh usahanya untuk menyerang Enryu pun gagal. Semua ledakan shinsu darinya bisa Enryu hindari dengan mudah hanya dengan satu perpindahan posisi di udara, dan itu hanya membuat Enryu semakin gencar untuk mengeluarkan serangannya dari langit, seakan-akan sedang menghukumnya karena telah berusaha untuk melawannya.

Sang Administrator tau bahwa orang-orang di Menara memiliki batas akan sebagaimana jauh atau besarnya mereka bisa menggunakan shinsu mereka. Jika seseorang menggunakan shinsu melebihi batasan yang telah Administrator berikan padanya, dia bisa mencegahnya dari menggunakan shinsu dan bahkan sampai mengusirnya dari lantainya.

Tentu saja, sang Administrator juga tau bahwa peraturan itu tidak berlaku pada para Irregular yang memasuki Menara seperti halnya Jahad dan 12 orang yang bersamanya ketika mereka menaiki Menara. Tapi tetap saja...

Tak ada seseorang yang seharusnya bisa menyakitinya. Bahkan Jahad sendiri, jika misalnya dia melawannya dan berusaha sekuat tenaga, tak akan bisa menyakitinya karena dia masih bisa mengendalikan shinsu Jahad, dan dapat membatalkan usahanya untuk menggunakannya.

Lalu kenapa Irregular yang satu ini bisa...? Pengendalian shinsu-nya bahkan seakan-akan tak memiliki batas, seperti tak ada habisnya shinsu baginya untuk dia kendalikan...

Apa benar dia seorang manusia...?

Apakah dia itu monster... Atau seorang dewa...?

"Itu sudah cukup. Kau pasti kelelahan, benar?"

Enryu berkata dengan nada lembut yang mengancam, suaranya seperti menggema di telinga mahluk yang sudah terluka berat itu. Andaikata ada seseorang yang mendengarnya berbicara seperti itu, mereka pasti akan menyerahkan hidupnya pada Enryu tanpa berpikir dua kali.

Mahluk raksasa itu menatap Enryu dengan tak percaya, sebagian besar dari tubuhnya sudah terkoyak akibat serangan Enryu, dan kemampuannya untuk memanipulasi shinsu di sekitarnya dan shinsu lawannya tak berfungsi sama sekali, seperti ada yang menekan tombol 'off' pada kemampuannya. Hal itu seharusnya tidak mungkin. Dia merasa bagai manusia biasa di hadapan seorang dewa.

"Sekarang, sudah saatnya untuk menidurkanmu"

Enryu tersenyum, dan mengangkat tangannya.

Saat itu, langit merah seolah-olah dipenuhi oleh Bang, tak terhitung jumlahnya dan memancarkan kekuatan yang sangat besar. Sedikit orang yang selamat dari hujan tombak Enryu sebelumnya hanya bisa tercengang di tempat melihat sang surai merah yang melayang di atas tubuh lemas sang Penjaga Lantai, dengan langit merah yang membentang di atas mereka.

"Tidur yang nyenyak, Tuan Administrator"

Mengarahkan tangannya ke bawah, Enryu tidak berpindah posisi sama sekali ketika Bang merah yang angkanya hampir mencapai puluhan ribu itu meluncur ke sang Administrator. Seluruh teriakan dan raungan penderitaannya seakan-akan tidak terdengar oleh Enryu, dikaburkan oleh suara ledakan dari Bang-nya.

Sang Administrator, yang disebut-sebut sebagai penguasa dari shinsu yang abadi dan tak terkalahkan, ambruk dengan getaran hebat yang menguncang seluruh penjuru lantai 43, atau mungkin satu Menara itu sendiri. Tubuh robeknya mengalirkan darah penuh shinsu bagaikan sungai di permukaan lantai yang hancur, dan nafas terakhirnya berhembus lemah dari balik mulutnya yang berdarah.

Merasakan banyak tusukan kecil yang mengenai dirinya, Enryu mengangkat kepalanya ke langit, dan menyaksikan ketika bekas serangannya yang tidak terhingga jumlahnya itu jatuh dari atas, berhamburan ke bawah dalam bentuk garis tipis.

Bagaikan sedang hujan darah.

Dan Enryu tak bisa menyangkal bahwa melayang di tengah hujan shinsu merah miliknya sendiri, di tengah langit yang terobek akibat seluruh serangannya, merupakan suatu pemandangan yang sangat indah.

Namun...

Enryu mengalihkan pandangannya ke lantai 43 yang hancur dengan sangat mengerikan. Hujan tombaknya menyebabkan gunung-gunung untuk berjatuhan, laut-laut untuk terbelah, hutan-hutan untuk ambruk, dan orang-orang untuk terkapar tanpa nyawa. Seperti halnya medan perang menyedihkan yang baru saja menghadapi suatu bencana alam besar.

Belum lagi dengan bangunan-bangunan berserakkan yang menjadi reruntuhan berhiaskan darah dari para pengikut Jahad yang ingin mengalahkannya, dan banyak sungai darah shinsu terbentuk seketika dari tubuh terbuka sang Administrator, mengalir perlahan di permukaan tanah dengan warna merah yang mencekam.

Apa yang semula berdiri di lantai 43, telah rata ke tanah oleh Enryu.

Enryu mengusap-usap tangannya sendiri, dan menggumam pelan supaya tak ada yang bisa mendengarnya walaupun dia tau tak mungkin ada yang berani mendekatinya setelah pembantaian tak berperasaan tersebut.

"Arlene, aku sungguh minta maaf karena telah merusak lantai favoritmu..."

Jarum yang diberikan kepadanya kemudian muncul di atas bahunya, kekuatannya menghasilkan cahaya menyilaukan yang berpendar merah. Enryu lalu melayang turun mendekati sang Administrator, menggunakan kendali shinsu-nya yang tak melemah sama sekali untuk membuat tempat yang cukup luas di antara onggokan daging sang Penguasa Lantai yang telah mati mengenaskan.

"Tapi ini semua kulakukan demi Menara tempat kau hidup selama ini bisa menjadi tempat yang lebih baik"

Jarum itu seketika membesar ke ukuran raksasa, dan Enryu menanamkannya di tengah tubuh sang Administrator, ujung besarnya yang lancip menghadap ke atas. Sebuah senyum pilu menghiasi wajahnya ketika dia mengelus ujung jarum tersebut perlahan, merasakan kekuatannya yang luar biasa.

"Dengan ini, tugasku sudah selesai"

Maka Enryu, sang Pembunuh Administrator, menghilang secepat dia muncul dari lantai 43 yang sudah tak lagi utuh.

.

"Aku sudah mendengar apa yang kau lakukan di Menara, nak. Sangat mengesankan"

"Saya merasa terhormat bisa menerima pujian dari anda"

"Sekarang kau kembalilah ke kehidupanmu yang tenang di desa itu. Sampai aku memanggilmu lagi, kau tetaplah disana"

"Saya mengerti, Tuan. Terima kasih"

~~~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top