Alasan

Setelah dirasa Midorima sudah terlelap, Kuroko duduk di sofa.

Pengakuan Takao selalu ada di pikiran nya.

Sangat menyiksa.

"Hiks."

Kuroko menggigit bibir nya agar tak mengeluarkan suara.

Kuroko takut nantinya Midorima bangun dan melihat Kuroko menangis.

Kuroko menarik kaki nya dan menyilangkan tangan nya. Mengubur wajah nya di sana.

"Tapi sakit sekali."

"Apa jika aku mengalah, Takao-kun akan bahagia?."

"Aku belum bisa menerima nya hiks."

"Aku, izinkan aku. Izinkan aku didekat nya, setidaknya lebih lama lagi. Aku akan membuang rasa ini demi kebahagiaan nya."

Kuroko meremat baju nya sendiri.

Membayangkan Midorima dengan Takao bersama, dan kemudian Midorima meninggalkan Kuroko, rasa nya sangat sakit.

Kuroko belum siap ditinggal Midorima.

Tidak, mungkin bukan belum, tapi memang tidak siap.

Entah sejak kapan perasaan itu muncul, Kuroko selalu memendam nya.

Dia tidak bisa berbuat banyak karna Kuroko merasa Midorima tidak menginginkan nya.

Jadi, selama ini Kuroko hanya memendam perasaan nya.

Kuroko menyalurkan perasaan nya lewat tindakan nya.

Walaupun mungkin tindakan nya terkadang salah.

Tapi,

"Aku hanya ingin Midorima-kun bahagia. Kenapa aku jadi egois seperti ini?."

Kuroko mengambil nafas dalam dalam dan membuang nya. Kemudian dia mengelap air mata nya.

"Siapa yang egois?."

Kuroko tersentak.

Kepala nya menoleh kaku ke arah Midorima.

Astaga!

Midorima sedang menatap nya dengan tatapan tajam nya.

Apa Midorima mendengar semua nya?.

'Mati aku.'

'Bagaimana ini.'

'Andaikan aku punya jurus menghilang.'

"Ano-

Kuroko menggaruk leher nya yang tidak gatal.

Ah, ya. Aku, A-aku mau beli donat! Etto, t-tunggu sebentar ya!."

Kuroko sudah bersiap siap untuk kabur. Sebelum suara berat Midorima menghentikan nya.

"Ceritakan padaku. Semuanya."

"Hah? Tentang apa, sih?."

Astaga, jantung Kuroko rasanya mau copot.

Bagaimana ini?.

Kuroko harus bilang apa pada Midorima?.

Berbohong?.

Tidak ada gunanya. Kuroko sudah terlanjur menyebut nama Takao dan Midorima.

Kuroko terus memikirkan alasan yang masuk akal. Tanpa sadar Midorima tengah menghampiri nya.

"Berhenti berpura pura bahwa semuanya baik baik saja nanodayo."

Dan mendorong Kuroko untuk duduk di sofa.

"E-eh-"

Midorima menahan punggung dan kepala Kuroko agar tidak terkena kepala sofa yang cukup keras.

Midorima duduk di sebelah Kuroko. Mereka duduk berhadapan.

"Ceritakan, Kuroko."

"Etto,

Ano,

Ano-"

Midorima sedikit kesal dengan Kuroko. Sesulit itu menceritakan sesuatu?.

Midorima menarik dagu Kuroko, agar Kuroko menatap mata nya.

"Tenanglah. Aku tidak akan marah nanodayo."

"S-sungguh?."

"Ya. Jika kau jujur."

Kuroko diam sejenak.

"J-jadi, s-seperti ini cerita nya."

Kemudian Kuroko menceritakan nya, tentang Takao yang menyukai Midorima. Hanya itu.

"Jadi, maksudmu jika aku bersama Takao, aku akan bahagia?."

"Sepertinya begitu. Dia sangat khawatir padamu tadi saat berkunjung, kan? itu mungkin karna Takao-kun sangat menyukaimu, dan juga-"

'Bahkan kau lebih khawatir daripada Takao.'

"Lalu, rasa apa yang akan kau buang? Maksud perkataanmu yang menyebut bahwa kau egois, apa itu? Kurasa kau hanya menceritakan sebagian cerita nya. Apa kau menutupi sesuatu dariku nanodayo?."

Mati sudah Kuroko.

Kenapa Midorima harus mendengarnya?.

Kuroko frustasi.

Masa dirinya harus mengakui perasaan nya?.

Tolong, Kuroko belum siap.

Kuroko takut, setelah mendengar nya dari mulut Kuroko, Midorima malah menjauh.

'Bagaimana ini?.'

"Ada apa? Jangan sembunyikan apa apa dariku nanodayo."

"Yah, itu..

itu hanya, etto, s-sebenar nya-

Kuroko terus memutar otak nya untuk mencari jawaban yang tepat.

S-sebenarnya, a-aku, aku hanya belum siap saja jika Midorima-kun bersama Takao-kun, lalu Midorima-kun meninggalkanku. Aku, belum siap. J-jadi, kupikir aku egois."

Midorima tau Kuroko mengatakan yang sebenarnya, tapi masih ada jawaban yang ingin Midorima dengar.

"Kenapa kau tidak siap kehilanganku?."

"Eh?."

"Apa kau menyukaiku?."

Perkataan Midorima sukses membuat Kuroko membatu.

"Ada apa? Apa benar kau menyukaiku, Kuroko?."

Midorima kembali mengangkat dagu Kuroko, dan mendekatkan wajah nya.

"Jika benar kau menyukaiku, ini jawabanku, Kuroko."

Midorima memejamkan mata nya, dan mencium Kuroko.

Di bibir.

Sungguh, ini sangat tiba tiba!.

Midorima menghisap bibir Kuroko.

"Hmph mmh."

Tak lama. Kemudian Midorima melepaskan ciuman nya.

"Hah, hah."

Kuroko mengambil nafas banyak banyak.

Bagaimanapun juga, ini sangat tiba tiba.

Jantung Kuroko sudah berdetak tidak karuan.

Wajah nya sudah seperti kepiting rebus.

"Aku mencintaimu, Kuroko."

Kuroko membelalakkan mata nya.

Apa? Midorima? Hah? Kuroko tidak salah dengar?.

Tunggu,

"K-kenapa tiba tiba sekali?!."

"Apa kau juga mencintaiku?."

Kuroko menahan nafas nya.

Bagaimana bisa Midorima menanyakannya dengan setenang itu?!.

Wajah nya sangat panas. Dan Kuroko sangat yakin sekarang ini wajah nya sudah sangat merah.

"Kuroko?."

"Etto, aku-

Ano, aku-"

"Ada apa? Kau tidak mencintaiku?."

"T-tidak! b-bukan begitu! hanya saja, aku takut."

"Takut kenapa?aku tidak menggigit."

"Bukan itu masalahnya, bodoh."

"Lalu?."

"Ano, bagaimana dengan Takao-kun?."

"Aku mencintaimu. Bukan Takao."

"Tapi!-

Bagaimana dengan nya?apa dia baik baik saja mendengar perasaanmu yang bukan untuk nya? aku takut."

Kuroko memelankan suara nya di akhir.

Kuroko tidak tau seberapa kecewa nya Takao saat tau Midorima malah menyukainya dan bukan Takao.

Apa Kuroko akan dibenci oleh Takao?.

Atau-

Midorima membawa Kuroko ke dekapan nya.

"Kenapa kau memikirkan perasaan orang lain, tapi tidak dengan perasaanmu sendiri nanodayo?."

Kuroko kembali terisak.

Semua dia lakukan agar Takao pun bisa bahagia.

Bagaimanapun, Kuroko sudah menganggap Takao teman nya.

Walau Takao berisik, Kuroko tetap menyukai nya.

Kuroko tidak bisa membayangkan betapa kecewa nya Takao saat mendengar perasaan Midorima yang sebenarnya.

"A-aku, hiks aku hanya tidak ingin menyakiti perasaan nya."

Kuroko meremat baju Midorima.

"Jadi, kau akan menyakiti perasaanmu sendiri? apa setelah merelakanku dengan Takao, kau bahagia?."

Tidak.

Jawabannya pasti tidak.

"Tapi.."

Kuroko menatap Midorima.

"Kenapa?."

Midorima membelai pipi Kuroko lembut.

"T-tolong jelaskan pada Takao-kun dengan hati hati. J-jangan menyakitinya."

"Jadi?."

"Apa?."

"Kau juga mencintaiku?."

Kuroko diam sebentar.

"Y-ya, k-kurasa begitu."

Kuroko memalingkan wajah nya yang sudah sangat merona ke sembarang arah.

"Lucu sekali melihat wajah meronamu eh."

"Sialan kau."

"Jadi, mau jadi pacarku?-

Hm, atau langsung jadi istri saja, ya?."

Kuroko membelalakkan mata nya.

"T-tunggu, kita m-masih SMA kelas dua! jangan bicara sembarangan!."

"Kalau begitu, jadi pacarku dulu. Lulus sekolah nanti, langsung ku lamar."

"Bagaimana?."

Midorima kembali mendekatkan wajah nya. Membuat Kuroko reflek menutup mulutnya dengan tangannya.

"Apa jawabanmu, Kuroko?."

"T-tunggu! b-bukankah ini terlalu dekat?!."

"Aku ingin mendengar jawaban mu. Cepatlah."

"Etto, y-ya, a-aku mau."

"Mau apa, hm?."

Kuroko membelalakkan matanya.

Midorima sangat mengesalkan.

Dia mempermainkan Kuroko.

"Sudahlah! menjauh sana! j-jangan dekat dekat!."

Kuroko mendorong tubuh Midorima menjauh.

Akhirnya Kuroko bisa bernafas lega.

"Kau mau apa, Kuroko?."

Oh, mungkin tidak.

"A-aku, aku mau, etto, aku m-mau menjadi p-pacarmu."

Kuroko kembali memalingkan wajah nya dari pandangan Midorima

"Bagus. Kau milikku. Jangan lagi dekat dekat dengan lelaki lain. Terutama si merah yang menyebalkan itu."

"Maksudmu, Akashi-kun?."

"Ya."

Kuroko mengangguk mengerti.

"Bagaimana jika kita melanjutkan yang tadi?."

"Eh?yang man-

Hmph."

Midorima kembali mencium bibir Kuroko.

Kuroko mengalungkan tangan nya di leher Midorima.

Dan membalas ciuman Midorima.

Mereka saling memagut.

Kuroko menekan tengkuk Midorima, agar memperdalam ciuman mereka.

Dan Midorima mengecup bibir Kuroko sebagai penutup. Dia tidak mau kelepasan melakukan yang tidak tidak.

Saat ini wajah keduanya sudah sangat memerah.

"Etto, a-aku, aku akan membeli donat sebentar!."

Kuroko segera kabur dari hadapan Midorima. Membuat Midorima terkekeh.

Setelah menutup pintu, Kuroko mengambil nafas banyak banyak.

Kuroko memegang dada nya.

Kuroko masih shock.

Dia tidak percaya, si tsundere itu bisa mencium nya dengan sangat lembut begitu.

Kuroko kembali merona mengingat kejadian di dalam ruangan tadi.

"Ah, aku pasti sudah gila."

Kuroko tidak percaya ini.

Sekarang Kuroko milik si tsundere.

"Ah, sepertinya aku benar benar sudah gila."

Kuroko memilih berjalan ke kantin untuk membeli donat.

-tbc🌻-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top