10. And I Hope They End Up Being Mine

"Maki-san!"

Kugisaki Nobara memanggil dengan nada manja seraya berlarian mendatangi kakak kelasnya. Gadis itu terlihat sangat bahagia lantaran bertemu dengan seniornya yang setelah beberapa hari ini tak bisa ditemuinya karena sibuk.

"Setelah ini. Ayo pergi bersama makan hamburger?" ajak Nobara dengan senyuman lebar nan kekanakannya. Sungguh menggemaskan. Gadis tersebut cuma akan menunjukan wajah manis seperti itu di depan Maki-san.

".....apa kau sudah selesai dengan latihanmu?" tanya Maki yang sepertinya tidak mempermasalahkan Nobara yang menubruk dan langsung memeluknya itu.

Kugisaki Nobara dan Itadori Yuuji. Nampaknya kedua anak kelas satu tahun ini sama persis seperti guru wali kelas mereka. Selain Fushiguro Megumi, sudah tak ada lagi diantara mereka yang pintar menjaga jarak personal mereka.

"Yaah. Tentu saja. Karena mereka adalah anak-anak baik yang sering memeluk Satoru kan?" komen Panda yang langsung di jawab oleh anggukan singkat dari Inumaki.

"Begitulah. Sepertinya tahun ini si Gojo bisa akur dengan anak-anak baru," di luar dugaan Panda dan Inumaki. Tiba-tiba ada sang kepala sekolah bermarga Yaga yang mengikuti obrolan mereka berdua.

".......kalau kau bilang seperti itu. Bukannya itu berarti Satoru tidak berhubungan baik dengan kita anak kelas-2?" tanya Panda terheran-heran.

Harusnya sang kepala tahu. Walaupun Maki dan yang lainnya menganggap sikap dan kekonyolan Gojo Satoru menyebalkan. Tapi bukan berarti mereka semua membencinya.

"Ahaha. Tentu bukan itu maksudku," jawab Yaga lalu tertawa pelan. "Kalian pasti pernah mendengarnya. Bocah dari Gojo itu dari dulu mempunyai kebiasaan unik yang senantiasa menganggu sekitarnya."

Tanpa pikir panjang. Panda dan Inumaki mengangguk serentak. Keduanya plus Maki yang sekarang sedang sibuk dengan Nobara memang sudah sering mendapati kekonyolan Gojo Satoru.

Jadi bukan pernah mendengar lagi. Tapi mereka semua sudah sering terkena dampaknya.

Sementara Yuta yang sedari tadi hanya diam dan menyimak hanya berani tersenyum prihatin. Wajahnya menunjukan kecemasan untuk gurunya yang kerap kali jadi bahan pembicaraan.

Okkotsu Yuta itu sangat hebat, dalam berbagai artian.---------Bisa dibilang dia adalah murid tersabar yang pernah ada di SMA Jujutsu. Kalau memang ada penghargaan untuk bisa mengapresiasi kesabarannya--------Mungkin mereka bisa mulai memanggilnya sebagai Ultimate Serenity.

"Waktu di tahun kalian. Tiba-tiba dia mau mengenalkan ku dengan Okkotsu Yuta-kun," kemudian Yaga tersenyum kecil pada Yuta dan menepuk pundak remaja itu beberapa kali. "Karena namamu sudah cukup terkenal. Setidaknya. Waktu itu aku tidak terkena omong kosongnya," keluhnya pada ingatan pada masa tersebut.

"......untuk ukuran Satoru. Saat itu dia menjelaskan situasimu dengan cukup baik. Tapi pada tahun ini.......setelah dia tiba-tiba mendaftarkan Itadori-kun. Lalu dia membawa Fushiguro-kun yang diaku-akunya sebagai anaknya...."

Panda langsung mengerutkan dahinya, Inumaki menautkan alisnya, sementara Yuta tercengang setelah mendengar apa yang dikatakan Satoru ketika membawa Megumi ke hadapan kepala sekolah.

"Aku yakin waktu itu aku bakal tewas karena serangan jantung. Aku terus bertanya-tanya. Bagaimana bisa lelaki seumurannya mempunyai anak sebesar Fushiguro-kun?"

"Ke-kepala sekolah Yaga. Tolong jangan sampai terlalu mudah tertipu lagi....." gumam Yuta. ".....lalu kalau boleh tahu. Bagaimana reaksi Megumi pada saat itu?" tanyanya kemudian karena penasaran.

Semuanya sudah mengetahuinya. Kalau Megumi sedang dalam pengawasan dan tanggung jawab Gojo Satoru. Dengan alasan latar belakang pemuda tersebut tentunya. Mustahil asosiasi penyihir mengijinkan orang seperti Toji mendapatkan akses ke SMA Jujutsu.

Tapi mengesampingkan identitas orang tua kandungnya. Mau bagaimana pun itu situasinya. Megumi masih merupakan keturunan Zen'in dan yang lebih penting lagi ialah teknik kutukan yang di miliki pemuda tersebut.

"Di luar dugaan. Anak itu masih memasang wajahnya yang sedatar tembok. Nampak sangat terbiasa menghadapi keantikan Satoru. Kudengar mereka sudah kenal lama?" jawab Yaga dengan wajah kebingungan.

"Anggap saja dia adalah orang tua angkat ku atau majikanku atau guruku......terserah mau menyebutnya apa. Itu yang dikatakan Fushiguro-kun saat itu. Yaah. Nampaknya anak itu tidak begitu memperdulikan hubungan jenis apa yang sedang dimilikinya dengan Satoru."

"Bahkan setelah Satoru menggodanya dengan bertanya 'bagaimana kalau menyebutku sebagai calon suami?' Fushiguro-kun masih memasang wajah cuek dan menjawab 'terserah kau saja' "

"Dan kupikir. Anak ini lebih merisaukan daripada kelihatannya. Demi apapun itu. Bagaimana bisa dia mentoleransi semua ocehan omong kosong Satoru?" tanya Yaga sambil berkacak pinggang.

"Oh jadi itu maksudnya dengan akur? Kalau Megumi mampu mentoleransi Satoru. Sedangkan Yuuji mampu mengikuti kekonyolan Satoru," komen Panda menyimpulkan.

Entah sejak kapan Maki dan Nobara sudah berbaur di dalam lingkaran mereka. Gadis-gadis itu baru mendengarkan dari tengah-tengah pembicaraan.

"Entahlah dengan si Yuuji tapi kalau si Megumi. Bukannya itu cuma berarti karena anak itu sudah terlalu malas apalagi bosan menanggapi satu-satu semua ocehan tak berguna Satoru?" tanya Maki mengimbuhkan.

"Yaah.....bisa jadi huh...." Pada detik itu juga. Semua orang langsung serentak menyetujuinya.

Ah. Hanya pengecualian untuk satu orang.

Jujur saja. Yuta kesal mendengarnya. Padahal pagi ini dia sudah memutuskan untuk tidak cemburu pada gurunya sendiri. Namun kelihatannya perasaan itu sangat sulit untuk dihindarinya. Terutama setelah dia benar-benar memastikan bahwa Satoru memang terlalu dekat dengan Megumi.

Guru dan murid.

Itulah jawaban yang pernah di dapatkannya dari Megumi setelah ia bertanya mengenai hubungan pemuda tersebut dengan Gojo Satoru.

Kala itu Yuta dengan mudah langsung mempercayainya bahkan dia merasa sangat lega setelah mendengarkan jawaban tersebut dari bibir ranum pujaan hatinya.

Tapi sekarang, jawaban tersebut sudah tidak mampu menenangkan hatinya lagi.
















OXO

Tidak lama setelahnya. Nampak dari kejauhan Yuuji berlari sambil melambaikan tangannya menghampiri rombongan tersebut. Pemuda periang itu juga berseru, "Hei semuanya!! Apa yang sedang kalian lakukan berkumpul disana?" tanyanya penasaran. Apalagi juga ada kepala sekolah Yaga di dalam kerumunan tersebut.

Yuuji datang duluan. Sementara Megumi dan Satoru mengikuti di belakangnya. Seharusnya mereka bertiga baru saja selesai menyelesaikan misi----itulah mengapa Yuuji dan Satoru mengenakan seragam mereka.

Namun hanya Megumi seorang yang tidak memakai seragamnya.

Megumi malah mengenakan kaos hitam polos berlengan panjang yang jelas-jelas tak sesuai dengan ukuran tubuhnya. Ketika memakainya, remaja tersebut seolah tenggelam di dalam bajunya sendiri, baju itu kelonggaran sampai-sampai Megumi harus menggulung bagian lengannya.

Memang Megumi terkenal suka mengenakan baju polos yang agak kebesaran. Tapi yang sekarang sedang melekat tubuhnya, jelas-jelas bukan bajunya sendiri.

"Oh. Kalian tak akan percaya. Hari ini Fushiguro sudah dua kali basah kuyup," terang Yuuji ketika menyadari semua orang memperhatikan penampilan Megumi. "Umm. Kali ini salah Fushiguro sendiri yang ceroboh karena bisa-bisanya dia jatuh kedalam sungai waktu mau mengejar kutukan," tambahnya sambil tersenyum canggung pada Yuta. Entah mengapa dia merasa harus menjelaskannya pada kakak kelasnya yang satu itu.

"Jadi baju siapa yang kau pakai? Kenapa tidak membeli yang sesuai ukuranmu?" tanya Nobara seraya mendekati Megumi dan memperhatikannya lebih dekat. "Seharusnya kau pakai jaket. Walau bodoh kau masih bisa masuk angin," tegurnya yang seperti biasanya diikuti olokan.

"......tadi kita sempat mampir ke rumah Gojo sensei dan dia meminjamkannya padaku," jawab Megumi seraya menundukan wajahnya. Pipinya tersipu merah muda, entah karena dingin atau memang menahan malu.

"Selain ceroboh Megumi juga masih lemah. Tapi setidaknya hari ini dia tidak pulang dalam keadaan babak belur," komen Satoru seraya cengegesan. Pria jangkung itu berdiri di sebelah Megumi, tangannya yang besar mengusap atas kepala muridnya yang ahirnya menjadi semakin pendiam lantaran malu.

Dan dalam tahap itulah. Akhirnya Yuta sudah tak mampu menahan emosinya. Namun dia masih cukup waras untuk tidak membuat kegaduhan disana.

Makanya. Tanpa mengatakan apapun Yuta pergi menarik tangan Megumi dan langsung membawa adik kelasnya itu untuk kembali ke bangunan asrama. Mengetahui moodnya. Tiada orang yang berani bertanya. Bahkan Megumi tidak sanggup untuk menolak ajakan bisu tersebut.

Begitu mereka berdua sudah berjalan cukup jauh. Lantas semua mata tertuju pada Satoru yang sepertinya sudah mengetahui letak kesalahannya. "Ukh. Jangan melihatku seperti itu," ujarnya. Pria berpenutup mata hitam itu mengusap wajahnya beberapa kali dengan satu tangannya yang lain berada di pinggang.

"Walau aku orang paling kuat sealam semesta sekalipun. Kalian juga pasti tahu kan? Aku tetap tidak akan bisa meramal," kata Satoru lagi. "Aku sungguhan tidak sengaja. Bukan-----maksudku. Ini semua seharusnya salah Megumi kan? Dia terlalu lemah dan juga terlalu sering ceroboh. Mana mungkin aku mengabaikannya....." keluhnya.

"Lagipula mana aku tahu kalau Yuta masih ada di sekolah, kukira dia punya tugas lain. Apalagi kenapa pula anak itu marah karena aku menolong Megumi? Bukannya seharusnya dia berterima kasih?"

Satoru dan sifat kekanakannya. Nampak jelas kalau pria itu mulai merajuk. Tapi mengesampingkan ocehannya yang panjang dan bagaimana biasanya pria itu bersikap. Semua yang diucapkannya tadi banyak benarnya.

Sayangnya. Apa yang orang-orang sebut sebagai 'cemburu buta' memang nyatanya bisa membutakan orang.

"Sensei. Don't mind," dari semua orang disana cuma Yuuji yang mengatakannya demi menghibur gurunya.

TO BE CONTINUE

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top