09. There is a Sparkling Gem
Pelajaran hari itu akhirnya tertunda lantaran murid-muridnya yang heboh akan kisah cinta yang mungkin saja dimiliki oleh Fushiguro Megumi/ pemuda yang katanya anti sosial.
Gojo Satoru terdiam melihat ketiga anak didiknya, pria itu hanya memasang senyuman kecil berkesan dewasa. Ingatannya sempat melayang, kembali ke masa-masa remajanya.
Dulu di SMA dia pun juga sering memperdebatkan ataupun bercanda dengan teman sekelasnya, sama persis dengan apa yang sedang dilakukan murid-muridnya sekarang.
Tidak lama kemudian. Senyuman tersebut luntur dan digantikan senyuman gelisah.
"Umm..."
Tiba-tiba ada sesuatu yang membuat dirinya berdehem tak nyaman. Satoru pun lantas menoleh untuk melihat ke pintu kelas yang terbuka lebar, dimana aura dingin yang menusuk punggungnya bagai jarum berasal.
Dilihatnya gerombolan anak kelas dua yang baru saja kembali dari bertugas.
Satoru lalu tak sengaja bertemu tatap dengan Yuta yang sepertinya sudah beberapa saat lalu memperhatikan dari luar.
Setelah mereka saling menatap sebentar, kira-kira cuma berlangsung beberapa detik. Okkotsu Yuta yang masih memasang wajah datar, kemudian pergi melangkah lalu melewati ruang kelas dan kembali bergabung dengan murid kelasnya sendiri.
Satoru sampai menghela nafas panjang dibuatnya.
Yuta memang tidak mengatakan apapun. Namun tatapan pemuda tersebut sudah menjelaskan banyak hal.
"Kelihatannya. Dengan tanpa ada alasan yang jelas......aku telah di musuhi muridku sendiri huh," komentarnya di dalam hati seraya mengusap puncak kepala Megumi.
Tindakan tiba-tiba dari guru mereka langsung membuat seisi kelas ikut terdiam. Mereka bertiga memperhatikan Satoru yang sepertinya setengah melamun dan mereka semakin tak memahami gelagat sang guru ketika pria itu berkata, "Kali ini pun kau terjebak dengan lelaki posesif huh."
OXO
Semalaman Yuta kurang tidur lantaran terus merutuki sikap kekanakannya.
Seharusnya kemarin dia tidak termakan api kecemburuannya, seharusnya kemarin dia pun bisa menjaga isi kepalanya agar tetap dingin. Dia dibuat sangat menyesal karena telah bertingkah aneh di depan gurunya sendiri.
Semalaman Yuta terus menyalahkan dirinya yang terlalu mempemasalahkan kenyataan bahwa Gojo Satoru/ gurunya itu sudah mengenal lama pujaan hatinya.
Padahal Satoru tidak melakukan kesalahan apapun.
Atau setidaknya belum.
Apa lebih baik dia meminta maaf pada Satoru? Tapi kalau dia melakukannya. Siapa tahu gurunya itu malah menjahilinya sampai beberapa semester ke depannya.
"....aah. Kurasa lebih baik aku tetap berpura-pura bodoh saja," gumamnya sebelum masuk kedalam kamar mandi asrama. Disana merupakan pemandian umum yang selalu di gunakan oleh semua anak laki-laki di gedung tersebut.
*KRIEK
"Ah. Selamat pagi Okkotsu senpai....."
Begitu masuk ke dalam. Diluar dugaan Yuta di sambut oleh suara Megumi. Tentu saja sebagai remaja dimabuk cinta pada umumnya. Kegalauan Yuta langsung sirna sepenuhnya. Karena memulai hari-harinya dengan mendengarkan suara manis dari orang yang disukainya adalah hal terbaik yang pernah dialaminya.
"Selamat pagi Megu----umm. Boleh aku tahu apa yang sedang terjadi di sini?"
Sayangnya. Baru saja di akan tersenyum riang dan membalas sapaan pagi adik kelas tercintanya itu.
Dirinya malah baru menyadari hal lain yang sedang terjadi di dalam tempat tersebut.
Kegalauan yang mulanya tadi ada karena ulang Gojo Satoru. Kini bertambah berat. Moodnya pun kembali menggelap bagaikan lubang hitam di luar angkasa sana. Lantaran sekarang dilihatnya ada sosok Fushiguro Megumi yang tanpa busana selain boxer hitamnya yang sepertinya basah kuyup.
Yah. Yuta tidak mungkin kecewa kalau cuma ada Megumi di sana.
Selain pujaan hatinya. Disana juga ada Itadori Yuuji yang juga berpenampilan serupa dengan Megumi.
Yuta dibuat merinding sendiri akan pemikirannya. Pagi-pagi begini. Entah mengapa dan demi apa pula kedua anak kelas satu itu sedang dalam keadaan hampir telanjang total padahal tidak ada tanda-tanda mau masuk kedalam kolam pemandian.
Terlebih lagi. Nampak sekarang Yuuji sedang bersujud melipat tangannya di depan Megumi, seolah seorang budak meminta pengampunan pada majikannya yang kejam.
Permainan macam apa ini?
*JTAK!!
Lamunan Yuta langsung terbuyarkan akan suara pukulan beserta keluhan Yuuji--------yang kalau tidak salah lihat baru saja di jitak oleh Megumi.
"Salahkan saja si goblok ini," Megumi masih memasang kepalan tangannya sambil memelototi teman sekelasnya yang malang dari atas tempatnya berdiri.
Walau Yuta masih belum mengerti apa yang telah diperbuat Yuuji sampai-sampai membuat Megumi sekesal itu. Namun dia masih bisa menaruh simpati pada nasib Yuuji.
Sudah rahasia umum kalau semua keturunan Zen'in mempunyai temperamen yang buruk. Sekali murka, mungkin membelah lautan menjadi dua bukanlah hal yang mustahil lagi bagi mereka. Mau bukti? Lihat saja si kembar bermarga Zen'in di angkatan kelas dua.
"OH AYOLAH!! SUDAH KUBILANG. MAAFKAN AKU FUSHIGURO!!!" seru Yuuji memohon-mohon dengan tatapan berkaca-kaca sambil memegangi ubun-ubunnya yang benjol.
"Berisik!" tegur Megumi ketus seraya berjangkok dan mencubit kedua sisi pipi Yuuji. "Padahal sudah kubilang kalau keran di sana itu masih diperbaiki. Tapi KAU sama sekali tidak mendengarkanku dan malah menggunakan kekuatan gorila bodoh mu itu untuk memaksa membuka keran...." ocehnya. Sepertinya Megumi tidak akan puas sebelum mengunyah hidup-hidup teman sekelasnya yang membuatnya basah kuyup itu.
"Hahaha...."
Alhasil Yuta tertawa hambar sambil mencari keran yang dimaksud Megumi. Begitu dia menemukannya, hanya dengan sekali melihat kondisi keran bocor itu pun sudah lebih dari cukup untuk menjelaskan apa saja yang telah terjadi diantara kedua adik kelasnya.
"Sudah sudah...."
Sebagai kakak kelas yang teladan, Yuta pun merasa berkewajiban melerai kedua pemuda tersebut. Dia lalu menarik tangan Megumi dan Yuuji, membuat mereka berdua berdiri di sisi kanan dan kirinya.
"Kalian berdua bawa handuk kan? Cepat keringkan badan kalian sebelum masuk angin," katanya yang langsung di turuti oleh kedua juniornya.
Mulanya Yuta tidak begitu memperhatikannya. Namun di sela-sela waktu ruangan tersebut menjadi hening. Tanpa sengaja Yuta malah mematung di tempat sambil memperhatikan Megumi yang masih memamerkan kulitnya yang putih dan mulus bagaikan persolen.
Tubuh Megumi yang basah kuyup nampak mengkilap, rambut jabrik mirip bulu babinya ketika basah semua manjadi turun dan layu membuatnya semakin mirip dengan ayahnya yang rupawan.
Lekuk tubuh pemuda itu tergolong langsing dengan bentuk otot yang kecil dan ramping namun kuat. Perutnya rata samar-samar bergaris six-pack, seperti kebanyakan tipe tubuh pria atlentis. Andai Megumi bisa menambah sedikit berat badannya, pasti goresan otot-otot itu akan lebih kentara.
Jujur saja Yuta tak bisa/tak mampu mengalihkan pandangannya dari pemuda tersebut. Bahkan sekarang dia mulai diam-diam mencuri lirikan ke bagian dada Megumi, dimana sepasang puting mungil yang menggemaskan berwarna merah muda nampak begitu lezat dan manis bagaikan buah stroberi.
Dan ini mungkin akan terdengar sangat amat konyol. Tapi tetesan air yang jatuh dan merembes dikulit mulus tanpa cacat pemuda tersebut membuatnya nampak bagaikan sebuah minuman kaleng dingin di kebanyakan iklan musim panas.
Dengan kata lain. Pemandangan Fushiguro Megumi yang sedang bertelanjang dada membuat Yuta kehausan.
"..........apa yang kupikirkan!!"
Segala pemikiran mesum itu membuat Yuta ingin membenturkan kepalanya ke dinding keramik. Mau seberapa dalam dia menyukai adik kelasnya itu. Bukanlah berarti dia di ijinkan untuk mengkhayal yang tidak-tidak mengenai pemuda tersebut.
".....okkotsu senpai?"
Panggilan itu langsung mengambalikan Yuta ke kenyataan.
"O--oh....." balas Yuta sambil menutupi kegugupannya. "Umm. Baju kalian juga pasti ikut basah kuyup kan?" tanyanya sekedar basa-basi sebagai pengalih perhatian. Pandangan matanya seberusaha mungkin melihat ke arah lainnya, dimana pun itu selama bukan ke arah Megumi yang sekarang ini sedang berhadapan dengannya.
Megumi lalu mengangguk kecil. "Tidak ada pilihan lain. Lebih baik aku dan Itadori segera kembali ke kamar dan ganti baju disana," katanya seraya mengusap wajahnya dan rambutnya yang masih basah dengan handuk yang melingkar di lehernya.
"Eh!!!?" Yuta pun langsung tersentak mendengarnya. Dia pun hampir tak mempercayai telinganya sendiri. "Kalian mau jalan ke kamar kalian dalam keadaan seperti itu!!?" tanyanya.
"Tidak masalah kan? Ini asrama laki-laki," jawab Yuuji santai.
"Apalagi. Ini tidak seperti kita berdua jalan-jalan dalam keadaan telanjang bulat," tambah Megumi dengan satu alis yang terangkat. Mendapati ekpresi itu. Mau tak mau Yuta menyadari kalau cuman dirinya saja yang bersikap aneh.
Tapi......
Yuta tersenyum lalu terkekeh geli karena sesuatu. Sebelum kedua juniornya menanyainya. Yuta sudah melepaskan kaosnya sendiri dan memakaikannya ke Megumi dan mengatakan sesuatu dengan sangat lirih.
"Aku tidak rela," bisiknya.
Wajah Yuta nenunjukan kepuasan ketika melihat Megumi yang mengenakan kaos putih polos miliknya. Agak sedikit kebesaran dan kepanjangan ketika di pakai Megumi namun itu terlihat sangat menggemaskan.
"Umm....senpai...ini...."
Megumi pun jadi tidak tahu harus berkata apa. Wajah pemuda itu tersipu malu-malu walaupun agak sedikit segan.
"Sudah. Pakai saja dulu bajuku," ujar Yuta ringan sambil tersenyum ramah. Tak lupa dia pun memakai handuknya sendiri untuk membantu Megumi mengeringkan rambutnya yang sedari tadi masih terlihat basah kuyup.
Sementara Yuuji akhirnya cuma jadi obat nyamuk di sana. Pemuda bersurai pink itu sesekali berdehem penuh penilaian, jarang dia memutar otaknya yang biasanya bergerak lambat itu.
"Sepertinya. Aku baru saja menyaksikan sesuatu yang tidak seharusnya kulihat huh," batin Yuuji sebelum pergi diam-diam meninggalkan pasangan tersebut.
TO BE CONTINUE
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top