06. They Say
Cuaca rasanya semakin dingin saja. Mungkin sebentar lagi salju pertama tahun ini akan turun.
Megumi mengadahkan kepalanya, sembari berlahan menghebuskan nafas yang menguap menjadi asap putih yang menghilang setelah mengelilingi jarak pandangnnya.
Dililitkannya syal putih pemberian Tsumiki ke lehernya lalu mulai berjalan kembali dengan posisi tangan di kedua saku jaket tebalnya. Pandangannya terus mengadah ke atas langit kelabu, selama dia melangkah di tengah jalanan sepi dia malah sibuk melamun membayangkan makan malam apa yang dibuat Tsumiki hari ini.
Lantaran mendapatkan jatah liburan 3 hari, tentu saja Megumi akan lebih memilih untuk menggunakan kesempatan tersebut untuk pulang ke rumah keluarganya.
Seperti biasanya Tsumiki menyambutnya dengan sangat baik, dan seperti biasanya pula Toji tidak sedang berada di tempat, mau pergi keluyuran entah kemana pria tersebut, yang pasti Megumi dan Tsumiki sudah terbiasa dan sudah tak peduli lagi.
Ada ataupun tiadanya sang ayah yang tak bertanggung jawab itu, tidaklah merubah kehidupan normal mereka berdua. Malah bakal menjijikan apabila pria itu jadi suka mengurusi anak-anaknya.
Namun Megumi menyukainya. Kehidupan membosankan diantara dirinya dan kakak perempuannya, disaat mereka berpura-pura tidak memperdulikan nasib orang tua mereka dan diam-diam menunggu kedatangannya.
Oleh karena itulah. Saat Megumi sampai ke rumah dan menemukan sepasang sepatu lelaki di depan berandanya, dia mengulum senyuman tipis, tanpa mengetahui bahwa dirinya telah salah mengira siapa gerangan yang baru saja datang.
"Aku pulang," serunya seraya memasuki ruang tengah.
Tebakannya memang salah. Diluar sana bukanlah sepatu milik Toji melainkan seseorang yang berada jauh di luar dugaannya. Megumi sampai dibuatnya tercengang oleh kedatangan lelaki tersebut.
"Okkotsu senpai!!?" panggilnya lalu terburu-buru mendatangi meja tamu. Saking kagetnya sampai-sampai dia pun tak mendengarkan sambutan selamat datang dari Tsumiki.
Yuta tertawa canggung saat Megumi menatapnya dengan tatapan tak percaya itu. "Maaf Megumi," ucapnya sambil mengosok tengkuknya. "Karena datang tiba-tiba," sambungnya yang kemudian langsung di sangkal oleh Megumi.
"Senpai..... tidak perlu minta maaf," balas Megumi lalu duduk di seberang meja bersama Tsumiki. "Kalau sampai repot-repot datang kemari. Apakah senpai ada keperluan mendadak?" tanyanya sambil bertukar pandangan dengan kakaknya yang ikut dibuat penasaran.
Yuta melambaikan tangannya. "Bukan," jawabnya lalu mengeluarkan secarik kertas berupa catatan kecil yang berrtuliskan sebuah alamat. Megumi dan Tsumiki lumayan mengenal daerah tersebut, lagipula tempat yang dimaksud tidak berjarak jauh dari rumah mereka.
"Besok lusa datanglah ke alamat itu. Gojo sensei meminta kita berdua untuk pergi menyelediki rumor disana," terang Yuta yang sebenarnya masih belum cukup dipahami oleh Megumi.
".....kenapa tidak kirim lewat e-mail saja?" tanya Megumi seraya menerima kertas alamat itu. "Senpai sudah punya nomor ku kan?" tanyanya lagi untuk memastikan. Siapa tahu dia sudah jadi pelupa dan cuma mengarang cerita tentang mereka yang sudah saling bertukar nomor kontak.
"Gojo sensei bilang...... kalau sebaiknya kita tidak meninggalkan jejak yang berhubungan dengan tempat ini. Kau tahu? Alamat itu adalah alamat sebuah toko yang katanya menjual online barang-barang antik dan barang kutukan pun salah satunya," jawab Yuta yang sedikit khawatir akan penjelasannya sendiri.
Habisnya. Situasi ini seperti di kebanyakan film aksi. Entah Satoru memang sungguhan atau hanya candaan. Yuta tidak mau mempertanyakan keputusan gurunya namun kali ini dia sendiri pun merasa kalau dirinya sudah tertipu.
Megumi terdiam dan Tsumiki hanya memperhatikannya. Dari segi pandang Tsumiki. Adik laki-lakinya itu sepertinya menahan diri untuk tidak memutar bola matanya dengan malas ataupun mengucapkan sesuatu yang bisa menyinggung kakak kelasnya.
"Yaah......lebih baik kita mendengarkan pendapatnya," Megumi berkata sambil membuntal kertas catatan kecil di tangannya itu. "Mau bagaimana pun. Tidak ada untungnya dia berbohong pada kita kan?" gumamnya lalu melempar sampahnya ke tempat sampah di pojok ruangan.
Yuta mengangguk. "Dia mengandalkan mu Megumi," katanya lalu beranjak dari tempatnya. Pemuda berseragam putih itu kemudian menyeringai kecil. "Katanya. Misi kali ini adalah keahlianmu," sambungnya sambil menenteng tasnya.
".......kalau cuma mengawasi saja. Semua orang juga bisa," jawab Megumi agak ketus dan tanpa sempat pula menyembunyikan rona merah muda di kedua sisi pipinya. Dia pun mengalihkan mukanya, mencari barang lain yang kelihatannya lebih menarik untuk di tatap, asalkan bukan wajah tampan Yuta. .
Kurang lebih Megumi selalu bereaksi demikian, setiap kali kakak kelasnya itu memujinya. Yuta yang kurang peka malah tak begitu menyadari reaksi tersebut, padahal Tsumiki yang baru pertama kali melihatnya saja langsung dibuatnya jatuh hati pada reaksi menggemaskan itu.
Megumi yang tak bisa jujur terhadap perasaannya sendiri memang terlihat lucu dan menggemaskan. Kenapa bagaikan langit dan bumi apabila pemuda itu dibandingkan dengan Toji? Padahal kita tahu pasangan ayah-anak itu sama-sama suka menyembunyikan wajah asli mereka.
"Kalau kau pernah mengerjakan tugas semacam ini bersama dengan Panda atau Itadori-kun......" Jeda. Yuta pun tersenyum kecil sebentar sebelum kembali melanjutkan, "Megumi pasti langsung menerima pujianku."
Itadori Yuuji yang terlalu polos, jujur, dan bersuara besar. Bersama dengan seekor Panda besar yang mampu berbicara bahasa manusia. Mungkin mereka berdua adalah rekan penyelidikan paling mencolok yang pernah ada.
Tentu saja mereka berdua bukanlah rekan mata-mata terbaik, bisa dibilang terburuk malah.
Wajah Megumi sedikit melunak karenanya. Pemuda itu kemudian tertawa pelan sembari beranjak dari tempatnya juga. "Okkotsu senpai yang salah karena bisa-bisanya membandingkan ku dengan mereka," ujarnya lalu mengantar Yuta sampai ke pintu depan.
Sedangkan Tsumiki memilih untuk tetap duduk di tempatnya, mengamati kedua lelaki itu dari sana. Sesekali dia berdehem dan tersenyum kecil, menyadari bagaimana sikap Megumi terhadap kakak kelasnya itu.
Tumben sekali Megumi sengaja tidak mengernyitkan dahi di depan orang lain, ataupun cemberut di depan orang itu. Bahkan tidak biasanya Megumi bersedia menanggapi semua pembicaraannya, padahal biasanya hanya memberikan respon seadanya dengan sekedar berdehem pelan dan meng-iyakan perkataan lawan bicaranya.
"Apa kau sering pergi menjalankan misi dengan orang itu tadi?" tanya Tsumiki begitu Megumi kembali duduk di tempatnya.
"Ya," Megumi menjawab mantap tanpa pikir panjang. Dia pun lalu menuangkan teh gandum yang baru dibelinya di minimarket ke dalam dua gelas dan memberikan salah satunya pada Tsumiki.
Kakak perempuannya itu nampaknya masih belum puas juga. Tsumiki masih sibuk menatapnya, dengan sinar mata yang mengerling meneriakan keluhan akan jawaban singkat adiknya.
"......walaupun masih muda. Okkotsu senpai punya kedudukan yang setara dengan Gojo sensei. Dia juga penyihir Jujutsu tingkat khusus," Megumi menjelaskan dengan setengah hati. Garis kekesalan yang menghiasi bibir merahnya masih suka muncul ketika ia enggan melakukan apa yang diminta oleh orang lain.
"Penyihir tingkat khusus huh," Tsumiki berkomentar sambil sambil memegang dagunya. Gadis itu cuma orang biasa, sama sekali tak memiliki kekuatan super seperti adiknya maupun ayahnya. Namun setidaknya dia memahami hierarki di lingkungan pengguna teknik Jujutsu. Walaupun dia sendiri tidak bisa membayangkan bagaimana kekuatan masing-masing setiap tingkat.
Adiknya secara resmi di nobatkan sebagai penyihir tingkat-2
Megumi sudah berada di jajaran menengah atas ketika dia masuk ke SMA Jujutsu. Satoru dan Toji memujinya, tentu saja Tsumiki pun memujinya walau tidak begitu memahaminya.
Lagipula. Mau adiknya itu berada di tingkat manapun. Dimatanya Megumi sangatlah kuat. Waktu SMP tidak ada yang bisa mengalahkannya.
Jadinya Tsumiki sama sekali tidak bisa membayangkan orang-orang seperti apa yang mampu mengalahkan kekuatan adiknya.
Gadis itu pun hanya bisa bertanya-tanya dalam hati. Entah monster semacam apa yang berada di atas tingkat-2.
"......dia juga yang terpaksa menggantikan Gojo sensei sebagai pengawasku. Lebih tepatnya dia harus menggantikannnya sebagai pengasuh ku," Megumi pun akhirnya menambahkan dengan helaan nafas.
Tsumiki terkekeh pelan karenanya. "Bukannya lebih bagus?" tanyanya dengan nada bermain.
Kali ini Megumi tidak menjawabnya, dia hanya sekedar tidak mau mengakuinya. Pemuda itu diam saja sambil meneguk tehnya, dan berusaha mengabaikan keberadaan Tsumiki yang masih tersenyum di sebelahnya.
"Megumi menyukainya kan?"
*BRRUUT!!!
Spontan Megumi menyemburkan tehnya, menumpakan minumannya kemana-mana. Dalam keadaan masih basah kuyup, mulutnya menga-nga lebar sambil melotot ke kakak perempuannya. "Ha???" Demikian reaksinya terhadap ocehan tak masuk akal Tsumiki.
"Aneki.....apa kau kira Okkotsu senpai perempuan?"
Selang beberapa waktu akhirnya Megumi pun bertanya dengan nada seserius mungkin. Bahkan dia pun harus memanggil Tsumiki dengan sebutan kakak yang jarang ia pakai.
"Yaah. Mana mungkin kan? Dia Ikemen," jawab Tsumiki lalu kembali tertawa.
"......kalau begitu kenapa kau tanya yang begituan?" keluh Megumi seraya beranjak untuk mengambil kain lap dan membersihkan tumpahannya.
"Tidak masalah kan? Apalagi tumben sekali kau bisa terlihat begitu terbuka saat berbicara dengan orang lain," jawab Tsumiki sambil tersenyum lembut berusaha meyakinkan.
"......aku tidak.....sengaja melakukannya," Megumi membalas dengan suara yang lebih lirih. Terdengar tak yakin akan perasaannya sendiri, begitu juga dengan gelagatnya yang menjadi canggung.
Pemuda itu terlihat sengaja menghindari tatapan kakaknya, berusaha untuk tetap fokus pada tangannya yang sibuk mengelap meja.
Tsumiki menyadarinya namun membiarkannya saja, Megumi harus bersyukur karena kakaknya itu nampaknya tak berniat mengungkitnya lebih panjang.
Atau mungkin Megumi terlalu cepat mengucapkan rasa syukurnya.
Sebelum Megumi berangkat ke kamar mandi dan mengganti bajunya disana. Tsumiki lalu mencegahnya dengan mengatakan sesuatu mengenai, "Mau dia itu laki-laki atau perempuan. Kuharap kau tidak akan berakhir seperti ayah."
Tsumiki selalu membahas hal seperti itu setiap kali dirinya diingat mengenai betapa kesepiannya Toji. Mungkin keberadaan, dari segi penampilan maupun kepribadian Megumi terlalu mengingatkannya dengan sang ayah.
"....hmph. Hal yang sama juga berlaku untukmu kan," balas Megumi sambil tersenyum miring dan bersedekap dada. "Jangan sampai kau terjebak dengan pria tak berguna sepertinya."
Kemudian kakak adik itu saling melempar tawa, seolah menertawakan kecemasan yang membodohkan.
Mungkin keluarga Fushiguro bukanlah salah satu keluarga paling harmonis dan kemungkinan besar mereka berada di dalam jajaran keluarga terburuk yang pernah ada.
Namun mereka mengapresiasinya.
Megumi sudah sejak lama menerima takdirnya sebagai anak dari seorang pria kejam. Bahkan sekarang dia mampu untuk lebih menghargai kehidupannya sendiri-------sebelumnya dia lebih suka mengutamakan misi ketimbang nyawanya sendiri.
"Ngomong-ngomong," sesaat Megumi berhenti tertawa dan merubah raut wajahnya. Dia lalu memulai kembali pembicaraan dengan nada yang lebih serius.
Tapi itu bertanda positif lantaran Tsumiki menemukan kilatan cahaya lembut yang terpantul dalam iris kehijauan adiknya. Gadis itu lalu hanya menanggapinya dengan bertanya, "Ada apa Megumi?" sambil tersenyum tenang.
Megumi menurunkan kedua bahunya, bertanda dia lebih santai ketimbang sebelumnya. "Tentang Okkotsu senpai," jawabnya walau sedikit ragu untuk melanjutkan kalimatnya.
"........aku ingin menceritakan sedikit mengenainya," lanjutnya setelah mengumpulkan beberapa keberanian. Nadanya meminta, sinar mata pemuda itu menjadi penuh harap karenanya.
Adiknya memang diam-diam selalu manis dan menggemaskan, Tsumiki terus membatin pendapatnya tersebut. Kalau terus terang dia memberitahu Megumi, pasti adiknya itu tidak akan lagi pernah bercerita padanya.
Sebagai gantinya Tsumiki pun mengangguk mantap sambil berkata, "Tentu aku akan mendengarkanmu. Setelah kau mengganti bajumu," tak lupa gadis itu menuding kaos Megumi yang masih basah kuyup.
TO BE CONTINUE
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top