04. This is a Beautiful Curse

Note : Manga Spoiler Warning




Pada pertengahan semester awal. Fushiguro Megumi akhirnya resmi bergabung dengan kelas angkatan tahun pertama SMA Jujutsu, sebagai penyihir Jujutsu tingkat dua.

Dirinya mendaftar atas dukungan dan sponsor dari Gojo Satoru.

Semenjak detik Megumi menginjakan kakinya di sekolah tersebut, mulai dari saat itulah semua tindakannya menjadi tanggung jawab pribadi kepala klan Gojo.

Bisa dibilang Gojo Satoru adalah walinya sekarang.

Bersembunyi di balik pengaruh Gojo Satoru memang cukup aman namun status pria tersebut bukanlah segalanya. Pasti masih ada satu atau dua hal yang tidak mampu dilakukan seorang Gojo Satoru. Pergerakannya terbatas karena suatu alasan.

Maka oleh karna itulah Megumi harus bersikap sangat baik di sana, terutama kalau tidak mau klan Zen'in ikut campur dan membuatkan mereka alasan agar dirinya terpaksa kembali ke keluarga ayahnya.

Entah perjanjian macam apa yang telah dibuat Satoru dan Toji.

Jujur saja. Megumi tidak akan pernah memahami mengapa Satoru bersedia merepotkan diri hanya demi satu orang bocah gelandangan seperti dirinya, terlebih lagi dia adalah putra kandung dari pria yang di bencinya.

Dan kini sudah genap seminggu semenjak Megumi datang ke SMA Jujutsu yang hanya berisikan segelintir murid.

Dari tahun ke tahun pengguna Jujutsu semakin berkurang drastis. Di angkatan tahun pertama saja cuman berjumlahkan tiga orang termasuk dirinya. Tentu saja akan sangat mudah menghafalkan nama satu sama lain.

Itadori Yuuji dan Kugisaki Nobara, kedua teman sekelasnya. Kesan pertama Megumi terhadap mereka ialah betapa konyol dan bodohnya pasangan tersebut. Walau telah mengetahui bahwa dirinyalah yang pernah mencuri jari Ryomen Sukuna, keduanya masih bersedia berteman dengannya.

Tapi berkat mereka berdua. Dari hari ke hari tingkat toleransinya semakin tinggi dan tertata apik. Megumi pun mulai menyadari bagaimana caranya lebih bertingkah layaknya remaja-remaja pada umumnya.

Mungkin inilah mengapa Toji bersikeras membujuknya untuk pindah sekolah?

Seorang yang dilahirkan dengan energi kutukan adalah spesies langka. Berapa persentase kemungkinan untuk mendapatkannya dapat dijelaskan dari betapa sepinya sekolah ini.

Namun di sini Megumi tidak pernah merasa kesepian, tidak pernah merasa terasingkan. Karena disini mereka semua merupakan spesies yang sama, adalah orang-orang yang sama-sama terikat dengan eksistensi bernama kutukan dan Jujutsu.

Mereka semua adalah orang-orang yang mampu mengutuk satu sama lain. Tapi sungguh ironi. Karena pada saat yang sama pula, mereka adalah orang-orang yang mudah dikutuk oleh sesamanya.

Contoh terbaiknya adalah Okkotsu Yuta, anak kelas dua. Padahal dikatakan bahwa dirinya merupakan saudara jauh dari Gojo Satoru namun anehnya, waktu dia masih kecil tidak ada yang menyadari bahwa anak itu memiliki energi kutukan.












OXO

Hari ini pun sosok Gojo Satoru masih tidak terlihat dimana pun. Sebagai seorang guru pria itu hampir selalu absen, hampir setiap saat meninggalkan murid-muridnya dengan setumpuk tugas dan misi yang melelahkan dan tak jarang pula diantaranya yang membahayakan.

Pekerjaan yang di bagikan dari sekolah biasanya selalu tergantung dari tingkat kemampuan dan angkatan tahun mereka. Makanya sering kali Megumi harus bekerja sama dengan Yuuji dan Nobara.

Mulanya cukup merepotan untuk bekerja dengan orang lain, karena selama ini Megumi selalu bekerja sendirian. Berdiskusi ataupun menyamakan kecepatannya dengan orang lain merupakan hal baru baginya.

Dari beberapa hal yang di ketahui Megumi semenjak masuk ke SMA Jujutsu, salah satunya ialah: selama ini, diluar dugaan Toji rupanya cukup berbaik hati lantaran selalu mencarikan pekerjaan yang sesuai kemampuannya. Itulah mengapa Megumi selalu berhasil melakukan tugasnya.

Toji selalu mempercayakan segala informasi padanya, terutama informasi mengenai setiap penyihir Jujutsu ternama dan yang berpotensial tinggi.

Khususnya angkatan kelas dua cabang Tokyo. Keberadaan keempat murid angkatan tersebut sedikit spesial dan yang paling berbahaya diantaranya ialah seorang pemuda yang konon katanya berpotensi menggusur Gojo Satoru dari tahtanya sebagai Sang Penyihir Jujutsu Terkuat.

Okkotsu Yuta. Pada usianya yang masih belia, ia telah mendapatkan status sebagai penyihir tingkat khusus. Gojo Satoru lah yang menemukannya dan melatihnya di SMA Jujutsu.


"Bisa dibilang dia adalah murid kebanggaan Gojo sensei."


Tanpa sadar Megumi memandangi Yuta yang sedang berjalan di depannya. Menatap kakak kelasnya itu dengan tatapan setajam pisau, hampir melotot malah. Dengan aura yang di keluarkannya, mana mungkin Yuta tidak menyadarinya?

Zen'in Maki yang berjalan di sebelah Yuta pun sampai bergidik risih karenanya. Gadis berkacamata itu pun lantas menoleh ke belakang, menyipitkan matanya, lalu menegurnya, "Oi Megumi!" panggilnya sambil berkacak pinggang.

"Kalau mau mengatakan sesuatu. Cepat katakan!" pinta Maki menuding tepat di depan wajah Megumi yang tak menunjukan ekpresi lebih, terlihat merasa tak berdosa atas tindakan tidak sopannya.

".....aku cuma sedang berpikir," jawab pemuda itu tanpa niat untuk menjelaskannya. Lantas Maki langsung memelototinya, membuka mulutnya lebar-lebar hendak mengintrogasi.

Sebelum telinganya itu di jejali ocehan dari sang kakak kelas, akhirnya Megumi menghela nafas tanda menyerah.

"Walaupun Gojo sensei bertanggung jawab penuh atas semua tindakanku tapi sepertinya dia malah sama sekali tidak peduli atas tindakanku, bahkan bisa-bisanya menyerahkan segala kewajibannya sebagai seorang wali pada Okkotsu senpai. Bukannya itu sudah keteraluan?"

Wajah Maki melunak karena sedikit terkejut, gadis itu lalu ber-oh panjang sambil mengangguk. Sementara Yuta yang tersipu hanya bisa tertawa canggung sambil menggaruk pipinya.

"Nah. Ini Satoru yang kau bicarakan. Apa yang bisa kau harapkan darinya?" ujar Maki yang mencemooh seraya memutar bola matanya malas.

"Mau bagaimana lagi? Gojo sensei kan orangnya super sibuk. Jadi kita harus bisa memakluminya," tambah Yuta sabar dan bijaksana layaknya murid teladan nan impian para guru.

Kebaikannya pada sesamanya itu membuatnya bisa mentoleransi kegoisan Gojo Satoru. Itulah mengapa teman-teman sekelasnya selalu mengatainya dengan julukan orang suci.

"Meskipun kita semua tahu kalau orang suci tidak mungkin mengutuk orang lain huh," batin Megumi yang seperti biasanya mampu menyimpan rapi pendapat pribadinya.









OXO

Sudah bukan rahasia lagi apabila dari jaman dahulu kala umat manusia adalah makhluk yang selalu mengutuk sesamanya.

Kutukan selalu datang dari berbagai wujud dan berbagai makna pula. Wajar saja apabila ada mereka yang menyadari dirinya telah mengutuk sesorang atau sering kali banyak dari mereka yang sama sekali tak menyadari bahwa dirinya telah mengutuk seseorang.

Ironinya orang seperti Okkotsu Yuta adalah tipe kedua. Saat dia masih belum menyadari kekuatan yang dimilikinya, saat dia masih seorang bocah bodoh dan naif, tanpa sengaja ia mengutuk teman masa kecil yang dicintainya.

Sebagai ganti kutukan yang telah diciptakannya. Orimoto Rika telah menghantui Yuta selama bertahun-tahun sampai akhirnya Gojo Satoru menolongnya untuk mengendalikan energi kutukannya yang terlalu besar.

Berkatnya. Jiwa Rika kini telah berangkat ke dunia selanjutnya dan sekarang yang tertinggal di dunia ini hanyalah cangkang mengerikan berwujud kutukan kelas tingkat khusus yang di juluki sebagai Ratu kutukan.


"Pfft......bukannya semua ini sedikit menjelaskan mengapa Gojo Satoru rela merepotkan diri demi memelihara Itadori Yuuji sebagai wadah Ryomen Sukuna? Sudah kuduga pria itu memang punya hobi yang menjijikan."



Megumi sama sekali tidak berniat mencari tahu mengenai apa sebenarnya tujuan Gojo Satoru dan bagaimana pria itu mencapai tujuannya, yang pasti sekolah ini adalah sekolah terkutuk.

Dari murid-muridnya, gurunya, maupun para petingginya. Karena mengutuk atau dikutuk adalah jalan hidup utama seorang penyihir Jujutsu.








OXO


"Menjadi penyihir Jujutsu ataupun pengguna Jujutsu adalah lelucon paling mengerikan yang pernah ada ," Megumi terus membatin dalam diam.


Pemuda itu sedang duduk di sebuah restoran keluarga yang terletak dipinggiran jalan, agak dekat dari lokasi tempat misinya berada. Dirinya sedari tadi membisu seraya memperhatikan uap yang muncul dari genangan kopi pekat miliknya dan telah memikirkan banyak hal yang mungkin tak akan pernah ia lontarkan.

Megumi bukannya sudah lupa total bahwa dirinya sedang bersama seseorang. Dia hanya tidak pandai berbicara, tipe yang lebih suka berkutat dengan pikirannya sendiri.

Yuta sedang duduk di seberangnya, dengan tenang menghirup tehnya dari cangkir keramik. Cincin tembaga yang tersemat di jarinya membuatnya nampak elegan. Kalau dia tidak memakai seragamnya, mungkin orang-orang akan mengira bahwa dia adalah seorang suami muda.

"Cincin itu adalah media yang menghubungkannya dengan sang ratu kutukan...."

Bukan dari emas juga bukan berhiaskan berlian. Namun benda terkutuk itu ratusan kali lebih bermakna dan suci ketimbang cincin pernikahan yang mahalnya minta ampun. Begitu langka dan juga unik karena cuma Okkotsu Yuta seorang lah yang boleh memakainya dan memanfaatkannya.

Megumi masih tidak berbicara. Bola mata kehijauannya cuman bergulir untuk memandang sebuah benda yang dibalut oleh tas kain berwarna hitam polos. Orang-orang di restoran ini sebaiknya tidak pernah menyadari bahwa di dalam kantong hitam tersebut tersembunyi sebilah Katana yang merupakan media lain untuk memanggil Rika.

"Umm......fushiguro-kun?" panggil Yuta pelan dan agak berhati-hati. Wajah tampannya menunjukan kecemasan yang terbuang sia-sia lantaran Megumi tidak sedang membutuhkannya. Pemuda itu terlalu polos jadi lebih baik Megumi tidak mengatakan hal tersebut secara terang-terangan.

"Apa cuma perasaanku saja....tapi sepertinya seharian ini kau terus mengamatiku....."

"Apa masih karena......yang kau katakan tadi siang?"

Megumi tidak langsung menjawabnya. Pemuda itu menyesap kopi pahitnya terlebih dahulu sebelum balik bertanya, "Okkotsu senpai. Kau itu kan lebih tua dariku. Kenapa terus-terusan memanggilku dengan nama keluarga?" katanya seraya tersenyum samar dan meletakan kembali cangkirnya.

"Eh?....."

Pertanyaan itu datang diluar dugaan. Yuta sedikit tersipu sekaligus terkejut mendengarnya. Bayangan mengenai Megumi sendiri yang secara tidak langsung memintanya memanggil nama belakangnya, entah mengapa sangat membahagiakannya.

"Zen'in senpai juga mengatakannya kan? Okkotsu senpai terlalu merendah di depan orang lain, bahkan pada adik kelasnya. Sebagai penyihir tingkat khusus. Kurasa itu bukanlah kebiasaan yang bisa di bilang bagus....." ujar Megumi berpendapat.

Mendengarnya. Kulit muka Yuta semakin memerah dan menghangat. Antara merasa malu dan senang. Karena dari semua orang, ternyata Megumi lah yang mengkhawatirkannya. Apalagi ini pertama kalinya pemuda berperangkai dingin itu menunjukan kepeduliannya pada orang lain secara verbal.

"Kenapa kau melihatku seperti itu?" tanya Megumi seraya mengangkat satu alisnya.

Yuta terkesikap, langsung tersadarkan dari lamunan kilatnya. "Ma-maaf!" serunya gugup sambil melambaikan satu tangannya. ".....karena apa yang kau katakan tadi siang. Kukira kau lebih ingin berangkat misi dengan Gojo sensei," jawabnya kemudian.

Giliran Megumi yang agak kaget mendengarnya. Sedikit binggung, bagaimana pula ceritanya sampai kakak kelasnya itu bisa salah mengira kalau Megumi akan lebih memilih Gojo Satoru ketimbang dirinya yang sabar dan baik hati?

Inilah yang tadi sedang di bahasnya. Sebagai penyihir tingkat khusus, Yuta terlalu merendahkan dirinya. Sifatnya itu memang terkesan menggemaskan sekaligus merisaukan.

Megumi lantas tersenyum tipis. ".......sebaliknya aku justru bersyukur karena Okkotsu senpai lah yang mengawasi ku," jawabnya sejujur-jujurnya.

Ketika mengatakannya dia sama sekali tak menyadari raut muka kakak kelasnya itu. Megumi pun malah melanjutkannya, "Ajaran senpai lebih mudah dipahami dan yang lebih penting lagi adalah kau yang selalu memperhatikanku," jelasnya sebagai bentuk rasa terima kasihnya.

Yuta menegah paksa ludahnya. Jantungnya seolah akan meledak kapanpun. Wajahnya pasti sudah semerah buah tomat sekarang, memalukan sekali padahal Megumi tidak bermaksud lebih. Sesekali mulutnya terbuka lalu tertutup lagi, binggung harus mengatakan apa untuk membalas ucapan pemuda tersebut.

Rasanya terlalu senang sampai ingin mati saja. Siapapun itu tolong beritahu dia bagaimana cara agar pikirannya tidak melayang atau menghalu kemana-kamana dan malah menggangap ucapan Megumi barusan sama dengan pengakuan perasaan dari pemuda tersebut.

Setelah hening beberapa saat. Megumi lantas baru menyadari reaksi Yuta, dia pun jadi ikutan memerah. "Apa barusan aku mengatakan sesuatu yang terlalu memalukan?" tanyanya sambil menoleh ke arah lainnya.

Yuta menjawab dengan menggelengkan kepalanya. "Terima kasih," ucapnya sebagai gantinya. "Kalau begitu. Mulai sekarang aku boleh memanggilmu Megumi kan?" tanyanya kemudian sambil tersenyum kekanakan.

Dan Megumi memilih untuk mengangguk sebagai jawabannya.



TO BE CONTINUE 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top