RaB. 4 : Teman?
"Cukup sampai disini saja, manusia. Aku akan mencabut jiwamu secara paksa dan merasuki tubuhmu."
Kemudian mahluk itu menyeringai. "Lalu kita akan menjadi teman selamanya."
Syerin bergidik, seluruh tubuhnya gemetar. Ia terus memikirkan cara untuk melarikan diri dari situasi menyeramkan ini.
Syerin tidak mati sekarang, ini bukan waktu yang tepat.
Saat hantu itu mulai mendekat. Diantara kepanikannya Syerin menyadari sesuatu.
Hantu itu mahluk halus, tidak tersentuh.
"Kuberi kau pilihan, mati bunuh diri atau mati karena dibunuh oleh hantu."
Syerin menjawab dengan seruan, "Tidak keduanya!"
Syerin berlari kencang ke arah hantu penuh darah di depannya. Hantu itu menyeringai, membuka kedua tangannya. Syerin tersenyum, seakan memberi jawaban bahwa ia akan menurut dan menjadi teman mahluk itu.
Namun kenyataannya Syerin malah mencoba menembus tubuh mahluk itu.
Anehnya, hantu tersebut masih tetap menyeringai. Membuat keyakinan Syerin untuk selamat luntur seketika.
Syerin tidak menyangka, usahanya akan sia-sia.
Syerin malah menabrak tubuh hantu tersebut. Lalu secara tiba-tiba hantu itu menghilang, membuat Syerin terjerembab mengenaskan di atas tanah yang berlumpur.
Kini Syerin semakin takut, hantu itu benar-benar menyiksanya. Karena setelah usaha sia-sianya itu, hantu itu malah meletakkan tangan sedingin esnya diatas kepala Syerin.
Tidak! Jangan sekarang!
Tiba-tiba Syerin merasakan perasaan aneh, rasa sakit, dingin, dan ringan becampur menjadi satu. Perlahan-lahan perasaan itu menjalar, dari kepalanya kemudian semakin turun ke bawah.
"Sedikit sakit, tapi kau akan menikmati hasilnya." Hantu itu terus melanjutkan aktivitasnya, sementara pandangan Syerin perlahan kosong, seperti pikirannya.
Tidak, aku belum ingin mati, batin Syerin berbicara di tengah pikirannya yang semakin kosong.
Aku tidak ingin mati dengan cara seperti ini.
Siapapun, tolong aku.
Sesaat kemudian, saat tubuh Syerin terasa semakin ringan. Syerin mendengar suara tebasan, diiringi dengan jeritan keras nan memilukan.
Seketika Syerin merasakan tubuh ringannya kembali berat, oksigen seakan berebut masuk ke dalam paru-parunya, membuat gadis itu terengah-engah dengan mata yang memerah.
"Tanganku! Tanganku!" Jeritan masih terdengar, bahkan semakin keras dan memekakkan telinga.
Syerin menoleh ke belakang, kembali menemukan hantu yang ingin membunuhnya tadi. Keadaannya semakin menyeramkan, satu tangannya terlihat terpotong sementara matanya mengeluarkan cairan merah, hantu itu mengeluarkan tangisan berdarah.
"Kau! Apa yang kau lakukan?" Hantu itu membentak-bentak pada sosok lain di yang berdiri tak jauh dari tempatnya.
"Harusnya aku yang bertanya begitu," ucap sosok lain yang sepertinya pelaku yang telah memotong tangan hantu itu. "Kenapa kau memaksa manusia yang masih hidup untuk menjadi hantu sepertimu?"
Tatapan Syerin terpaku pada sosok yang telah menolongnya. Mahluk itu juga hantu, terlihat dari rambut putih yang menutupi matanya, serta tubuh pucat yang ia miliki. Di tangannya terlihat sebuah belati panjang yang tergenggam erat.
Seorang hantu laki-laki.
"Kenapa kau begitu peduli! Ini urusanku!" Hantu menyeramkan tadi kembali membentaknya, namun ia hanya membalasnya dengan senyuman.
Lalu hantu laki-laki itu berpaling pada Syerin, membuat gadis itu seketika bergidik ngeri. Ia tersenyum. "Kenapa masih di sini? Pergilah."
Awalnya Syerin terdiam, berusaha mencerna perkataan itu, namun kemudian ia mengangguk kaku. Tanpa pikir panjang, Syerin langsung beranjak dari tempat itu dan berlari sekencang mungkin, meninggalkan dua mahluk yang masih sibuk dengan urusan mereka masing-masing.
*~*~*~*
Napas Syerin terengah-engah kala ia berhasil menutup pintu rumahnya. Dadanya naik turun seiring dengan pertanyaan yang berkecamuk di pikirannya.
"Kenapa masih disini? Pergilah."
Syerin menghela napas panjang. Hantu itu, jika dia tidak ada disana, mungkin Syerin akan menjadi hantu berambut putih dan berkulit pucat sepertinya. Seketika kakinya lemas, ia terduduk di lantai.
Aku seharusnya mengucapkan terima kasih sebelum lari kesini, batin Syerin.
Entah kenapa, suara hantu itu terasa familiar. Seperti suara ... Dia.
Syerin terdiam sejenak, kemudian ia tertawa kecil.
Apa yang kau harapkan, Syerin? Kau berharap Ezra yang menyelamatkanmu?
Mustahil. Dia itu manusia, bukan hantu. Ezra masih hidup, Syerin.
"Kenapa gelap sekali?" Syerin bertanya pada dirinya sendiri saat ia melihat rumahnya yang saat ini dalam keadaan gelap.
Entah kenapa, situasi ini membuatnya menjadi teringat kejadian di jalan buntu tadi. Mengingat itu membuat jantungnya kembali berdegup kencang, dengan cepat gadis itu berlari menuju sakelar lampu dan menghidupkannya.
Tenang Syerin, kau akan aman jika di rumah, batin Syerin meyakinkan.
Syerin melangkah menuju dapur. Setelah ia menyalakan lampu, matanya tertuju pada sebuah kertas kecil yang tertempel di kulkas.
Syerin,
Ibu dan Ayahmu akan pergi ke luar kota untuk bekerja dan sekaligus mengunjungi nenekmu yang sedang sakit. Kami akan menginap disana selama 3 minggu. Jaga dirimu baik-baik.
Syerin lagi-lagi menghela napas panjang. Tangannya memijat pangkal hidungnya, mencoba menghilangkan sebuah batu yang seakan ada dalam otaknya dan menghantam kepalanya berkali-kali.
Kenapa hari ini banyak sekali yang terjadi?
Pertama, Ezra berbicara padanya, membuatnya senang tanpa ampun.
Kedua, Ezra mengalami kecelakaan saat mengejarnya.
Ketiga, Ia dikejar-kejar hantu dan diselamatkan oleh hantu.
Keempat, kedua orang tuanya pergi selama 3 minggu. Tanpa mengetahui bahwa anaknya baru saja menjadi penyebab seseorang mengalami kecelakaan.
Syerin memejamkan matanya sejenak, menyandarkan kepalanya di pintu kulkas. Bayangan tentang hantu menyeramkan tadi masih saja melewati pikirannya, membuatnya merinding tanpa henti.
"Ah, sebaiknya aku langsung istirahat." Syerin membuka matanya dan langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Tubuhnya langsung berbaring di atas kasur setelah ia selesai memakai piyamanya. Nafsu makannya tak kunjung muncul, setiap ia mengingat wujud menyeramkan hantu yang ia temui, itu malah membuatnya mual dan semakin tak nafsu makan.
Namun sebelum dia terlelap dalam mimpi. Sebuah suara yang muncul membuatnya terlonjak dari kasur dan membuatnya dalam posisi waspada.
"Hai, manusia."
Syerin terbelalak saat ia melihat sosok itu lagi. Sosok hantu dengan mata yang tertutupi surai. Hantu yang telah menolongnya dari kematian.
Kini hantu itu sedang berdiri di samping jendela yang terbuka, Syerin lupa menutupnya karena terlalu lelah.
Dia mau apa? Ucap Syerin dalam hati.
Melihat raut wajah Syerin yang terlihat ketakutan, hantu itu tersenyum. "Tenang, aku tidak akan membuatmu menjadi seperti aku."
"Lalu apa maumu?" Tanya Syerin.
"Tidak sulit kok," jawab hantu itu, "aku hanya ingin kau menjadi temanku."
Syerin mendesah. Merasa lelah dengan semua ini, dia kembali beranjak ke kasur dan bergelung dengan selimut.
"Beginikah caramu berterima kasih setelah kutolong dari hantu menyeramkan tadi?"
"Aku tidak mau berteman dengan hantu."
Hantu itu mendengus. Ia terdiam sejenak, Syerin menebak bahwa hantu laki-laki itu sedang memikirkan sesuatu. Tak lama kemudian, Syerin mendengar suara jentikan jari.
Hantu itu kembali berbicara, "Aku punya banyak teman hantu loh."
"Aku tidak peduli."
"Kalau kau tidak mau jadi temanku ...."
Syerin mendengus sebal. "Sudah kubilang aku tidak peduli."
"Aku akan memanggil temanku yang fisik aslinya lebih menyeramkan dari yang tadi."
Mata Syerin yang terpejam seketika terbuka lebar saat mendengar ancaman itu. Disibaknya selimut yang membungkusnya sampai terlempar ke lantai. Mau tidak mau dia harus kembali duduk manis di atas kasur dan menatap hantu yang menutupi matanya dengan poni itu.
Syerin mendesah pasrah. "Baiklah, baiklah, aku akan menjadi temanmu."
Hantu penyelamat itu terkekeh dan menggeleng-geleng geli saat melihat gadis di depannya pasrah dan menurut begitu saja. Kemudian ia menepuk tangannya sekali sambil menyeringai.
"Baiklah, kalau begitu kita perkenalan dulu!" Ucap hantu itu antusias.
"Siapa namamu, manusia?"
Syerin yang awalnya menunduk menahan kantuk langsung mendongak. "Namaku Syerin."
"Erin?"
Sejenak Syerin terdiam. Panggilan itu, dulu yang memanggilnya seperti itu hanyalah ketiga sahabatnya. Ah, bukan, mantan sahabatnya.
"Ah, ya, terserah kau saja," balas Syerin sambil mengusap wajahnya yang semakin lelah dengan tangan.
"Sekarang, siapa namamu wahai hantu penyelamat?" Tanya Syerin dengan nada aneh yang dibuat-buat.
Hantu itu tertawa sesaat saat mendengar kata 'penyelamat'. Namun kemudian ia kembali mengendalikan diri dan berdeham pelan.
Dia tidak langsung menjawab pertanyaan Syerin. Ia malah bergeming sambil menikmati jendela yang terbuka memasukkan angin kencang ke dalam kamar Syerin, membuat gadis itu mengigil sesaat. Hantu itu kembali tersenyum geli saat melihat Syerin yang memeluk dirinya sendiri menahan suhu dingin.
Angin itu juga membuat rambut yang menutupi matanya tersibak begitu saja, menampakkan kedua mata berwarna biru yang menatap gadis itu teduh.
Kedua mata yang membuat Syerin terbelalak dan gemetar.
Hantu itu tersenyum samar.
"Namaku ... Ezra."
Bersambung.
(Sabtu, 21 Januari 2017)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top