🍂9. Keputusan Rasya🍂
"Kamu mau ngobrol di mana?" Barat bertanya siapa tahu Rasya punya ide tempat yang lebih nyaman untuk mereka berdua mengobrol.
"Di taman situ aja, nggak jauh dari sini ada taman, kita ngobrol di mobil kamu." Gadis itu sudah malas untuk berpikir, ia memilih lebih baik di mobil ini kemudian bisa segera pulang.
Barat melajukan mobilnya, sementara di belakang mobil milik Rasya dikendarai oleh Saddam. Mobil itu terhenti tepat di pinggir taman, Rasya meminta sedikit masuk ke dalam taman. Sementara Saddam menghentikan mobil sedikit jauh dari mobil keduanya.
"Jadi kamu mau ngomong apa?" Rasya memulai pembicaraan tak mau bicara lebih lama lagi. Ia sudah merasa benar-benar lelah, ingin pulang dan beristirahat.
"Nda jadi keputusan kamu gimana?" Barat bertanya saja langsung.
"Aku tuh benar-benar enggak nyangka kalian tega ngelakuin hal kayak gitu."
"Aku ngelakuin ini demi perusahaan, dan demi rumah tangga aku sama Rubi. Dan cuma kamu yang bisa bantuin kami. "
Rasya geleng-geleng kepala tak mengerti lagi Apa yang dimaksud oleh Barat dengan mempertahankan. "Mempertahankan hubungan kamu dan Rubi dengan meminta perempuan lain untuk hamil anak kamu? Kalian gila, benar-benar gila. "
"Silakan kamu boleh ngomong apa aja, itu adalah hak kamu."
"Ya kenapa harus aku?!" Rasya bertanya lagi dengan nada yang meninggi.
"Rubi dan aku merasa, kita sudah dekat, kita enggak perlu pendekatan lebih lama. Dan aku bisa pastikan kalau kamu bisa jaga rahasia ini. lagi pula, kamu akan dapat banyak kompensasi. Hidup kamu juga bakal lebih mudah setelahnya. Kamu paling cuma harus sembunyi sekitar satu atau dua tahun aja."
Barat mengatakan itu seolah bersembunyi, hamil dan juga melahirkan adalah hal yang mudah. Sepertinya, ia tidak memikirkan hal lain selain agar bisa memiliki anak bersama Rubi.
"Kalian itu mikir perasaan aku nggak sih? "
"Ya kami pikirin, maka itu kami kasih kamu uang yang banyak. Bahkan tunjangan tiap bulan. Kurang apa? Kamu bisa hidup tanpa kerja, enak kan?" Kata-kata yang terlontar dari Barat seolah menyiratkan kalau semua hal bisa dibeli dengan uang.
"Nggak semua hal bisa dibeli sama uang Barat. Kamu enak banget ngomong kayak gitu, resikonya juga gede. Proses Hami dam melahirkan juga lama. Dan aku tahu, kalaupun aku nolak kamu, kalian pasti akan cari cara lagi supaya aku makin hancur kan? "Rasya bertanya pada Barat yang memalingkan mukanya
Aku rasa kamu udah tahu jawabannya."
Sudah jelas kalau Rasya menolak, hidupnya tidak akan lebih baik juga akan menghadapi banyak rintangan. Masalah uang seperti ini sedikit sulit, apalagi ia sama sekali tidak memiliki pertahanan. Tidak ada yang bisa ia mintai tolong, tidak ada yang bisa ia jadikan tumpuan. Jujur saja, Rasya merasa tak sanggup kalau harus menghadapi itu semua sendirian.
"Terserah kalian." Rasya menjawab.
Gadis itu kemudian berjalan keluar dari mobil barat, ia menghampiri Sadam. Ia meminta Sadam keluar dan segera masuk ke dalam mobil. Rasya segera melajukan mobil untuk pulang.
Sepanjang perjalanan ia hanya diam, benar-benar bingung dengan kondisinya saat ini. Apalagi dia sudah terlanjur mengiyakan permintaan Barat dan juga Rubi. Entah bagaimana hidupnya ke depan, memang terdengar menyenangkan ketika ia akan mendapat tunjangan cukup besar setiap bulannya.
Rasya masuk ke dalam rumah, berjalan dengan gontai masuk ke dalam kamarnya. Setelah mandi dan berganti pakaian, dia merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Menatap pada layar ponsel, ada beberapa pesan masuk dari Arsen.
Arsen:
Nda ke klub ya?
Di telepon enggak diangkat.
Rasya:
Iya tadi ke klub sebentar udah bakal jadi yang terkahir kali.
Arsen:
Serius?
Rasya:
Serius, kok belum tidur sih?
Arsen:
Lagi ngedit video konten. Sebentar lagi tidur, Nda bobo juga sana.
Rasya:
Iya, night Sen.
Arsen:
Night Nda, mimpi indah ya.
Setelah membalas pesan dari Arsen, Rasya mengeluarkan dompetnya. Ia menatap buku tabungan yang ia simpan. Uangnya tidak seberapa banyak tabungannya hanya tinggal 2 juta, ditambah beberapa juta tadi dari gaji terakhirnya. Dan sudah terpakai juga untuk berbelanja dan juga ke klub.
"Okay Rasya, Lo cuma butuh hamil, melahirkan, kaya raya. Setelahnya single lagi!" Rasya mencoba untuk membuat dirinya lebih baik. Meski rasanya harga dirinya tercoreng.
Sementara dari belakang Barat mengikuti, setelah Rasya memasukkan mobilnya dan melangkahkan kakinya ke dalam rumah. Pria itu meminta Sadam untuk melajukan mobil segera pulang.
Sampai di rumah Barat segera masuk ke dalam kamar, dia melihat Rubi yang sedang duduk di sofa menunggunya. Rubi juga berjalan menghampiri sang suami ia sedikit cemas menunggu mendengar kabar.
"Gimana, Rasya mau nggak?" Rubi bertanya, ia memegang kedua tangan Barat.
Pria itu kemudian mengajak sang istri untuk duduk di tempat tidur. Barat tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. "Dia setuju, karena nggak bisa berbuat apa-apa lagi. Aku tadi agak ngancam dia sih, kamu memang ngelakuin apa ke dia?" Barat bertanya kepada sang istri. penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Rubi.
"Aku cuman ngancam dia sedikit. Aku bikin dia keluar dari kerjaannya, udah gitu aja. Berarti dia tahu dong kalau itu adalah perbuatan aku?" Rubi bertanya.
"Dia berpikir kalau aku yang bikin itu. Nggak masalah, kita emang harus ngelakuin itu buat bikin dia mau dan setuju dengan kemauan kita."
Rubi terlihat begitu lega ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Barat. Setidaknya, ada sedikit harapan untuknya mempertahankan perusahaan dan keluarganya. Dan tentu saja ia bergembira, sebentar lagi keinginannya untuk memiliki buah hati terwujud.
"Berarti aku akan bikin planning, Aku akan coba searching tentang dokter terbaik di Korea kita nggak bisa tunda lagi, kelihatannya Opa udah mulai dekat sama Jimmy dan aku nggak akan biarin kamu untuk kehilangan bangku pemimpin perusahaan." Ruby meyakinkan, dia akan memastikan kalau posisi Barat tetap aman Sampai nanti.
Barat menganggukan kepalanya, dia menyerahkan kepada Rubi untuk mengatur rencananya. Dan benar, mereka harus melakukan dengan cepat, apalagi terlihat kalau Danu semakin dekat dengan Jimmy. Dan tentu saja hal itu tidak terlalu baik untuk mereka. Meskipun sang kakek mengatakan kalau Jimmy belum mempunyai kemampuan yang mumpuni, tapi tidak ada yang tahu bagaimana kedepannya nanti.
"Aku benar-benar lega banget dengar keputusan Rasya. Aku juga akan pastikan kalau dia dapat kompensasi terbaik."
"Aku udah bilang ke dia, setelah melahirkan dia akan dapat kompensasi setiap bulannya. Aku rasa enggak masalah kalau kita ngeluarin uang untuk dia nanti. Karena dia udah ngasih kita hal yang gak bisa kita miliki." Barat berkata kepada Rubi.
Ruby snggukan kepalanya setuju. "Aku setuju sama kamu, nggak masalah kalau memang dia sudah berhasil bikin kita punya anak laki-laki."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top