🍂4. Diikuti 🍂

Rasya terbangun saat mendengar suara panggilan dari telepon miliknya. Segera ia menerima, panggilan dar Arsen yang sepertinya ingn mengingatkan pertemuan mereka nanti.

"Ya Sen?" Sapa Rasya dengan suara khas bangun tidurnya.

"Baru bangun? Nanti jadikan nonton?"

"Iya jadi, tapi makan siang dulu ya?"

"Belum makan emang Nda?" tanya anak itu lagi.

"Belum, baru bangun gue."

"Ya uda, nanti kalau udah siap kabarin."

"Oke, yaudah mandi dulu ya," kata Rasya sambil mengusap-usap matanya.

"Iya bye, ketemu nanti."

Setelah panggilan dimatikan, Rasya segera bergegas dan berganti pakaian. Ia lalu menghubungi Arsen dan minta dijemput. Tak lama sampai anak itu tiba, Rasya masihsibuk me-roll poninya.

Gadis itu berjalan keluar setelah mendengar suara motor Arsen. la membuka pagar, agar anak itu masuk ke dalam.

"Naik mobil gue aja ya, mendung."
Arsen mengangguk kemudian memasukan motor miliknya ke dalam garasi. Arsenmemarkirkan motor miliknya, sementara Rasya sudah sibuk mengeluarkan mobilnya.

Anak itu menunggu sampai Rasya selesai. Rasya berjalan keluar, menghampiri Arsen kemudian memudian melempar kunci monil milknya kepada Arsen yang dengan gesit segera menerima lemparan kunci itu.

"Tunggu sebentar, ambil tas sama pakai sepatu dulu."

"Okay Nda," sahut Arsen lalu berjalan keluar dan memilih menunggu di samping mobil.

Rasya tak lama, ia segera berjalan keluar, sibuk mengunci pagar rumah dan segera berjalan menghampiri Arsen yang sudah membukakan pintu mobilnya.

"Thank you," ucap rasya.

"Your welcome, Nda." Arsen lalu berlari masuk ke dalam mobil.

Arsen bisa mengendarai mobil, dan itu Rasya yang mengajari. Kadang ia juga meminta Arsen mengantarkan ke suatu tempat. Dan jelas saja Arsen setuju saja, asal bersama Nda dia bahagia.

Mobil itu melaju, Arsen menatap pada Rasya. Gadis itu menggunakan t-shirt hitam over size, dengan celana jeans pendek dan sepatu kets andalannya. Biarpun bertubuh gemuk, Rasya tak pernah gagal dengan outfit yang dikenakannya.

"Cantik banget, tapi celananya pendek banget gak sih?" Arsen protes tak suka sebenarnya kalau Rasya memakai pakaian pendek.

Rasya melirik smabil mengeluarkan make-up miliknya. "Diem bisa diem?"

"Galak banget."

"Makan bakso yuk?" Tawar Rasya sambil mulai memoles wajahnya.

"Enggak sekalian di mall aja?"

"Bakso enak deh mendung gini."

"Oke deh, pak jenggot ya depan komplek?" Arsen bertanya.

Rasya mengangguk setuju. Bakso andalan mereka berdua, sejak mengajar Arsen, Rasya sering mengajaknya ke sana.

Mobil itu melaju menuju depan komplek dan berhenti tepat di depan bakson langganan keduanya. Rasya turun masih membawa tasnya yang penuh dengan alat makeup. Ia duduk setelah memesan bakso. Kaemudian sibuk kembali merias wajah.

Arsen memerhatikan sambil sesekali tersenyum. Bukan sekali dua kali, tapi ia suka setiap kali Rasya merias diri di hadapannya.

"Udah canti padahal gak usah make up." Arsen katakan pada Rasya.

"Mulut siapa itu?" Lirik Rasya sambil.melirik jahil.

"Mulut Arsen," sahut Arsen kemudian meneguk air mineral miliknya.

"Gak bikin konten kamu?" Tanya Rasya kemduian.

"Tadi kan pas jajan sarapan pagi udah," jawab anak itu lagi.

Rasya menatap Arsen. "Cari kolaborasi gitu lho biar rame tiktok lo."

"Belum nemu nih, sama Nda aja mau gak?"

"Dih, enggak mau, aku belum siap dibully sama fans kamu di sosmed."

Rasya cukup mengikuti perkembangan Arsen. Meskipun followers Arsen belum sebanyak Atha halilintar, tapi cukup banyak dan banyak sekali penggemar perempuannya.

"Biarin sih, yang penting kan aku maunya sama Nda."

"Realistis aja, lagian mana mungkin? Aku sama kamu, umur kita kejauhan."

"Cuma tujuh tahun Nda," kata Arsen lagi.

"Enggak, sampai kapan pun enggak," kata Rasya sambil memakai eyeliner.

"Ya sekarang enggak, siapa tau besok mau." Pokoknya Arsen itu benar-benar pantang menyerah. Ia akan bertanya lagi dan lagi.

"Kalau tiba-tiba aku nikah gimana?" Tanya Rasya tiba-tiba

'Ya sekarng kan belum ada calonnya. Enggak mau mikirin."

"Dasar bocil!" Kesal rasya.

"Jangan panggil bocil ah!"

Rasya terkekeh dan menjulurkan lidahnya. Senang juga setiap kali meledek Arsen dan anak itu menjadi kesal karena perkataannya.

Setelah menyantap bakso, keduanya kemudian melanjutkan perjalanan menuju Mall untuk menonton moana seperti janji mereka berdua pagi tadi.

Dalam perjalanan Arsen menatap pada dashboard, dia melihat mobil yang terus saja mengikuti. Anak itu menoleh ke belakang, kemudian melirik pada Rasya.

"Dari tadi mobil itu ngikutin kita nggak sih?" Arsen bertanya kepada Rasya.

Rasya menoleh ke belakang, memang ada sebuah mobil sedan hitam yang mengikuti mereka, tapi dia tak mau berburuk sangka. "Mungkin itu orang mau ke mall juga, kan banyak mobil. Lagian siapa yang mau ngikutin kita sih? "

"Iya juga sih, kita kan juga bukan orang penting."

Sementara itu siang ini, Barat bersama sang kakek, di ruang kerjanua. Pria senja itu memutuskan untuk menghampiri kantor dan bertemu dengan sang cucu.

"Gimana untuk rapat direksi besok, kamu sudah mempersiapkan semua Bar?" Danu bertanya kepada Barat yang duduk di hadapannya.

"Udah Opa, udah aku ucapkan semua termasuk program, dan juga neraca keuangan kita udah semua."  Barat sangat yakin, dia sangat kompeten dalam hal ini dan ini bukan hanya satu dua kali dia lakukan.

"Baguslah kalau kayak gitu. Terus istri kamu gimana, sudah ada perkembangan atau belum? "

Hal ini yang selalu ditakutkan oleh Barat, ketika sang kakek, atau ibunya bertanya tentang kondisi Rubi. "Doain aja ya opa, kita juga terus usaha dan konsultasi ke dokter juga kok. Cuman memang belum aja."

"Kamu mendingan liburan, ambil cuti dan libur ke mana gitu, satu atau dua bulan. Lagi pula dalam satu atau dua bulan kamu liburan perusahaan juga masih tetap bisa jalan. Kakek masih bisa menggantikan, yang penting kalian benar-benar menghabiskan waktu sama-sama. Jadi kamu nggak kecapean, bisa bugar juga saat lagi usaha untuk bikin cucu buat penerus kita." Danu mencoba memberi saran, ia benar-benar lelah rasanya menunggu terlalu lama.

"Baik opa, nanti aku akan atur jadwal untuk liburan sama Rubi. Mungkin satu atau dua bulan ke depan, tapi sekarang, aku masih mau apa khusus untuk pertemuan dengan direksi."

Barat hanya bisa terus beralasan seperti ini, Danu memang sudah beberapa kali meminta barat untuk berlibur. Hanya saja, mau liburan atau apapun yang mereka lakukan memang tidak akan ada hasilnya. Namun, sepertinya satu atau bulan ke depan ia bisa benar-benar meminta cuti satu atau dua bulan sesuai dengan rencananya bersama Rubi.

"Okelah kalau gitu, kamu nanti kabarin aja ke opa. Oh iya, besok opa mau ngadain makan malam keluarga. Udah lama rasanya kita nggak kumpul. Jadi kamu sama Rubi tolong datang, ibu kamu juga opa undang. Semua keluarga opa undang. Jadi kamu jangan terlambat untuk datang. Danu menekankan sambil menatap ke arah barat.

"Iya Opa," jawab Barat.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top