16 - Ternyata Sesakit Ini Rasanya
Anisa kembali duduk di teras Ceria setelah menerima pesan dari Mang Joko. Katanya, sopirnya itu akan sedikit terlambat menjemput karena jalanan sedang macet parah. Maklum, jam pulang kantor.
Suasana kantor mulai sepi, karena itu Anisa agak waswas ketika seorang lelaki paruh baya berbadan tinggi besar menghampirinya.
"Kamu Anisa, kan?" tanya lelaki itu sambil tersenyum ramah.
Anisa lekas berdiri untuk jaga-jaga. "Maaf, Bapak siapa?"
Lelaki paruh baya itu mengulurkan tangan. "Saya Roni, ayahnya Elang."
Anisa terkesiap. Pantas saja dia merasa tidak asing. Dia langsung menyambut uluran tangan ayah mertuanya itu. "Duh, maaf, Pak, saya benar-benar nggak tahu."
Roni terkekeh untuk meredakan kecanggungan menantunya. "Nggak apa-apa. Bukan salah kamu, kok, tapi salah anak saya karena tidak mengenalkanmu ke orangtuanya."
Itu salah satu pertanyaan besar di benak Anisa, kenapa Elang tidak mengenalkannya ke orangtuanya? Dan sekarang, dia malah berhadapan dengan ayah mertuanya. Apakah ini saatnya semua tanya Anisa terjawab?
"Kita bisa ngobrol sebentar?"
"Bisa, Pak."
"Jangan panggil Pak, dong. Papa aja, sama kayak Elang manggil saya," terang Roni dengan nada kekehan sambil duduk.
Anisa ikut duduk berjarak. "Baik, Pa."
"Tadinya saya pikir Mule bercanda waktu bilang kamu kerja di sini. Ngapain harus capek-capek kerja, sih?"
"Saya nggak biasa tinggal diam aja, Pa. Dan alhamdulillah, Mas Elang mengizinkan."
Roni manggut-manggut.
"Mule sudah pulang?" tanyanya kemudian setelah mengedarkan pandangan dan mendapati suasana lengang serta area parkir yang mulai kosong.
"Sudah, Pa."
"Terus, kenapa kamu masih di sini?"
"Nunggu jemputan, Pa."
"Besok-besok suruh dia aja yang antar. Bilang, Papa yang nyuruh."
Anisa terkekeh. Tadinya dia pikir orangtua Elang galak, makanya suaminya itu lebih memilih untuk tidak mempertemukan mereka. Nyatanya Pak Roni malah sehangat ini. Lantas, apa yang sebenarnya Elang hindari?
Hening menyelinap beberapa saat. Roni sedang memilah kalimat yang tepat untuk memasuki inti tujuannya menemui Anisa sore ini.
Anisa hanya diam menunggu, masih terlalu canggung untuk bersuara lebih dulu.
"Gimana hubunganmu dengan Elang?" tanya Roni akhirnya dengan mimik yang lebih serius.
🍁🍁🍁
Assalamualaikum.
Mohon maaf sebelumnya, bab ini hanya berupa cuplikan. Kalau kamu penasaran dengan kelanjutan rumah tangga Anisa dan Elang, silakan baca di:
* KBM App
* KaryaKarsa
Di semua platform nama akunku sama (Ansar Siri). Ketik aja di kolom pencarian. Kalau akunku udah ketemu, silakan pilih cerita yang ingin kamu baca.
Cara gampangnya, langsung aja klik link yang aku sematkan di halaman depan Wattpad-ku ini.
Aku tunggu di sana, ya.
Makasih.
Salam santun 😊🙏
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top