19 - Terbongkar

Sejak selepas magrib Rahma sudah siap dengan long dress merah marunnya. Rambutnya disanggul sesuai tutorial artis India yang dilihatnya di Youtube. Rahma memang mahir berdandan. Terbukti, sekarang penampilannya nyaris sempurna, tampak lebih muda dari usia seharusnya. Kendati demikian, ia belum juga beranjak dari meja rias.

"Buruan, dong, Pa!" Entah kali keberapa Rahma protes dengan kesibukan Hadi memilih baju, yang belum juga berakhir. Padahal Rahma sudah memilihkan kemeja hitam yang dirasa akan sepadan dengan long dress-nya.

"Papa juga harus tampil perfect, jadi milih bajunya harus cermat," kilah Hadi yang sekarang sedang menimbang kemeja merah dan biru tua di kedua tangannya.

Rahma hanya geleng-geleng.

Berselang beberapa menit, ujung-ujungnya Hadi memutuskan untuk mengenakan kemeja hitam yang dipilihkan Rahma tadi, membuat sang istri berdecak dongkol. Hadi hanya cengar-cengir sambil mengancing kemejanya.

Setelah merasa benar-benar siap, keduanya keluar kamar, mendapati Alea tampak khusyuk membaca novel di ruang tamu.

"Kita jadi berangkat, kan? Bukannya siap-siap malah baca novel." Lagi-lagi Rahma berdecak sambil geleng-geleng.

"Ini udah siap, kok, Ma." Alea menutup novelnya kemudian memasukkan ke dalam tas selempang yang dikenakannya.

Sesaat Rahma memindai penampilan putrinya. Jins biru pudar dengan atasan oblong putih yang dibalut cardigan biru tua memang manis, tapi menurut Rahma terlalu biasa.

Sekarang gantian Alea yang mengamati penampilan mamanya, yang dinilainya terlalu heboh.

"Ma, kita cuma mau makan malam, bukan ke pesta."

"Ih, kamu norak, deh! Salah satu cara menghargai undangan seseorang, ya dengan berpakaian pantas seperti ini," sanggah Rahma sambil membenarkan posisi bros di dada sebelah kanan.

"Iya, kan, Pa?" imbuhnya, yang langsung disambut anggukan tegas oleh Hadi. Mereka memang selalu kompak untuk urusan cetar.

Suara ketukan pintu yang disusul ucapan salam dari Aira menyudahi obrolan seputar penampilan—yang hampir meluber ke mana-mana—di tengah keluarga kecil itu.

"Eh, Nak Aira udah jemput. Duduk dulu." Rahma mempersilakan dengan ramah.

Aira melangkah masuk dan duduk bersisian dengan Alea.

"Om, Tante, Alea, sudah siap? Kita berangkat sekarang?" Aira menatap ketiganya bergantian.

"Kamu nggak minum dulu?" tawar Rahma.

"Nggak usah, Tante. Papa-Mama udah nungguin soalnya."

Mereka sepakat langsung berangkat.

🍁🍁🍁

Assalamualaikum.

Mohon maaf sebelumnya, bab ini hanya berupa cuplikan. Kalau kamu penasaran dengan lanjutannya, silakan baca di:

* KBM App
* KaryaKarsa

Di semua platform nama akunku sama (Ansar Siri). Ketik aja di kolom pencarian. Kalau akunku udah ketemu, silakan pilih cerita yang ingin kamu baca.

Cara gampangnya, langsung aja klik link yang aku sematkan di halaman depan Wattpad-ku ini.

Aku tunggu di sana, ya.

Makasih.

Salam santun 😊🙏

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top