11 - Sepotong Masa Lalu
Selepas nonton, mereka memasuki salah satu restoran seafood, masih di mal yang sama. Gilang memercayakan pesanannya kepada Alea. Alea sedang melihat-lihat buku menu, sedang Ratih belum move on dari tokoh lelaki dalam film romance yang membuatnya menitikkan air mata di menit-menit terakhir tadi. Ia terus menerus menumpahkan kekagumannya, berharap kelak punya pasangan seperti tokoh rekaan dalam film itu. Alea sudah terbiasa dengan ke-lebay-an Ratih, tapi tidak dengan Gilang. Sesekali cowok bersweater abu-abu itu menggeleng geli.
"Betewe, gue nggak ganggu kalian, kan?" Setelah nyerocos panjang lebar, Ratih terkesiap menyadari posisinya di antara sepasang kekasih yang baru jadian. Harusnya Delon juga di sini, tapi anak itu mendadak aneh hari ini.
"Dikit," celetuk Gilang dengan suara tertahan.
"Ah, nggak, kok!" Alea yang sedang bicara dengan pelayan, buru-buru menyanggah. Lalu melotot ke arah Gilang.
Merasa mendapat dukungan, Ratih menganjurkan bibir ke arah Gilang. "Tenang aja, Lang, setelah ini nggak lagi-lagi, deh, gue ngekorin kalian. Kayak kurang kerjaan aja gue nyempilin orang pacaran."
"Bercanda, kok!" Gilang terkekeh.
Sambil menunggu pesanan, Ratih masih terus membahas tokoh lelaki di film tadi. Saking gemesnya, kadang ia heboh sendiri di tempat duduknya. Alea dan Gilang pura-pura tekun mendengarkan. Sebenarnya mereka tengah curi-curi pandang.
Gilang sangat bahagia berhasil memenangkan hati Alea, terlihat dari senyum yang tak pernah padam di wajahnya. Sedang Alea merasa aneh, cowok yang selama ini hanya dijumpainya lewat tulisan di Wattpad, sekarang berstatus pacarnya. Senyum di wajahnya masih setengah geli setengah bahagia, beda dengan senyum Gilang yang sempurna memancarkan aura kasmaran.
Tiba-tiba serombongan cowok sepantaran menghampiri meja mereka. Gilang berdiri menyambut mereka.
"Hai, Bro!"
Keenam cowok itu masing-masing tersenyum lebar lalu bergantian beradu kepalan dengan Gilang—gaya salaman cowok zaman now. Dari keakraban yang terlihat, Alea meyakini mereka teman-teman Gilang. Mungkin dari sekolah lamanya.
Cowok bertopi yang paling dekat dengan Gilang terlihat membisikkan sesuatu. Seketika mimik ceria Gilang berganti serius.
"Alea, aku mau ngobrol sama teman-teman di luar bentar, ya!" Gilang berusaha kembali terlihat ceria.
Alea mengangguk mengiyakan. Sorot matanya penuh tanya.
"Ladies, Gilang kita pinjam bentar, ya!" imbuh cowok bertopi tadi.
Ratih mengangguk anggun dan memasang senyum termanis. Pembawaannya mendadak kalem, berusaha menarik perhatian teman-teman Gilang.
Dinding restoran yang sebagian besar berupa kaca super bening memudahkan Alea mengamati Gilang dan teman-temannya di luar. Mereka tampak berunding. Dari ekspresi mereka, Alea yakin, mereka tengah membahas hal serius. Seserius apa sampai harus keluar dari restoran? Perasaan Alea jadi tidak enak.
🍁🍁🍁
Assalamualaikum.
Mohon maaf sebelumnya, bab ini hanya berupa cuplikan. Kalau kamu penasaran dengan lanjutannya, silakan baca di:
* KBM App
* KaryaKarsa
Di semua platform nama akunku sama (Ansar Siri). Ketik aja di kolom pencarian. Kalau akunku udah ketemu, silakan pilih cerita yang ingin kamu baca.
Cara gampangnya, langsung aja klik link yang aku sematkan di halaman depan Wattpad-ku ini.
Aku tunggu di sana, ya.
Makasih.
Salam santun 😊🙏
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top