part 1
Cerita baru lagi guys 🤭, semoga suka 😊
Happy Reading ya 😘😘
🌼🌼🌼🌼🌼🌼
"Deva...!” Teriak Mita yang berlari mengejar Devana yang kini tengah berjalan dikoridor kampus Mereka.
"Apa Mita sayang," Devana menjawab sambil berhenti dan menatap sahabatnya itu sebentar, lalu memutar bola matanya dengan malas.
"Hufh..., cape banget tahu ngejar lo. bisa gak sih nungguin gue didepan gerbang kampus aja,” Ucap Mita sambil mengatur nafasnya yang masih tidak beraturan.
"Penting gitu?" Devana bertanya sambil memainkan jari kukunya yang cantik karena baru saja diberi cat kuku dengan warna yang ia suka disalon langganannya.
"Yah lo mah gitu Dev, sama sahabat sendiri juga, gak ada rasa solidaritasnya sama sekali." Mita dengan wajah muramnya setengah merajuk pada sahabatnya itu.
"Ya udah sih gak usah dibahas. Baperan banget jadi cewek. Mendingntin yuk," ajak Devana sambil berjalan lebih dulu, kemudian disusul oleh Mita yang berdecak kesal, karena ulah Devana. Untung saja Mita sangat menyayangi Devana, jadi dia tidak pernah merasa direndahkan karena sikap-sikap Devana padanya.
"Hey lo udah denger belum Dev? Katanya Dosen kita yang super killer itu bakalan jadi pembimbing kita loh. Gue sih suka-suka aja, secara dia tuh ganteng, Cool dan hot gitu, bakalan betah gue dikelas,” Ujar Mita sambil cengengesan tidak jelas, sedang Devana hanya memutar bola matanya dengan malas mendengar cerita sahabatnya itu.
"Oh ya, terus gue harus bilang wow gitu?"
"Ya, Ya, terserah lo aja deh, tapi gue bingung deh sama lo? Apa lo gak tertarik sama sekali sama pak Raka? lo tahu gak pak Raka itu selain jenius dia juga ganteng, Cool dan hot loh Dev. Gue aja pertama lihat dia langsung jatuh cinta pada pandangan pertama sama dia. Oh gue tahu sekarang, lo suka sama si Ares ya, Dev? Jadi karena itu loe gak tertarik sama pak Raka iya kan ngaku lo? kalau loe iya suka sama dia entar gue bilangin deh sama dia, lo tahu kan si Ares juga suka sama lo." Mita terus berbicara sambil sesekali tersenyum tak jelas pada Devana.
Mendengar ucapan Mita membuat Devana kesal, karena dia memang tidak merasa punya perasaan apapun pada Ares, selain pertemanan saja. Akhirnya mereka pun sampai di kantin dan duduk ditempat biasanya.
"Apaan sih lo! Berisik banget tahu gak, nih ya dari pada lo berisik kayak gini, mendingan lo pesen makanan sana! Telinga gue panas denger ocehan gak jelas dari lo yang kayak beo. Gue seperti biasa ya jangan pedes-pedes.”
“Aashiap bosqiu...!" Seru Mita lalu beranjak dari duduknya dan berjalan menuju tempat pemesanan makanan, untuknya dan juga untuk Sahabatnya.
"Andai lo tahu Mit, Dosen killer itu siapa gue. Hufh..., tekanan batin gue." Devana berbicara dalam hatinya, sambil memperhatikan Mita yang sedang memesan makanan, dengan kedua tangannya yang menopang dagunya di atas meja. Dia kini Memikirkan kejadian seminggu yang lalu saat kedua orang tuanya berbicara serius padanya.
#Satu minggu yang lalu
"Apa-apaan sih Mom, Dad aku gak mau dijodohin. Mommy sama Daddy tahukan Pak Raka itu siapa? Dia dosen dikampus Deva, dan Mommy tahu dia itu dosen super duper killer Mom. Apa Mommy tega kalau putri Mommy satu-satunya ini setiap hari harus kena tekanan batin karena dibentak-bentak dan diomelin terus sama dia."
"Dia belum tua-tua amat Sayang. usianya juga baru 30 tahun, jadi panggil Kakak saja gak usah pake Pak," Sahut Anna dengan sabar sambil tersenyum pada putri semata wayangnya itu yang kini tengah merajuk.
"Tetep aja Mom. Dia lebih tua dari Deva, usia Deva baru 20 tahun jadi jaraknya usia Deva sama dia 10 tahun," Jawab Deva sambil cemberut tanda protes pada Mommynya.
"Kalau kamu gak mau Daddy jodohin sama Raka, kamu tinggal sama nenek kamu loh yang lebih disiplin, melebihi Raka. Mau kamu tinggal disana sampai lulus kuliah?” Tanya Devan yang baru saja bergabung dimeja makan untuk sarapan.
"Ah kalian gak asyik, masa ngancem gitu sih. Lagian nih ya Dad belum tentu Raka mau dijodohin sama Deva dan yang pasti Deva gak mau nikah ya muda Mom, Dad."
Devana tetap menolak perjodohannya dengan Raka Aditya putra dari sahabat daddy dan mommynya itu. Dengan alasan Raka pun pasti akan menolak perjodohan mereka.
"Itu terserah kamu sayang. Itu sih kalau kamu masih mau kuliah dan tinggal di kota ini bersama kami, ya kamu harus terima perjodohan ini, dan kamu menikah sama Raka. Tapi, kalau kamu tetap nolak, ya terpaksa Dad akan kirim kamu ke rumah nenekmu untuk kuliah disana, dan otomatis kamu harus mau tinggal sama Nenek kamu di Prancis sampai lulus kuliah. Tadi kamu bilang Raka gak bakal mau dijodohin sama kamu kan sayang? Kalau soal itu kamu tenang saja, soal Raka kamu gak usah khawatir. Orang tuanya pasti bisa bujuk dia, yang penting kamu mau nikah sama dia. Lagian apa susahnya sih, Nak. Raka itu pinter jenius loh, selain itu dia juga dewasa, tampan dan baik loh. Oh ya satu lagi yang paling penting, dia bisa memberi bimbingan gratis untuk kamu saat kalian sudah menikah nanti kan bagus." Devan tersenyum melihat putrinya yang kini terdiam. Lalu dia membuka koran dan mulai membaca nya untuk mengetahui kabar terbaru tentang negara tercintanya ini dengan sedikit kekehan kecil karena melihat ekspresi putrinya yang kini terlihat pasrah, dia tahu perjodohan putrinya dengan putra sahabatnya akan berhasil.
"Oke Fine. Deva mau," Sahut Devana dengan penuh pertimbangan meski masih Ragu. Namun, dia masih menekuk wajahnya karena masih merasa kesal pada kedua orang tuanya.
"Mau apa?" tanya Devan dengan senyuman tipisnya.
Devana menoleh dan menatap ayahnya yang masih sibuk membaca koran. "Nikah sama bapak Dosen itu lah!” Devana menjawab dengan ketus dan raut wajah datarnya. Karena tidak ingin berakhir di Prancis bersama kakek dan nenekya yang lebih galak dari Dosen killer calon suaminya itu.
Mendengar ucapan sang putri, ibunya pun memberikan nasihat, agar Devana menyebut nama calon suaminya dengan benar dan sopan. "Namanya Raka Aditya, sayang. Dan Deva panggil kakak atau mas Raka jangan bapak apa lagi Om. kamu kira dia itu om-om.“
Anna pun menyentil kening putri manjanya itu saat melihat Devana tidak menghiraukannya. Sedang Devan kembali terkekeh saat melihat putri semata wayangnya yang manja merajuk karena Ibunya menyentil keningnya. Meski sedikit tegas dan tega pada putrinya, tapi Devan sangat menyayanginya meskipun kadang putrinya itu suka membantahnya.
"Aduh sakit Mommy...! Terserah Deva dong mau manggil apa. Udah ah Deva mau jalan dulu udah siang ini, entar Deva telah lagi,” Ucap Devana lalu mencium punggung tangan kedua orang tuanya, setelah pamit Devana pun meninggalkan kedua orang tuanya yang masih duduk santai di ruang makan.
"Dasar anak itu! Manja sekali dia. Kapan dewasanya sih anakmu itu sayang?" Devan bertanya pada istrinya meskipun Devana kadang suka membantah, dia tetaplah putri kesayangan Devan. Karena Devana adalah putri satu-satunya.
"Anakmu juga loh Mas. Kan Mas yang nanem benihnya haha....”
Tiba-tiba tawa Anna pun menggema diruangan itu, setelah Anna berkata sedikit prontal pada suaminya sambil tertawa, membuat Devan mengerenyit kan dahinya, karena tidak seperti biasanya istrinya seperti itu.
"Iya deh iya, ya udah kalau gitu kita nanem benih lagi yuk sayang mau gak? Biar Devana ada temannya.” tiba-tiba Devan balik menggoda istrinya yang kini melotot pada Devan karena ucapannya.
"Dasar mesum! Udah tua juga," sahut Anna dengan berigidig ngeri karena ucapan Suaminya.
"Tapi suka kan?” Balas Devan sambil terkekeh, dia sangat suka saat melihat raut wajah istrinya merona saat digoda olehnya.
"Udah ah sana berangkat kerja. Gak lihat ini udah jam berapa,” ucap Anna lalu pergi ke dapur sambil membawa piring kotor bekas sarapan suami dan putrinya. Sedang Devan tersenyum dia merasa bahagia mempunyai istri dan juga putri yang selalu membuatnya merasakan kebahagiaan yang belum tentu orang lain merasakannya.
"Terimakasih Tuhan atas nikmat yang engkau berikan padaku."
*****
Sementara itu dikampus Devana tengah berada di kantin kampusnya, dia terlihat sedang melamun entah apa yang Devana pikirkan. Hingga Ares datang dan mengejutkan Devana membuat Devana tersadar dari lamunannya.
"Hey Dev, tumben sendirian?” Tanya Ares, namun tidak ada jawaban dari Devana, sampai tepukan dipundak Devan yang menyadarkan Devana dari lamunannya. Namun bagi Devana itu mengejutkan.
"Ah... Iya ada apa?" Devana balik bertanya lalu menatap Ares dengan tatapan penuh tanda tanya. Karena tadi dia hanya sendiri tidak ada Ares disampingnya.
"Lo kenapa? Pagi-pagi udag ngelamun?” Tanya Ares lagi, yang dijawab gelengan kepala oleh Devana dengan wajah datarnya.
"Lo! Sejak kapan sih disini? Dan malah ngagetin gue.” Devana terlihat kesal pada Ares yang tiba-tiba datang dan malah menganggetkannya.
"Sejak lo ngelamun Dev, lo itu kenapa sih Dev pagi-pagi udah ngelamun? Kelihatannya galau, masih pagi ini neng. Jangan ngelamun nanti kesambet setan penunggu kantin ini baru nyaho lo. Kan gak lucu ada mahasiswi cantik kerasukan setan penunggu kantin gara-gara ngelamun karena galau hahaha....” Tawa Ares meledak, membuat Devana memutar bola matanya dengan malas.
"Apaan sih lo. suka ngaco kalau ngomong, diem gak lo! Mau gue sumpel pakai botol saus ini, mau lo?!” Devana berdecak kesal, karena pagi-pagi sudah ada yang mengganggu ketenangannya.
"Taram...! makannya udah dateng," Seru Mita yang datang dengan membawa dua piring nasi goreng dan jus mangga juga jus melon kesukaan mereka berdua.
"Nah ini dia, kebetulan gue laper.” Ares yang memang merasa lapar langsung mengambil nasi goreng milik Devana, lalu memakannya tanpa meminta izin pada pemiliknya.
"Ares, Nasi goreng gue...!” teriak Devana yg kesal karena nasi goreng kesukaannya dimakan oleh Ares tanpa izin darinya. Dan tanpa rasa bersalah karena sudah mengambil nasi goreng Devana. Dengan cemberut Devana pun langsung menyeruput jus mangganya dengan menatap tajam Ares yang tengah asik menyantap nasi goreng milik Devana.
Sementara itu Mita hanya cengo menatap Ares yang memakan lahap nasi goreng Devana seperti orang kelaparan, saat Devana merasa kesal, tiba-tiba ponsel Devana pun berbunyi dan menampilkan nama Ibunya dilayar ponsel, Devana pun langsung menerima panggilan dari Ibunya..
"Hallo mom ada apa?”
“kenapa malah nanya! ingat ya Deva nanti pulang kuliah harus langsung pulang,” peringat sang Ibu disebrang sana.
"Iya nanti Devana langsung pulang.” Devana menjawab dengan memasang wajah datarnya.
“Awas aja ya kalau ngeluyur dulu, setelah pulang kuliah!”
"Iya mommy sayang, Devana langsung pulang kalau udah gak ada kelas.”
“Iya Mommy tunggu, pokoknya awas ya kalau kamu ngeluyur dulu! Mommy potong ya uangjajan kamu, ngerti kamu!”
"Iya Mommy Sayang, Deva ngerti. Ya udah Deva mau ke kelas dulu, udah waktunya masuk kelas,” ucap Devana lagi-lagi dengan memasang wajah datarnya.
“oke ini baru putri Mommy yang cantik, ya udah belajar yang rajin ya, Nak.”
"Oke Mom, bye.”
Lalu sambungan telepon pun terputus dan Devana hanya bisa menghela nafas seakan-akan ingin menumpahkan rasa sesak yang seakan menghimpitnya, karena paksaan dari kedua orang tuanya yang mungkin saja akan menjadi masa depan yang terbaik untuknya kelak.
"Deva Kenapa? Kamu sakit ya atau tante Anna kenapa?” Tanya Mita dengan wajah keponya. Namun, Devana hanya menggelengkan kepalanya.
"Nggak kok, cuma mommy nyuruh pulang cepat aja. Ya seperti biasa mommy gue pengen ditemenin belanja bulanan,” jawab Devana dengan santai agar tidak menimbulkan rasa curiga pada sahabatnya itu. Lalu Devana beranjak dari tempat duduknya dan pergi dari kantin meninggalkan Mita dan Ares yang sedikit kebingungan melihat Devana tidak seperti biasanya yang ceria.
"Eh Deva tunggu...! Ares bayarin ya makannya hehe...,” Ucap Mita lalu pergi tanpa menunggu jawaban dari Ares, lalu Mita pun mengejar Devana yang sudah terlebih dahulu pergi meninggalkan kantin.
"Aargh..., sial! Gue lagi yang kena anjir!” Seru Ares sedikit berteriak karena kesal dengan kedua gadis itu yang selalu saja berhasil menguras dompetnya. Dan pada akhirnya mau tidak mau Ares pun membayar makanan yang dipesan oleh Mita dan juga Devana, untungnya makanan Devana dia yang memakannya, jadi tidak terlalu rugi meski dia harus membayar kedua pesanan sahabatnya itu..
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top