Part 6 : Gara-Gara Salwa
Pagi ini aku sudah duduk manis dibawah pohon yang berdekatan dengan perpustakaan. Suasana belum terlalu ramai, hanya segelintir orang yang berlalu lalang melewati area ini. Kuputuskan untuk membaca novel yang baru beli kemarin. Sebenarnya bisa saja aku membaca di perpustakaan, hanya saja suasana diluar tampak lebih nyaman untuk suasana hatiku hari ini.
Mataku memang terfokus kearah novel yang kupegang, tapi tetap saja kepalaku masih memikirkan sikap Ando kemarin. Kenapa dia malah langsung membuang muka ketika aku belum sempat memanggilnya. Mungkin ada baiknya akan aku tanyakan kepadanya nanti. Tapi aku sedikit ragu untuk melakukannya.
"Keysha!"
"Astaga, Salwa! Ngagetin aja!" Refleks saja tanganku sudah berada di depan dada, entah dari mana tiba-tiba Salwa sudah ada di belakangku.
"Habisnya baca buku kek seru banget sih, kamu lagi ngapain?" Tanyanya dengan wajah tak berdosa langsung ikut duduk di sampingku.
"Udah tahu baca buku masih tanya lagi." Jawabku dengan nada sedikit sewot kepadanya.
"Dih sensi banget deh ah, pms buk? Oh iya tumben banget jam segini udah sampai kampus."
"Aku naik motor sendiri. Ayah lagi cuti jadi motornya bisa kubawa." Terangku yang dihadiahi anggukan dari Salwa. Selang beberapa menit kemudian mulai banyak orang di sekitar perpustakaan. Karena telingaku mulai mendengar bisikan orang disekitarku. Mulai dari pujian sampai celaan terdengar jelas di telingaku.
"Eh itu bukannya si.."
"Eh cantik ya.."
"Idaman aku itu mah.."
"Itu ke kampus apa mau fashion show!"
"Pengen deh bisa kaya mereka.."
Rata-rata sebuah pujian yang terucap di mulut mereka. Entah karena apa mereka mengucapkannya. Langsung saja kututup novel di tanganku dan menoleh kearah Salwa. Salwa hanya diam terpaku menatap kearah gerombolan wanita berjas lab putih yang berjalan menuju kearah perpustakaan.
Dengan anggunnya mereka berjalan melewati beberapa orang. Senyum yang menawan dan style yang berbeda tapi cukup modis. Beberapa buku yang tebal berada di tangan mereka. Siulan para lelaki tak urung juga ikut andil dalam tiap langkah mereka.
Tapi yang menarik perhatianku sebenarnya adalah salah satu orang di antara gerombolan itu. Wanita berambut hitam pekat bergelombang. Ia mengenakan kemeja warna navy bergaris putih di bagian kancing dan celana kain longgar warna navy pekat yang lebih mendekati hitam. Polesan make up yang cukup natural membuatnya tampak cantik.
Hanya ilustrasi
(Untuk cast pemeran segera menyusul )
Kucoba untuk mengingat wajah itu, entah kenapa cukup familiar di ingatanku. Dan seketika aku mengingatnya. Dia adalah wanita yang berpakaian mencolok waktu itu di bus. Aku baru tahu ternyata dia anak FK¹. Yang kutahu dia hanya satu univeritas denganku tapi dari prodi mana aku belum tahu.
"Kenapa ya tiap anak FK lewat pada suka kagum gitu liatnya." Sahutku yang membuat Salwa memutus pandangannya dan menatap kearahku.
"Kamu tau kan Key, anak FK tu tiap masuk kuliah style mereka rata-rata kek wah banget. Apalagi kebanyakan dari mereka tu pasti tinggi, cantik, wangi, perfect lah pokoknya. Nggak heran sih pada kagum sama mereka, lagian di prodi kita kan ya gini-gini aja style-nya. Celana jeans terus kaos, kadang pakek hem doang. Dah simpel banget."
Aku hanya tersenyum mendengar jawaban dari Salwa. Tapi ada benarnya juga. Sekarang yang jadi pertanyaan nya memang kuliah itu untuk apa?. Mencari teman? ketenaran? pamer style? cuma nyari gelar? atau memang murni untuk mencari ilmu?. Semua jawabannya memang ada di diri mereka masing-masing.
"Ke kantin yuk Key, laper nih belum sarapan tadi." Ucap Salwa setelah ia puas melihat gerombolan itu yang kini sudah masuk kedalam perpustakaan.
"Nggak ah, aku bawa bekal sendiri." Cegahku lalu mengeluarkan dua kotak bekal yang ada di tas kecil. Bak mendapatkan harta karun, Salwa menatap binar kearah kotak bekal ku. Tanpa ia berkata apapun sudah cukup jelas wajahnya menyiratkan keingintahuannya dan memintaku untuk segera membukanya.
(Hanya ilustrasi)
Karena hari ini aku bangun lebih pagi dari biasanya, aku sempatkan untuk membuat bekal. Dan saking semangatnya, dua kotak bekal yang ada di rumah kugunakan semua. Mata Salwa makin berbinar ketika aku membukanya. Kotak pertama berisi nasi dengan udang rebus di atasnya. Seingatku hanya kurebus dengan di tambah sedikit garam. Lalu di tempat kecil kuisi dengan telur rebus, juga tumis jagung campur dengan sosis dan kacang polong. Untuk kotak kedua kuisi dengan potongan buah naga, anggur dan juga wortel. Di bagian putih tambahan kotak makan kutaruh berbagai macam kue kering.
"Wahh, keknya enak nih." Sela Salwa lalu tangannya mulai melakukan pergerakan kearah kotak makan. Dengan sigap langsung kutepis tangannya.
"Ishh, tangan kotor nggak boleh pegang makanan. Cuci tangan dulu sana." Semprotku yang berhasil membuat Salwa cemberut. Ia menggeledah tasnya kemudian mengeluarkan hand sanitaizer. Menyemprotkannya ketelapak tangan lalu terseyum dan memamerkan tangannya kearahku. Layaknya anak kecil yang sudah patuh menuruti apa kata orang tuanya. Aku hanya bisa menahan tawa melihat kelakuan Salwa.
"Kemarin aku lihat kamu boncengan berdua sama Kak Baskara. Mau kemana emang?"
"Oh itu, dia anterin aku ambil pesenan bunga buat bunda."
"Kenapa nggak si 'My Ando' yang nganterin. Dia kan pacar kamu." Ucap Salwa yang menekankan kata my ando seakan mengejekku setelah waktu itu ia memergoki ku memberikan nama kontak Ando dengan sebutan 'MyAndo'.
"Dia nggak bisa nganterin, katanya latihan basket." Dan lagi, Salwa hanya ber-oh ria mendengar jawabanku karena ia masih sibuk mengunyah kue.
"Pinjem ponsel mu dong Key."
"Buat apaan?"
"Numpang buka instagram bentar. Kuotaku habis soalnya."
"Kan ada wifi perpustakaan."
"Mager ambil di tas, udah sini ah bentar doang." Gerutunya lalu merebut ponsel yang ada di genggamanku. Kuintip apa yang ia lakukan diponselku. Ternyata benar ia menekan aplikasi instagram. Setelahnya aku tak lagi mengawasinya. Karena untuk apa juga, gerak geriknya tak ada yang mencurigakan. Mungkin saja ia men-stalking seseorang, karena setahuku la sedang ada masalah dengan Candra -pacarnya-.
"Nih udah, makasih."
"Kamu nggak lagi aneh-aneh kan pakek ig ku?" Tanyaku lagi. Sedikit memastikan karena aku sempat melihat Salwa yang begitu intens menatap ke layar.
"Enggak kok, udah yuk bentar lagi makul pertama mulai nih." Kulirik jam yang ada di tanganku. Dan benar saja lima menit lagi makul pertama dimulai. Merapikan kembali kotak makan yang terbuka dan memasukkannya kedalam tas kecil. Dengan langkah lebar aku dan Salwa segera menuju ke arah kelas.
~❤~
Jarum jam sudah menunjukkan ke angka tiga. Selesai makul hari ini aku langsung menuju ke sanggar. Karena kebetulan hari ini ada latihan dan juga menyiapkan beberapa properti.
Tapi langkah kakiku terhenti ketika di persimpangan dekat sanggar. Seseorang yang selalu menghantui pikiranku, kini tiba-tiba saja sudah ada tak jauh dari posisiku saat ini. Menyilangkan kedua tanganku di depan dada, dan perlahan tapi pasti ia mulai mendekat kearahku. Tak lupa senyum khas dirinya ia keluarkan.
"Hay my little pandaa." Sapanya lalu mengacak rambutku. Kebiasaan yang tak absen ia lakukan jika ia memanggilku.
"Hmm."
"Nanti pulang bareng aku ya."
"Nggak mau!"
"Kok gitu? Kamu marah sama aku?"
"Nggak!"
"Kamu marah gara-gara kemarin aku nggak bisa anter kamu pulang?"
"Nggak!"
"Lagi pms?"
Kenapa semua cowok selalu berpresepsi ketika cewek sedang badmood atau uring-uringan selalu disangkut pautkan dengan pms?.
"Nggak!"
"Terus kenapa kamu jutek sama aku?"
"Nggak papa."
"Jangan bilang nggak papa dong. Biasanya cewek kalau udah bilang gitu pasti cowok ada yang salah. Kan jadi serba salah akunya." Sahutnya dengan sedikit frustasi dengan perubahan sikapku. Ternyata ia cukup tak peka dengan kesalahannya. Sebenarnya aku tak ingin melakukan ini. Tapi entah kenapa egoku sedikit muncul kali ini.
"Kamu pikir sendiri dulu salah mu apa. Aku mau ke sanggar, nggak enak soalnya udah ditunggu sama anak-anak. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam." Jawabnya lirih. Karena tak ingin lagi berdebat dengannya kutinggalkan ia dan berjalan menuju sanggar. Semoga saja ia sadar akan kesalahannya. Anggaplah aku terlalu childish² kali ini. Tapi sekarang ku tanya, memangnya ada cewek yang mau diabaikan?. Sudah pasti jawabannya TIDAK ADA.
~❤~
Dari kejauhan di area sanggar sudah ada beberapa orang yang datang. Saat aku baru sampai Caca melambai kearahku, kubalas dengan senyuman dan menuju kearahnya.
"Yang belum dateng siapa?. Kok masih pada diluar?" Tanyaku setelah duduk di samping Caca.
"Gerombolannya Mas Baskara keknya, soalnya dari tadi aku nggak liat Mas Baskara. Katanya sih lagi ngurusin izin atau apa gitu." Tak lama kemudian yang sedang dibicarakan pun datang. Mas Baskara datang dengan lima orang lainnya. Kalau tidak salah ingat namanya Gilang, Rendy, Rachel, Dimas dan Tania. Mereka semua adalah kating³ ku dan setahuku teman dekat Mas Baskara.
"Berhubung sudah kumpul semua, sekarang kita latihan dulu habis itu kita lanjut buat propertinya." Terang mas Baskara. Lalu kami semua duduk diposisi masing-masing. Beberapa sudah berdiri membentuk formasi yang telah ditentukan. Sedangkan pemeran cadangan duduk menyimak naskah. Saling mengkoreksi dan juga menghafalkan posisi pemeran. Tak urung canda tawa mewarnai sanggar. Salah satu alasan kenapa aku memilih teater. Karena disinilah semua bebas berekspresi sesuka mereka, tanpa terikat kata jaim⁴.
Lanjut ke pembuatan properti. Mengukur lalu memotong kain hitam untuk dasar background. Untuk pekerjaan menggergaji kayu ataupun hal berat lainnya dikerjakan kaum adam. Kaum hawa hanya kebagian pekerjaan yang ringan. Kadang aku memergoki Mas Baskara yang melirik kearahku. Dan rasa tak enak hati kembali menggerayangiku. Sebesit ingatan kemarin di toko bunga membuatku salah tingkah.
"Kamu kenapa Key?"
"Enggak papa Ca." Jawabku lalu memalingkan pandangan dari Mas Baskara ke kain hitam di tanganku. Refleks saja Caca menatap kearah tempat yang kulirik.
"Salting ya kamu dilirik sama Mas Baskara."
"Caca kalau ngomong ih! enggak lah. Lagian juga Mas Baskara kan gebetannya Kak Tania." Bisikku.
Menurut rumor yang beredar, kak Tania punya something special dengan mas Baskara. Sebagai sesama wanita, dari gerak geriknya setiap ada Mas Baskara sebenarnya sudah kelihatan. Hanya saja ia selalu mencoba bersikap biasa saja.
"Halah, baru juga gebetan bukan pacar."
"Udah ah Ca malah nge-ghibah, lanjut aja ini ukur kainnya. Tuh dilihatin terus sama Kak Tania, jadi nggak enak." Caca pun baru sadar jika kak Tania sedari tadi memperhatikan kami berdua.
Tak ada lagi adu kontak antara aku dengan Mas Baskara. Begitupun dengan Kak Tania, ia sibuk membantu mengamplas kayu yang sudah dipotong. Semua berjalan lancar, tak terasa jarum jam berputar begitu cepat. Suasana sang malam mulai perlahan menampakkan jati dirinya.
"Hari ini cukup sampai disini dulu. Terima kasih untuk kerja samanya hari ini." Ucap Kak Tania dengan senyum manis kearah semua orang yang ada di sanggar. Beberapa orang mulai membubarkan diri, dan menyimpan beberapa properti yang sudah jadi.
"Kamu nggak pulang Key? jam segini bus susah nyarinya lo. Apa nginep ke kos-kosan ku aja?" Tawar Caca yang sudah berbenah dengan bawaannya, bersiap untuk segera pulang.
"Nggak usah, aku bawa motor sendiri. Kamu duluan aja ke parkiran, nanti aku susul."
"Yaudah kalau gitu, duluan ya Key."
Selepas kepergian Caca aku mulai membenahi bawaanku. Setelah selesai membantu membereskan beberapa barang yang tadi digunakan. Berpamitan kepada Kak Tania dan yang lainnya. Belum sampai aku melangkahkan kaki, Mas Baskara tiba-tiba saja memanggilku.
"Key kamu pulang naik apa? udah jam segini aku anterin aja. Nyari bus jam segini kan susah." Pertanyaan yang sama dengan Caca terlontar juga dari Mas Baskara.
"Nggak usah mas, kan aku bawa motor sendiri." Tolakku dengan mengeluarkan kunci motorku untuk memperlihatkan kepadanya.
"Oh bawa motor sendiri, tumben. Tapi apa kamu berani jam segini ke parkiran motor? Kan rumornya disana--"
"Ada hantu?. Berani lah baru jam segini, kek anak kecil aja ditakutin hantu kalau mau main pas maghrib." Potongku yang sukses membuat Mas Baskara tertawa renyah.
"Oh iya aku mau tanya. Ini bener instagram kamu kan?" Tanya Mas Baskara lalu memperlihatkan layar ponselnya kepadaku. Sebuah profil instagramku terpampang nyata disana. Dan mataku langsung membulat sempurna ketika dibagian bawah bio terdapat tulisan 'ikuti balik'.
"Iya itu bener punyaku."
"Udah aku follback ya." Lanjutnya dan memperlihatkan lagi layar ponselnya kepadaku. Notif dari instagram langsung muncul di layar ponselku.
'@jibaskara_ started following you'
"Perasaan aku nggak nge-follow Mas Baskara deh."
"Orang kamu nge-dm aku duluan minta follback. Coba dicek lagi." Dengan cepat tanganku mulai mengecek pesan di instagram. Dan benar ternyata aku mengirim pesan kepada mas Baskara.
@jibaskara_
Follback ya kak ini Keysha ❤.
Pesan itu dikirim sekitar pukul delapan kurang. Tapi seingatku selama tadi pagi aku tak membuka instagram. Kecuali...
"Masyaallah! Salwaaaa!"
~🌻🌱🌷~
To be continued..
Note penting nggak penting:
FK¹: Fakultas Kesehatan
Childish² : Kekanak-kanakan
Kating³: Kakak Tingkat
Jaim⁴: Jaga Image
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian vote dan komen. Untuk info update selanjutnya bisa panteng aja di:
Twitter & Instagram : @penulismager_
Terima kasih🌷
Salam Literasi ♥
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top