Part 10 : Kebetulan
Aku pikir jarak rumah dengan warung bakso ini lumayan dekat. Memang lumayan dekat kalau mengendarai motor. Tapi jika berjalan kaki ternyata lumayan jauh juga. Terlebih aku juga sudah jarang jalan kaki sejauh ini. Sampai-sampai dahiku mulai mengeluarkan keringat sebesar biji jagung. Semoga saja betisku tak berubah menjadi talas bogor setelah ini.
Namun ada satu hal yang membuatku merasa aneh kali ini. Aku merasa kalau ada yang tengah membuntutiku. Perasaan ini muncul setelah aku selesai makan dari warung bakso tadi. Berkali-kali kumenengok kebelakang tak ada orang satupun yang lewat. Hanya beberapa motor yang lewat berlawanan arah denganku. Itu membuatku bergidik ngeri sendiri. Atau mungkin hanya perasaanku saja.
Sampainya aku di rumah Ayah sudah menghadang tepat di depan pintu dengan berkacak pinggang. Aku hanya bisa tersenyum lebar kearah Ayah.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam, dari mana aja kok jam segini baru pulang!"
"Tadi pulang kuliah ke perpus bikin tugas sama Salwa. Terus pulang mampir makan bakso yang di deket gapura itu Yah. Nih Keysha bawa pulang satu buat Ayah." Jawabku sambil mengangkat plastik yang berisi bakso.
"Lain kali kalau mampir kemana bilang dulu ke Ayah."
"Loh, kan tadi Keysha udah bales pesan Ayah. Bilang kalau Keysha mampir makan bakso." Tanganku langsung merogoh ponsel yang ada di dalam tas. Mulai menekan icon aplikasi WA mencari pesan dari Ayah. Dan ternyata pesan yang aku ketik belum terkirim ke Ayah.
"Hehe, ternyata Keysha lupa kirim pesannya ke Ayah."
"Dasar kamu ini, yaudah sana mandi. Keburu tambah dingin kalau mandi makin malem."
"Siap pak boss."
Bukannya langsung menuju ke kamar mandi. Malah kurebahkan diriku keatas ranjang. Merengangan diriku yang terasa pegal sekujur badan. Tulang rasanya ingin copot. Baru saja mendaratkan badanku disana, aku merasakan sebuah getaran kecil yang berasal dari tasku. Kuambil benda pipih itu.
MyAndo❤ is Calling..
Tanpa basa basi tanganku menggeser icon telpon ke tombol hijau.
"Hallo, Assalamu--"
"Kamu sekarang lagi dimana?" Sahut Ando yang membuatku sedikit kaget.
"Assalamu'alaikum."
"Eh iya, Wa'alaikumsalam. Sayang , kamu sekarang lagi dimana?"
"Dirumah, lagi rebahan. Kenapa?"
"Baguslah kalau sudah pulang. Berkali-kali aku menelponmu tak ada jawaban. Habis darimana? sama siapa? pulang naik apa? sampai rumah tadi jam berapa? "
Respon saja dahiku mengkerut mendengar pertanyaan Ando yang begitu beruntut itu. Karena baru pertama kali ini Ando bisa secerewet ini.
"Hallo, sayang. Kamu masih disana kan?" Lanjut Ando yang membuatku tersadar dari lamunan sesaat.
"Ya, tentu saja. Tadi habis kuliah aku ngerjain tugas sama Salwa di perpus. Pulang dianter Salwa terus mampir beli bakso deh."
"Oh gitu, kirain kemana. Mandi gih, baru sampek rumah kan. Habis itu makan lagi jangan lupa, love you." Wejang Ando dengan nada memerintah.
"Iya sayang, love you--"
Tut..
Bagus, belum juga aku membalas langsung ia matikan secara sepihak. Kucoba mengetuk layar tapi tak kunjung menyala. Menekan tombol power di samping ponsel dan ternyata batre low. Kugeletakkan begitu saja ponselku di ranjang. Ada baiknya jika aku segera mandi, sebelum Ayah mengomel panjang lebar jika ia melihatku masih bergelendotan di ranjang.
~❤~
Sang surya sudah mulai muncul lagi dari peraduannya, memaksaku untuk bergegas bangun dari zona nyaman. Dengan berat hati kukumpulkan kembali nyawaku kedalam raga, sebelum alarm pagi yang biasa muncul dari balik pintu terdengar.
Dug...
"Aduh!" Tanganku langsung memegang dahi yang terkantuk pintu kamar mandi. Mengusapnya beberapa kali berharap rasa sakitnya tak lagi menjalar. Setelah kejadian ini mataku langsung menyala benderang. Dan seluruh nyawaku sudah menyatu ke dalam raga. Selang dua puluh menit kemudian aku sudah siap untuk berangkat.
"Sarapan dulu Key." Ucap Ayah ketika melihatku tengah mengenakan sepatu. Ia tengah sibuk membaca koran paginya, ditemani secangkir kopi yang masih tampak mengepul.
"Iya yah." Jawabku lalu duduk ditempat biasa, menyendok nasi dan lauk ke dalam piring.
"Tadi Ayah kaya denger bunyi dug di kamar kamu. Kenapa? ada barang jatuh?"
"Enggak, tadi dahi Keysha kepentok pintu kamar mandi pas mau buka pintu." Lalu tanganku menunjuk kearah dahi yang sedikit ada bekas merah namun tak begitu jelas jika dilihat dari jauh.
"Lain kali hati-hati, kalau bangun tidur jangan langsung bangun. Duduk dulu bentaran, kalau dirasa udah enakan baru berdiri." Wejang Ayah yang membuatku tersenyum kikuk karena kecerobohanku dipagi hari ini.
"Ayah baru inget, kemaren pas kamu belum pulang ada yang dateng kerumah nyariin kamu."
"Siapa Yah?"
"Katanya sih temen kuliah kamu, ya Ayah bilang kalau belum pulang. Habis itu dia pamit pulang." Jelas Ayah tanpa menyebut nama dan ciri-ciri orang itu. Membuatku semakin berpikir keras siapa orang yang kira-kira dimaksud oleh Ayah.
"Cewek apa cowok? Apa dia nggak sebut nama ke Ayah?"
"Cowok, kalau nggak salah inget dia nyebut namanya Ando." Mulutku berhenti mengunyah ketika Ayah menyebut nama Ando. Tapi untuk apa Ando sampai berani menyapa Ayah untuk mencariku. Lagi-lagi ada hal baru yang jarang dilakukan olehnya.
"Malah bengong, cepet diselesaiin makannya. Ini jam berapa nanti telat lo." Sahut Ayah yang membuyarkan lamunanku. Dengan cepat kuselesaikan sarapan pagiku, tak lupa untuk mencuci alat makanku tadi. Berpamitan kepada Ayah dan bergegas mempercepat langkahku menuju halte.
Beruntung saat aku sampai di halte, bus sudah standbye disana. Seperti biasa pak Asep menyapaku dengan senyum ramahnya. Disaat aku masuk kedalam bus, wanita yang waktu itu sudah duduk manis dibangku belakang. Dan serba kebetulan yang terasa aneh, tinggal satu bangku yang kosong. Tepat disamping wanita itu, aku merasa seperti dejavu. Tapi kami bertukar posisi.
"Boleh aku duduk disini?" Tanyaku padanya.
"Silahkan." Jawabnya lalu sedikit menggeser duduknya. Kembali aroma lavender kala itu tercium di hidungku. Penampilannya kali ini bisa dibilang "layak" untuk naik bus. Karena tak begitu mencolok seperti pertama kali aku melihatnya.
(Hanya Ilustrasi)
Ia mengenakan kaos putih bertuliskan "bonjour", yang dipadu padankan dengan rok rempel-panjangnya dibawah lutut- warna cream dan sepatu putih. Satu kata untuk penampilannya, "cantik".
Mungkin jika aku menjadi laki-laki dan pertama bertemu dengannya waktu itu, bisa jadi aku langsung suka kepadanya. Refleks kugelengkan kepalaku, kenapa bisa-bisanya aku berpikir sejauh itu. Memposisikan diriku jika aku menjadi laki-laki. Mungkin karena aku terlalu kagum dengan keanggunan wanita ini. Sedikit ada rasa minder ketika duduk bersebelahan dengannya. Karena beberapa pasang mata terkadang mencuri pandang padanya.
Tak butuh waktu lama, bus berhenti tepat di halte dekat kampus. Dengan gesit aku segera keluar dari bus, begitu pula dengan wanita lavender. Oke maafkan aku jika memanggilnya wanita lavender, karena memang aroma itu yang tercium ketika aku duduk disampingnya. Dan terlebih aku benar-benar tidak tahu siapa namanya. Hanya tahu jika dia salah satu gerombolan anak FK.
"Duluan ya." Ucapnya sambil menepuk pundakku, lalu ia melenggang pergi mendahuluiku menuju ke teman-temannya.
Aku tak bisa membalas ucapannya, hanya seulas senyum aku lemparkan ketika ia berbalik melihatku. Aku sedikit kaget dengan sikapnya begitu humble kepada orang lain. Yang sedikit berbanding terbalik denganku. Ah apa sih aku ini, lagi-lagi insecure pada diri sendiri. Kebiasaanku membandingkan diri dengan orang lain memang sedikit menyebalkan.
Dari kejauhan Salwa berlari kecil menuju kearahku. Wajahnya tampak lebih sumringah dari sebelumnya. Membuatku sedikit curiga dengan moodnya kali ini.
"Senyam senyum mulu ada apa. Cerita dong."
"Nanti aja sehabis makul, pokoknya aku lagi seneng banget." Ujar Salwa masih dengan wajah sumringahnya yang belum juga pudar. Aku rasa itu akan bertahan lebih lama. Saat aku dan Salwa sampai di dekat gedung tiba-tiba ada yang menepuk bahuku.
"Hey!" Badanku langsung memutar ke sumber suara. Aku sedikit terperanjat kaget karena Dafa sudah berdiri tepat dibelakangku. Dengan wajah yang mungkin bisa membuat beberapa orang menengok untuk kedua kalinya.
"Eh, Dafa. Gimana?"
"Sore nanti jadi kan?" Tanyanya dengan wajah penuh harap. Salwa yang tak paham maksud dari Dafa hanya diam memperhatikan.
"Insyaallah akunya bisa kok."
"Syukur deh kalau gitu, yaudah aku duluan ya keburu dosen dateng." Lalu Dafa melenggang pergi. Salwa menatap kepergian Dafa dengan wajah penuh tanya.
"Kalian mau kencan?" Todong Salwa.
"Hust, ngomong apaan sih. Enggak lah, udah nanti aku kasih tau selesai makul. Jangan lupa kamu juga mau bilang sesuatu kan."
"Ya ya ya, baiklahh." Jawab Salwa dengan nada pasrah. Lalu melanjutkan langkah kami menuju ke kelas.
~🌻🌱🌷~
To be continued..
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian vote dan komen. Untuk info update selanjutnya bisa pantengin aja di:
Twitter & Instagram : @penulismager_
Terima kasih🌷
Salam Literasi ♥
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top