Segmen 4: Alasannya ...
Hai~
Mana suaranya, niihh?? hihi
Baik, dimulai dari 0 ya, kakak2 sekalian.
Sebelum baca, pastikan sudah follow akun Natha, tambahin Radio Ketan ke reading list kalian, dan tekan tombol bintang.
Setelah beres baca, jangan lupa merusuh di kolom komentar.
Cihuuyy~
Happy reading!
.
.
Segmen 4: Alasannya ...
Setiap orang memiliki perspektif yang berbeda-beda. Terutama dalam hal menilai atau berpendapat tentang penampilan seseorang.
"Kenapa, sih? Kok, lo tumben banget ngerasa risih dideketin sama cewek?" Sanuar bertanya tanpa mengalihkan tatapannya pada layar TV. Lelaki itu sedang asik bermain PS.
Abiyyu enggan menyahut. Ia berdecak malas seraya mengeluarkan helaan napas jengah. Pertanyaan seperti itu rasanya sudah seperti template. Setiap orang yang dekat dengannya dan mengetahui perihal kotak bekal itu, pasti akan menanyakan hal yang sama. Dan lagi, Abiyyu hanya berdecak tanpa memberikan jawaban yang absolut. Benar-benar sebuah template.
"Ya ... nggak suka aja," jawab Abiyyu seadanya.
"Kenapa, sih? Bukan tipe lo emang? Masa iya? Kalo menurut gue, dia tipe lo banget, sih." Sanuar mulai menyudahi acara main PS-nya. Mematikan TV dan menggulung kabel konsol dengan rapi.
"Sok tau, lo. Kayak yang tau aja tipe gue kayak gimana," sahut Abiyyu seraya melempar Sanuar dengan bantal sofa.
Sanuar sedikit mengaduh karena ujung bantal sedikit mencolok matanya. "Tau lah. Yang kayak si Cadel, kan? Yang manis, gemes, manis terus gemes lagi. Cewek itu manis, sih, menurut gue. Ya tapi kalo dibandingin si Cadel, jelas kalah telak dia. Tapi, serius, deh. Dia itu tipe lo banget gue rasa. Cara dia ngomong juga mirip-mirip sama lo. Ala-ala bule jaksel gitu."
See? Everyone says that she's cute, but me. Abiyyu membatin. Bukan apa, dari sisi mana pun, Abiyyu tidak menemukan predikat manis dan gemes yang bisa disematkan pada sosok Daniella Jenar. Sebaliknya, Abiyyu rasanya akan dengan senang hati menyematkan kata menyebalkan pada setiap kesempatan untuk mendeskripsikan perempuan itu.
"Ya lo aja dah sana yang gebet dia," ketus Abiyyu.
"Eiittss ... nggak lah! Biar nggak ada status yang pasti sama si Cadel, tapi gue bakal setia sama dia sampe halal!"
Alah, halal my ass! Abiyyu tidak ingin menyahut. Sanuar itu makin dilawan, makin besar mulut. Saat ini Abiyyu sedang tidak ingin meladeni ajang pamer Sanuar yang tidak jelas itu. Maka dari itu, Abiyyu harus menelan bulat-bulat segala makian untuk Sanuar Alphandi.
"Jangan benci-benci, Bi. Biasa aja, gitu ... takutnya nih lo malah kena karma. Bukan nyumpahin, tapi biasanya kan benci jadi cinta?"
***
Harusnya, Abiyyu tidak memilih kembali ke rumah dan menjadi sendirian. Harusnya bisa lebih sabar meladeni Sanuar. Membiarkannya ribut tidak jelas untuk mengisi kekosongan. Nyatanya sendirian di saat perasaannya sedang tidak stabil membuat pikiran-pikiran aneh melintas.
Dalam pikiran Abiyyu terlintas kala ia tengah berputus asa. Dibanjiri peluh karena berdiri di bawah terik matahari sambil memegang rangkaian bunga berwarna putih. Lalu, ada Jenar di sana. Berpaling dengan ekspresi angkuh kala berucap. 'Sorry, I'm not into you anymore'
"Arrghh! Amit-amit! Sanuar nih gara-gara!"
Untung saja di rumah sedang sepi, tidak ada siapa-siapa kecuali peliharaannya si Sonic, landak putih, yang tengah sibuk makan. Jadi, mau Abiyyu berteriak juga tidak akan ada yang marah.
"Nggak lah ... nggak mungkin ada kejadian yang kayak gitu. She isn't my type, though. She is neither cute, nor sweet. Jadi jelas big no."
Masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Abiyyu mencoba mengambil ponselnya. Jempol kanannya asik menggulir media sosial yang menampilkan banyak video-video orang yang sedang berjoget, menyanyi dan bahkan promosi makanan dengan heboh. Seketika, ibu jarinya berhenti bergerak. Kedua matanya membulat sempurna saat melihat perempuan yang memenuhi layar ponselnya.
Suaranya begitu merdu saat menyanyikan lagu Minefield dari Fouzia dan John Legend. Ekspresi perempuan itu saat menyanyi benar-benar berbeda dengan yang sering Abiyyu lihat. Pun, gerak-geriknya tampak 180 derajat berbeda.
"I-ini si Jenar ....?"
Tidak berhenti di sana. Abiyyu menekan ikon bundar dengan foto Jenar yang tengah memakai headphone dan tampak sedang bernyanyi dengan mic yang mirip seperti di studio rekaman. Terpampanglah ratusan video dengan wajah Jenar yang menjadi sampul video tersebut.
Abiyyu menekan salah satu video tersebut. Berlanjut ke video lainnya, dan ke yang lainnya lagi sampai tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 1 pagi.
Shit!
"Arrrgghh! Mata gue perih!" Abiyyu melempar asal ponselnya. Berkedip cepat seraya membiasakan pandangan dengan cahaya lampu kamar.
Tiba-tia asaja ia merasakan jantungnya berdebar-debar. Ini bukan efek kelebihan kafein. Jujur, Abiyyu menikmati semua video Jenar yang berisikan song cover. Pun, kebanyakan lagu yang dinyanyikan Jenar adalah lagu kesukaan Abiyyu.
"Ah, mungkin karena gue dengerin dia nyanyi lagu-lagu kesukaan gue kali, ya? Bagus sih suaranya emang. But it can't be the reason for me to fall for her, right?"
Nyatanya, Abiyyu tetaplah Abiyyu. Sosok yang selalu menjadi si paling kukuh dengan prinsip pertama. Karena baginya A tidak akan pernah bisa berubah menjadi B, apa lagi Z.
***
"Lo lagi?!" Abiyyu memekik heran kala maelihat Jenar sudah duduk dengan santai di kursi depan studio Hitz dengan rantang dua, tidak, itu tiga susun yang ada di pangkuannya.
"Kak Merak!!!" Perempuan itu pun ikut memekik antusias. Jelas sekali kontras dengan ekspresi dan nada muak Abiyyu. "Kok, sepi sih di sini? Bisanya udah ada Kak Jun yang stand by. Tadinya mau aku titip ke Kak Jun aja bekelnya, eh ketemu Kakak!"
Abiyyu menghela napas. Ini entah Jenar yang memang pantang menyerah atau perempuan itu memang tidak peka dan jatuhnya seperti tidak tahu diri, pikir Abiyyu. Tiba-tiba saja penampilan Jenar saat menyanyi terlintas di pikiran Abiyyu. Buru-buru ia menggeleng cepat demi mengusir pikiran random-nya. Namun, kalau dipikir-pikir lagi, Jenar yang di video dan Jenar yang sedang berada di depannya kini benar-benar berbeda.
Jenar yang di video tampak kalem dan anggun. Sedangkan Jenar yang ada di hadapan Abiyyu kini tampak aktif, terlalu aktif yang menjurus ke agresif maksudnya. Ah, dan lihat senyum itu. Abiyyu heran sendiri, perempuan di hadapannya ini apa tidak pernah merasa pegal untuk terus tersenyum ceria seperti itu?
"Ya udah, ini, dimakan ya, Kak. Aku bawain lebih karena takut ada temen kakak yang lain juga. Atau kalau memang nggak—"
"Hey, look. It's better for you to carry this lunch box to other people. Jujur aja, selama lo bawain bekel itu, gue nggak pernah makan. Just to make it clear, jadi gue nggak mau lo berharap apa-apa. So, stop it, ok? Mulai sekarang, lo nggak perlu bawain apa-apa lagi ke studio." Abiyyu berusaha sebaik mungkin untuk tetap menjaga nada suaranya tenang. Lelaki itu berharap, ini akan cukup untuk membuatnya Jenar mundur.
Uluran tangan Jenar yang tengah memegang kotak bekal itu meluruh. Kepalanya menunduk. Jelas sekali kalau ia tampak linglung. Matanya terasa panas. Bekali-kali ia berkedip cepat hanya untuk mencegah bulir bening itu jatuh. Setelah berhasil menguasai emosinya sendiri, Jenar kembali berdiri tegak dengan wajah yang sedikit mendongak. Menatap telak ke mata si kakak crush.
"Kakak belum pernah denger frasa cinta karena terbiasa, ya? Tau lagu dewa 19 yang liriknya aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta kepadaku? Tau kelanjutannya?" Jenar memberi jeda. Saat tidak juga dapat jawaban, ia tersenyum seraya berkata, "Beri sedikit waktu, biar cinta datang karena telah terbiasa."
Jenar kembali kembali menarik satu tangan Abiyyu. Dengan lembut, Jenar memaksa Abiyyu untuk menggenggam kotak bekal pemberiannya. "It's only the matter of time. I'm sure you'll fall for me sooner or later."
Abiyyu terdiam. Kini ia jelas bisa tahu alasannya tidak suka dengan Jenar. Perempuan itu terlalu kuat untuk Abiyyu si penyuka manis, lucu, dan manis dan lucu lagi.
***
Bersambung
Cuap-cuap Natha:
TBH, nulis cerita kali ini seneng banget karena idenya lancar hihihihi
But, blm banyak nih yg mampir ke siniii~ yok, harmony, ajak temen2nya buat mampir ke sini biar kita bisa gosipin pasangan bule fenomenal iniii xixi
See you next chapterrr~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top